Mohon tunggu...
Dhiya UlHaqqi
Dhiya UlHaqqi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Tukang Ngobrol

Psikologi Industri Organisasi, Psikologi Sosial Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Transformasi Pamer Diri Era Digital

14 Agustus 2023   21:36 Diperbarui: 14 Agustus 2023   21:39 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan memahami peran teknologi dalam mengubah fenomena ini, kita dapat melihat bagaimana ekshibisionisme di era digital bukan hanya ekspresi diri tetapi juga refleksi dari pergeseran budaya dan sosial yang terjadi di sekitar kita.

Di masa lalu, ekshibisionisme mungkin lebih terbatas pada situasi tertentu, seperti berbicara di depan banyak orang atau tampil di depan umum. Seiring dengan kemajuan teknologi, perilaku ini telah mengalami perubahan yang signifikan. Ini membawa kita dari ekshibisionisme konvensional ke ekshibisionisme digital. 

Untuk memahami perbedaan dan persamaan, mari kita membandingkan kedua jenis ekshibisionisme ini. Namun, konsep pamer diri telah mendapatkan dimensi baru dengan munculnya internet dan berbagai platform digital. Lebih banyak orang telah melakukan ekshibisionisme berkat penggunaan media sosial, berbagi foto, dan jejaring internet lainnya.

Ekshibisionisme konvensional sering terjadi di tempat fisik, seperti pertunjukan seni, pertunjukan panggung, atau acara publik, dan melibatkan penonton yang menyaksikan tindakan atau presentasi individu yang berekshibisionis. Ekshibisionisme konvensional sering melibatkan aksi fisik, seperti tampil di atas panggung, melakukan karya seni, atau berbicara di depan umum. 

Sebaliknya, ekshibisionisme di dunia digital berarti berbagi foto, video, dan teks melalui situs web online. Ini dapat mencakup selfie, video blog, tulisan pribadi, atau bahkan konten yang lebih inovatif seperti meme atau ilustrasi.

Ekshibisionisme konvensional biasanya melibatkan interaksi langsung dengan penonton. Reaksi penonton dan tanggapan lisan menunjukkan respons langsung terhadap ekshibisionisme ini. 

Di era internet, interaksi lebih sering terjadi melalui like, komentar, dan berbagi di media sosial. Respons terhadap ekshibisionisme digital dapat lebih variatif dan lebih mudah diakses oleh masyarakat umum.

Dalam kedua situasi ini, ekshibisionisme sering dikaitkan dengan kebutuhan untuk mendapatkan validasi, perhatian, dan pengakuan dari orang lain. Dalam ekshibisionisme digital, validasi biasanya diukur dengan jumlah like, komentar, atau berbagi yang diterima, sementara dalam ekshibisionisme konvensional, validasi lebih cenderung didasarkan pada reaksi langsung dari penonton.

Dalam era internet saat ini, orang dapat melihat reaksi publik terhadap konten ekshibisionis secara real-time melalui likes, komentar, dan berbagi. Validasi seperti ini dapat mendorong orang untuk terus berpartisipasi dalam ekshibisionisme. 

Respon negatif dapat menyebabkan perdebatan atau bahkan perasaan konfrontatif, sementara respons positif dapat meningkatkan motivasi. juga berdampak pada pergeseran kebiasaan dan moral masyarakat yang terkait dengan ekshibisionisme. 

Sekarang lebih mudah untuk menerima apa yang dulunya dianggap tabu atau tidak pantas dibagikan secara publik. Sebaliknya, perdebatan etika tentang sejauh mana seseorang boleh pergi dalam memamerkan diri di dunia digital muncul, terutama dalam hal nilai-nilai budaya dan privasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun