Mohon tunggu...
Dhita Mutiara Nabella
Dhita Mutiara Nabella Mohon Tunggu... Konsultan - Program Officer Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Indonesia - Pendiri Komunitas Cerita Iklim

I am a dedicated sustainability professional with a Master’s degree in Environment and Sustainable Development from University College London and a background from the Faculty of Mathematics and Natural Sciences at the University of Indonesia. In my current role as Senior Consultant for Net Zero Sustainability Transition at Equatorise, an international advisory firm based in London, I collaborate with institutions and governments to support Indonesian corporates and family offices in exploring opportunities within the UK and EU markets. I also help UK and EU-based entities unlock value and thrive in Indonesia, a growing hub in the Indo-Pacific region. My previous experience includes founding Climate Stories (Cerita Iklim), a youth community focused on climate change awareness, and working at the Research Center for Climate Change at the University of Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Porsi APBN untuk Mengatasi Krisis Iklim Hanya 4,1%, Bagaimana Solusinya?

13 Juni 2021   21:01 Diperbarui: 13 Juni 2021   21:07 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan demikian, Ibu Sri Mulyani menyatakan bahwa anggaran dari APBN saja tidak cukup untuk mengatasi perubahan iklim, perlu gotong royong dari berbagai pihak untuk turut terlibat dan berkontribusi dalam penanganan krisis iklim ini. Salah satu strategi yang dilakukan pemerintah yaitu melalui mekanisme Budget Tagging sebagai bentuk transparansi penggunaan dana APBN untuk penanganan krisis iklim di Indonesia. 

Saat ini, Kemekeu juga sudah memfasilitasi 7 provinsi, 3 kabupaten, dan 1 kota untuk program Regional Budget Climate Tagging dan akan disusul oleh 6 wilayah lainnya. 

Ibu Menteri juga menekankan perlu adanya usaha dari pemerintah daerah untuk menjadikan penanganan krisis iklim ini menjadi prioritas pembangunan sehingga akan ada double power untuk pendanaan iklim tersebut.

Upaya lainnya yang telah dilakukan melaui APBN yaitu dengan adanya pembentukan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) dan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) yang bertujuan untuk menarik dana dari berbagai sumber untuk merealisasikan berbagai project penanganan perubahan iklim, seperti pengembangan energi terbarukan di Indonesia.

Merefleksikan dari data tersebut, penanganan krisis iklim tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja, perlu adanya kolaborasi dari berbagai pihak, baik melalui bantuan internasional, pihak swasta, maupun masyarakat secara umum. 

Dengan demikian, diharapkan seluruh pembangunan di Indonesia saat ini mengarah kepada pembangunan hijau rendah karbon yang berkelanjutan.

    

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun