Mohon tunggu...
Neli Diah Tri
Neli Diah Tri Mohon Tunggu... Mahasiswa - pembelajar / Mahasiswa

swim,sebagai Mahasiswa, membuat artikel tentang sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Karakteristik Sifat Sultan Muhammad Al - Fatih Sang Penakluk

13 Agustus 2024   08:24 Diperbarui: 13 Agustus 2024   08:34 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

'Azmi (tekadku): Saya akan buat orang-orang kafir bertekuk lutut dengan bala tentaraku, berkat kelembutan Allah.

Jihadi (Jihadku): Adalah dengan jiwa raga dan harta benda. Lalu apa makna dunia setelah ketaatan kepada perintah Allah.

Wa Tafkiri (pusat pikiranku): Terpusat pada kemenangan yang datang dari rahmat Allah.

Asywaqi (Kerinduanku): Perang dan perang ratusan ribu kali untuk mendapatkan ridha Allah.

Wa Raja'I (Harapanku): Adalah pertolongan Allah, dan kemenangan negara inni atas musuh-musuh Allah

PEMBAHASAN 

Karakteristik dan Gaya Kepemimpinan Muhammad Al-Fatih

Gaya kepemimpinan yang sangat menonjol dari Sultan Muhammad Al-Fatih adalah gaya kepemimpinan karismatik. Gaya ini berasal dari kewibawaan alami yang dimiliki seorang pemimpin, bukan karena legalitas politik atau pembentukan sistematis. Dengan kata lain, kewibawaan seorang pemimpin benar-benar datang dari dalam dirinya sendiri tanpa dibuat-buat. Ciri khas gaya kepemimpinan karismatik adalah daya tarik yang bersifat metafisik terhadap para pengikutnya (Athoillah, 2017: 203-208).

Muhammad Al-Fatih dapat dikategorikan sebagai figur kepemimpinan karismatik karena ia memiliki keterampilan dan kemampuan yang tidak dimiliki oleh banyak pemimpin pada masanya. Ia menunjukkan kekuatan dan kecerdasan yang luar biasa, seperti misalnya keberhasilannya dalam membangun benteng Rumeli Hisari dan memindahkan kapal melewati bukit. Prestasi-prestasi ini memperkuat kepemimpinannya dan membuat pengikutnya sangat patuh serta penuh hormat kepadanya.

Sebagai seorang pemimpin, terdapat beberapa aspek penting yang harus diperhatikan, yaitu sifat, kualitas fisik, dan alasan di balik setiap tindakan. Sifat menjadi modal utama karena membentuk karakter khas dalam diri seseorang. Karakter Sultan Muhammad Al-Fatih, atau Mehmed II, terbentuk berkat pendidikan yang diterimanya sejak kecil. Mehmed dikenal sangat tekun dalam mempelajari ilmu agama di bawah bimbingan para ulama pilihan ayahnya. Syaikh Ahmad bin Ismail Al-Kurani mengajarkan ilmu fikih dan hadis, serta berhasil menjadikannya sebagai penghafal Al-Qur'an. Selain itu, Syaikh Aaq Syamsuddin, yang nasabnya terhubung dengan khalifah Abu Bakar, mengajarkan berbagai disiplin ilmu, termasuk Al-Qur'an, sunnah Nabawiyah, strategi perang, bahasa (Arab, Persia, Latin, Italia, dan Turki), matematika, falak, sejarah, dan seni. Ilmu-ilmu ini sangat berharga bagi kepemimpinan Mehmed dan memudahkan komunikasi politiknya dengan berbagai pemimpin negara.

Gaya kepemimpinan yang sangat menonjol dari Sultan Muhammad Al-Fatih adalah gaya kepemimpinan karismatik. Gaya ini berasal dari kewibawaan alami yang dimiliki seorang pemimpin, bukan karena legalitas politik atau pembentukan sistematis. Dengan kata lain, kewibawaan seorang pemimpin benar-benar datang dari dalam dirinya sendiri tanpa dibuat-buat. Ciri khas gaya kepemimpinan karismatik adalah daya tarik yang bersifat metafisik terhadap para pengikutnya (Athoillah, 2017: 203-208).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun