Mohon tunggu...
Diah Budiari
Diah Budiari Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Hobi Nulis Cerpen & Novel. Suka ngelamun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis Bali

23 Juli 2023   14:36 Diperbarui: 23 Juli 2023   14:40 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Gadis Bali sumber: unsplash.com/NELbali Photography

"Saya dari Jakarta, Bli. Lagi ada urusan kerja sambil liburan disini, Bli."

"Ooohh gitu." Pria itu mengangguk-ngangguk.

"Suksma Bli, penjelasannya."

"Iya. Iya Sama-sama."

Iringan pembawa umbul-umbul dan sekelompok pemuda yang memainkan gambelan sudah berada didepan pandanganku. Deretan barisan depan diisi oleh anak-anak kecil yang berias bali yang sungguh menggemaskan. Kemudian barisan berikutnya diisi remaja-remajanya dan juga pemudi yang berajak dewasa. Mataku jadi segar melihat gadis-gadis bali yang cantik-cantik dengan balutan busana dan riasan bali. Tak ayal kenapa Bali juga dikenal akan budaya dan adatnya. Dari banyaknya gempuran budaya asing yang dibawa turis-turis mancanegara, namun Bali tetap mempertahankan adat dan budayanya sendiri. Dalam hati aku tak henti-hentinya berdecak kagum menyaksikan salah satu tradisi budaya Bali. Jujur aku berniat ingin menetap di Pulau ini saja.

Tanpa sengaja netraku menangkap seseorang yang wajahnya tak asing dimataku. Aku membuka kacamata hitam yang ku pakai lalu menajamkan pandanganku pada salah satu dari gadis yang berjejer itu.

Gadis itu. Ya, gadis itu adalah gadis yang ku temui di pantai Sanur. Dialah yang aku cari-cari kini berada di depan mataku. Walaupun dalam riasan wajah, aku masih mengenal betul parasnya.

Kebetulan saja dia berhenti sejenak tepat didepannku karena barisan didepannya sedikit macet jalannya. Aku terpaku, mataku tak berkedip sedikitpun menatapnya yang cantiknya bertambah berkali lipat dalam balutan kain prada dan riasan bali. Bibir tipisnya dengan lipstik yang tak begitu merah, tersenyum manis melelehkan hati. Kami sempat bertemu pandang membuat detak jantungku berdetak cepat menabrak tulang rusukku. Aku seperti susah bernapas, seakan udara disekitarku lenyap.

Hingga deretan barisan itu kembali berjalan dan membuat gadis itu semakin menjauh dari pandanganku. Sampai gerombolan gambelan kembali terdengar diiringan paling belakang dan berlalu. Orang-orang yang menoton dipinggir jalan pun bubur dan arus kendaraan kembali normal melintas.

Aku mengerjapkan mataku berkali-kali dan meraup udara mengisi rongga paru-paru. Ini serasa mimpi bagiku. Aku berusaha menetralkan detak jantungku. Aku masih tidak percaya bisa bertemu dengannya lagi disaat aku sudah mulai mengabaikannya.

Sial. Kenapa aku tidak memotretnya tadi. Setidaknya ada foto wajahnya digaleri ponselku. Aku menyesal dan merutuki diriku yang bodoh ini. Aku terlalu terbuai dengan kecantikannya itu bak Bidadari menurutku. Sehingga lupa dan tak terpikirkan untuk memotretnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun