Mohon tunggu...
Dhiya UlHaqqi
Dhiya UlHaqqi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Tukang Ngobrol

Psikologi Industri Organisasi, Psikologi Sosial Budaya

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Analisis Perilaku Korupsi Berdasarkan Perspektif Islam (Edukasi Usia Dini)

29 Mei 2023   12:05 Diperbarui: 29 Mei 2023   12:37 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Gordon Johnson from Pixabay 

Ketidakberhasilan pejabat Indonesia dalam melaksanakan amanah itu terlihat dari maraknya perilaku korupsi dan berbagai macam bentuk penyimpangan keuangan lainnya, baik pencucian sampai penggelapan uang. Penyimpangan perilaku pemimpina ini Allah SWT menyebut sebagai perilaku jahil dan bodoh. Nabi Muhammad SAW secara jelas menyebutkan amanahkepemimpinan itu dalam satu sabdanya: "Setiap kamu adalah pemimpin dan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya"(HR. Bukhori). 

Hal ini jelas bahwa setiap manusia akan mempertanggung jawabkan, baik dalam kehidupan dunia maupunakhirat dari apa yang telah di lakukan, apalagi menyangkut kerugian publik yang skalanya lebih besar dan luas. Sekarang tugas kepemimpinan itu terasa lebih elegan dan di minati oleh banyak kalangan tanpa mempelajari moral dan ilmu kepemimpinan, bagi setiap orang menjadi pemimpin terasa berat jika manusia lalai memikulnya dan menggunakan amanah itu dengan cara yang menyimpang. 

Fenomena Euforia demokrasi saat ini sangat megah dan marak, terlihat dari sosial media yang menyangkutpautkan isu isu sebelumnya, sekarang dan yang akan datang pada tiap-tiap calon, seperti kasus-kasus yang memiliki skala besar dari kepolisian dan pihak perpajakan keuangan Bahkan kasus ini menjadi The Real News dalam beberapa bulan terakhir. masyarakat mengajak indonesia untuk berspekulasi pada calon RI 1 2024 ini untuk berdiskusi dalam menyelesaikan permasalahan bangsa yang semakin hari semakin tidak terselesaikan secara detail. Permasalahan saat inipun menjadi sorotan masyarakat terhadap citra para pemimpin bangsa ini. 

Beralih pada kasus Korupsi setiap tahun yang tejadi di negeri ini dilakukan oleh pimpinan partai, anggota DPR, menteri, pegawai pajak, pegawai bank, dan beberapa pemimpin serta pegawai di daerah-daerah. Kasus itu menambah daftar hitam sejarah kepemimpinan bangsa ini. Menurut Ardisasmita (2006) korupsi, kolusi dan nepotisme paling banyak dari bidang pengadaan barang/jasa pemerintah.

Pada penjelasan di atas, menjelaskan tentang pendidikan moral dimana moralitas merupakan salah satu pondasi utama untuk menata kehidupan ekonomi, sosial, politik ke arah lebih benar dan baik. Oleh karena itu diperlukan satu asesmen baru untuk menata karakter anak bangsa yang berlandaskan basis moral utuh yang terintegrasi dalam kehidupan pribadi (Mansyur, 2009). Merujuk pada permasalahan moralitas pemimpinan bangsa dan perilaku korup ini bagian peluang dalam mengembangkan model psikoterapi yang berbasis pada aspek fitrah manusia dan bersifat intrinsik, yakni psikoterapi profetik. 

Psikoterapi profetik ini di dasari melalui Pusat Studi Psikologi Islam di Fakultas Psikologi Islam oleh Ahmad Yasser Mansyur & Sitti Syawaliyah Gismin. Hal ini juga merupakan terobosan baru dalam dunia psikologi, kususnya psikologi Islam, psikoterapi, psikologi pendidikan dan Psikologi Manajemen SDM sehingga konsep itu belum banyak ditemukan dalam referensi dan belum menjadi model yang baku dalam mengatasi persoalan bangsa, terutama perilaku korup. Psikoterapi secara etimologis mempunyai arti sederhana, yakni "psyche" yang diartikan sebagai jiwa dan "theraphy" dari bahasa yunani yang berarti merawat atau mengasuh. 

Psikoterapi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah suatu cara pengobatan dengan mempergunakan pengaruh (kekuatan batin) dokter atas jiwa (rohani) penderita, dengan cara tidak mempergunakan obatobatan, tetapi dengan metode sugesti, nasihat, hiburan, hipnosis, dan sebagainya

Persoalan bangsa ini khususnya perilaku korupsi ini marak, ketika data KPK (2006) bahwa KPK sangat kesulitan dalam mengimplementasi sistem yang trasnsparansi sehingga merubah budaya seseorang (merubah pola pikir dan perilaku), sedangkan teknologi tidak sulit. Selain itu, Arief Rahman (2012) sebagai pakar pendidikan menjelaskan kesulitan kpk tersebut disebabkan oleh salah satu faktor dari banyak faktor, satu di antaranya karena adanya pengabaian terhadap nilai-nilai agama dan norma-norma di masyarakat. Fakta lapangan bahwa Beragama hanya dijadikan sebagai komunitas, kelompok atau pengikut, bukan sepenuhnya menjadi afeksi dari aturan norma yang berlaku dalam beragama tersebut. 

Ahmad Yasser Mansyur & Sitti Syawaliyah Gismin berpendapat bahwa perlu dibangun konsep integrasi ini menjadi sistem dalam budaya kerja setiap instansi sehingga menekan masalah korupsi di Indonesia melalui psikoterapi yang merujuk pada intrinsik dari nilai ruhaniah. 

Psikoterapi berbasis intrisnik yang dimaksud adalah nilai-nilai profetik yang terintegrasi dalam struktur kepribadian secara otonom dalam diri seseorang/peserta didik. Model psikoterapi profetik adalah konsep psikoterapi berlandaskan pada kenabian, yang nilai-nilainya disandarkan pada nabi Muhammad SAW dan bersumber dari Q.S. Ali-Imran [3]: 161-164 untukmengatasi perilaku korup. 

Psikoterapi profetik merupakan terapi mental dalam koneksi Islam sehingga psikoterapi religius yangnilainya diambil dari keteladanan nabi Muhammad SAW. karena Agama berfungsi untuk berkehidupan lebih bermakna, bertujuan dan mempunyai panduan dalam kehidupan baik berbangsa dan bernegara. sehingga agama menjadi  orang akan berpikir positif, memilikikendali dan harga diri, serta mempunyai metode pemecahan masalah spesifik yang memperbaiki daya tahan mental.

Al-Qur'an Surah Ali-Imran Ayat 161 Sampai 164 Yang Berkaitan Dengan Konsep Korupsi Dan Penanganannya

Ayat 161 "Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusanrampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu; kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya." Pada ayat ini mengilustrasikan keluhuran akhlak Rasulullah SAW pasca perang Uhud, yang berkaitan dengan regulasi emosi dan prinsip tawakkal. 

Secara umum pada ayat ini menegaskan bahwa jika Allah SWT memberi pertolongan kepada mukmin, maka siapapun dan momentum apapun tidak akan ada yang mampu mengalahkannya. Namun demikian, semua pertolongan itu diberikan Allah SWT ada alasannya.

Jika ingin memperoleh pertolongan Allah SWT hendaklah berlaku jujur dan menjaga amanah sehingga Ayat 161 ini menunjukkan kepribadian profetik yang konsisten menjaga amanah dan tidak pernah berkhianat.

Ayat 162  "Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah, sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan ( yang besar) dari
Allah dan tempatnya adalah jahannam?". selanjutnya dijelaskan pada ayat 162-163. Pelaku ghulul tidak hanya merasakan derita di akhirat kelak, tapi juga akan dirasakan di dunia. Allah SWT menegaskan bahwa pelaku korup akan mendapatkan ganjaran setimpal dan kelak pada hari kiamat akan datang membawa materi (benda-benda) yang telah dikorupsinya degan cara memikul di atas undaknya 

Ayat 163 Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali, kedudukan mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat
apa yang mereka kerjakan.

164. Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang
rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Untuk merubah budaya jahiliyyah dan perilaku yang sesat itu dibutuhkan tiga metode
sebagai tugas risalah nabi Muhammad SAW, yaitu:
1) Metode tilawah. Tilawah bermakna membacakan ayatayat Allah Aktivitas tilawah nabi dengan membacakan ayat-ayat Allah, yaitu Al-Qur’an kepada umatnya secara benar, dengan tartil sesuai dengan tajwid, makhraj dan sifat-sifat hurufnya. Hal ini bermakna bahwa Rasulullah saw berupaya membuka pengetahuan (kemampuan kognitif) dan wawasan umatnya melalui AlQur’an dengan cara membacakan ayat-ayat al-Qur`an. Hal ini sebagai metode pengenalan dan sekaligus dakwah Islam agar manusia mampu meningkatkan kualitas keimanannya. Melalui metode tilawah dapat menanamkan benih keimanan, menumbuhkan kesadaran akan Tuhan sebenarnya, yang menciptkan alam semesta dan Tuhan yang disembah.

2) Metode Tazkiyah. Tazkiyah bermakna membersihkan dan mensucikan diri lahir-bathin dari berbagai dosa dengan mengajak manusia untuk selalu bertaubat dan berhenti melakukan maksiat.  artinya: “dan dia mensucikan mereka”. Zakka – yuzakki - tazkiyatan artinya membersihkan dan mensucikan dari dosa (Tafsir Jalalain, Az-Zikr Versi Android, 2010) . Yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah nabi Muhammad SAW membersihkan dari berbagai kepercayaan, pemahaman dan pola hidup jahiliyah yang salah dengan menegakkan amar ma`ruf nahi mungkar dan menerapkan pola hidup islami. Tazkiyah memiliki manfaat berikut; Pertama Tazkiyah merupakan metode terapi. 

Dalam psikoterapi Islam yang dikenal dengan terapi Tazkiyah an-Nufus (penyucian diri). Dalam Al-Qur›an terdapat beberapa ayat tentang tazkiyah an-Nufus. Seperti dalam Surah As-Syams: ayat 9; sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Serta bentuk dari tazkiyah an-Nufus berupa ibadah, seperti zikir dan shalat sebagaimana dalam

Q.S. al-A`laa [87]: 1415-: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Teknik terapi tazkiyah an-Nufus berisi praktek ibadah dan ajaran agama Islam seperti tauhid dan keimanan, shalat, puasa, zakat, tobat, halal-haram dan lain sebagainya. Terapi tazkiyah ini dapat mengatasi masalah penyakit mental, gangguan jiwa dan berbagai macam bentuk penyimpangan perilaku termasuk korupsi. 

Kedua Tazkiyah merupakan metode spiritual yang dapat diterapkan pada lembaga pendidikan untuk mengembangkan kemampuan SQ serta membentuk katrakter utama siswa. Pendekatan spiritual dilakukan dengan menerapkan prinsip agama dalam pembelajaran dan dalam kehidupan keseharian. Proses itu akan meningkatkan kemampuan peserta didik pada aspek keagaaman (hablum min Allah) dan kemanusiaan (halummin an-Naas). 

Integrasi aspek keagaaman (ritual) dan kemanusiaan (muamalah) dalam pendidikan itu melahirkan kemampuan SQ pada diri peserta didik. Pendidikan agama dan pendidikan moral melahirkan kepribadian (akhlak karimah) yang utuh, seperti jujur,
pemaaf, dapat mengendalikan emosi marah, tawadlu, sabar dan ridho terhadap musibah dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk akhlak  karimah inilah yang disebut dengan karakter utama. 

3) Metode Ta`lim. Ta`lim berarti mengajarkan Al-Qur’an dan Hadits.  artinya: dan dia mengajari Al-Kitab dan Al-Hikmah kepada mereka. Maksudnya dalam ta`lim terdapat proses mengajar yang dilakukan oleh guru dan terdapat proses belajar yag dilakukan oleh anak didik. Guru berusaha memberikan kemampuan kognitif kepada anak didik dengan mentransfer ilmu sehingga anak didik mempunyai kemampuan berpikir, merasa dan mengamalkan. Proses belajar itu akan mendatangkan perubahan pada perilaku pada siswa meliputi tiga aspek, yaitu kognitif (IQ), afektif (EQ) dan psikomotor (skill).

Pembelajaran dengan metode tilawah dan ta`lim merupakan aktivitas pemrosesan awal kognitif yang di dalammya terdapat proses mental dari penerima (peserta didik) berupa:
1) Penginderaan. Dalam penginderaan terdapat attention (perhatian) dengan menggunakan receptor (indera telinga dan
mata) dalam menangkap pesan (stimulus ayat yang didengar).

2) Persepsi. Terdapat proses persepsi (pemaknaan-interpretasi) terhadap stimulus yang telah diterima. Biasanya, aktivitas ini
merupakan pengenalan awal terhadap materi yang diterima, yang memerlukan motivasi dan ketulusan dari kedua pihak, sehingga
materi pelajaran yang dibacakan dapat dipersepsi sama oleh penerima pesan. Hal itu dalam komunikasi disebut komunikasi
efektif.

Sedangkan dalam psikologi dakwah, komunikasi efektif itu ketika mad`u memiliki pehamanan yang sama terhadap pesan
dakwah yang disampaikan oleh dai. Pada psikologi pendidikan, guru berupaya memberikan pengenalan bahan bacaan (materi
pejaran) pada siswanya degan memperhatikan perbedaan aspek psikologis dari masing-masing peserta didik. Tilawah merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran yang dapat membentuk skill (keterampilan) membaca efektif

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun