Mohon tunggu...
Neli Diah Tri
Neli Diah Tri Mohon Tunggu... Mahasiswa - pembelajar / Mahasiswa

swim,sebagai Mahasiswa, membuat artikel tentang sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Karakteristik Sifat Sultan Muhammad Al - Fatih Sang Penakluk

13 Agustus 2024   08:24 Diperbarui: 13 Agustus 2024   08:34 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gaya kepemimpinan yang sangat menonjol dari Sultan Muhammad Al-Fatih adalah gaya kepemimpinan karismatik. Gaya ini berasal dari kewibawaan alami yang dimiliki seorang pemimpin, bukan karena legalitas politik atau pembentukan sistematis. Dengan kata lain, kewibawaan seorang pemimpin benar-benar datang dari dalam dirinya sendiri tanpa dibuat-buat. Ciri khas gaya kepemimpinan karismatik adalah daya tarik yang bersifat metafisik terhadap para pengikutnya (Athoillah, 2017: 203-208).

Gaya kepemimpinan yang sangat menonjol dari Sultan Muhammad Al-Fatih adalah gaya kepemimpinan karismatik. Gaya ini berasal dari kewibawaan alami yang dimiliki seorang pemimpin, bukan karena legalitas politik atau pembentukan sistematis. Dengan kata lain, kewibawaan seorang pemimpin benar-benar datang dari dalam dirinya sendiri tanpa dibuat-buat. Ciri khas gaya kepemimpinan karismatik adalah daya tarik yang bersifat metafisik terhadap para pengikutnya (Athoillah, 2017: 203-208).

2.Relevansi Kepemimpinan Muhammad Al-Fatih

Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih yang sukses dan bersejarah dapat menjadi teladan yang relevan untuk masa kini. Contohnya, bagaimana penghargaan Mehmed terhadap sastra dan sumber sejarah bangsa sangat mencerminkan nilai-nilai kepemimpinan yang patut dicontoh.

"Mehmed dikenal sebagai pelindung sastra, dan selama pemerintahannya, ia mendukung sekitar tiga puluh penyair dan cendekiawan. Menurut sumber-sumber kontemporer Turki, sejarawan abad ke-16, Hoca Sadeddin, mencatat bahwa sultan Mehmet sangat dihormati oleh bawahannya, terutama oleh mereka yang terkenal dalam bidang sastra dan ilmu pengetahuan pada masa pemerintahannya. Hal ini karena penghargaan dan perhatian yang ia berikan kepada mereka, termasuk kebebasan yang diberikan untuk berkarya. Perlindungan yang dia berikan kepada para penulis menyebabkan peningkatan produksi karya sastra. Selain itu, Mehmed juga mengumpulkan ribuan manuskrip, sebagian besar berupa salinan buku-buku komentar dan tafsir langka serta berharga dalam hukum dan agama Islam. Ia memerintahkan agar manuskrip tersebut didistribusikan ke masjid-masjid yang dibangunnya, sehingga dapat dimanfaatkan oleh para pengajar di sana. Singkatnya, ia tidak melupakan kesempatan untuk melakukan kebaikan di dunia ini" (Freely, 2019: 148).

Kesimpulan 

Berdasarkan pembahasan mengenai tokoh pemimpin Islam dalam konteks penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Al-Fatih, seperti yang dijelaskan dalam buku karya John Freely, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Muhammad Al-Fatih dipenuhi dengan karisma dan memiliki karakteristik yang sangat layak dijadikan teladan, khususnya bagi generasi muda. Selain itu, Indonesia yang akan menghadapi bonus demografi di masa depan harus memanfaatkan kesempatan ini secara optimal untuk mendorong perkembangan kepemimpinan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun