Mohon tunggu...
Uniek Widyarti
Uniek Widyarti Mohon Tunggu... -

belajar menjadi manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Juni

26 November 2017   06:15 Diperbarui: 26 November 2017   08:13 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pic taken from soncenayang.blogspot.com

Aku mengangguk

Para istri menangis, namun tak ada yang mampu mencegah keinginan Tuan. Begitu pula dengan para rewang, mereka berurai air mata. Keputusasaan yang selama ini ada dalam benak mereka hilang sudah. Mereka akan terbebas dan kembali ke gubuk tempat mereka dilahirkan.

Aku tersenyum.....

Tuan suamiku. Kini ia tampak lebih bahagia. Bahagia yang seutuhnya,menjadi petani dan hidup sederhana di sebuah gubuk tua.

Kusuguhkan secangkir wedang ronde dan lima iris gethuk dengan senyuman.

^^^^

 " Sri...Sri....bangun..bangun " Tuminah, membangunkanku.

Ternyata aku bermimpi.

"Tuan Jamin memanggilmu"  Darwati yang dipojok kamar menyahut dengan wajah tegang

Aku tersenyum, "Tenang saja teman teman, kembali ke kampung halaman, bukan hanya sekedar mimpi"

Tampak para rewang terdiam dan tak tahu makna dari kalimat yang aku ucapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun