Mohon tunggu...
Dhini Oktavianti
Dhini Oktavianti Mohon Tunggu... Freelancer -

Jalan-jalan, Belanja, Kuliner, Belanjaa.. ^_^

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Pilih Pengamen yang Preman atau Pencopet?

9 November 2012   08:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:43 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13524480441598651398

Sudah lebih dari sebulan, aku belum menulis lagi di Kompasiana. Bukan karena malas tapi karena kurang semangat aja (eh, sama aja yah?)

Beberapa hari yang lalu, aku membaca salah satu artikel di Kompasiana mengenai aksi premanisme pengamen di metro Mini 610. Sebagai pengguna angkutan umum, memang situasi tersebut sangat mengkhawatirkan apalagi ditambah sudah maksa berbicara, "mengatai" dengan nama-nama hewan. Dongkol sudah pasti tapi yasudahlah, cuma bisa mengelus dada sambil istighfar.

Apakah semua pengamen pemaksa?

Tergantung posisi kita di daerah mana dan tergantung kita naik bis yang berbentuk seperti apa. Kalau aku naik bis sedang di daerah Blok M memang pengamennya rata-rata sangar-sangar bin ajaib, tapi kalau di daerah Lebak Bulus-Cilandak Trakindo, rata-rata pengamennya tidak sesangar itu, malah didominasi oleh anak kecil. kalaupun orang dewasa, mereka masih bisa masuk ke dalam kategori sopan. Lalu kalau dari daerah Slipi, ini kombinasi, ada yang sangar ada pula yang biasa aja.

Selain pengamen, apalagi sih yang biasanya kita temui di kendaraan umum?

Pencopet.

Oh yeah, dengar kata ini aku jadi ingat kejadian saat aku berangkat kerja di daerah Rawamangun. Kendaraan umum yang kunaiki adalah bis AC jurusan Poris-Pulo Gadung. Biasanya dan berdasarkan pengakuan para penumpang yang sudah lama naik bis ini, bisa dikatakan bis ini paling aman karena ga pernah ada pengamen dan pemcopet. Mungkin karena posisi penumpang yang berdiri dibuat seaman mungkin membuat pencopet kehilangan "nafsu". Ditambah keneknya yang super sangar tapi baik hati kepada penumpang.

[caption id="attachment_222202" align="aligncenter" width="300" caption="Pencopet. Sumber: darwinarya.wordpress.com"][/caption]

Pagi itu, setelah menunggu kurang lebih 5 menit di jembatan susu Bendera, Pasar Rebo, bis yang biasa membawaku menuju daerah kantor pun datang. Penumpang lain yang memiliki tujuan yang sama denganku pun sangat antusias sekali untuk naik bis yang satu ini. Ga ada yang berubah dari rutinitas naik bis di pagi hari. Setelah semua penumpang masuk dan menyesuaikan dirinya (mencari posisi Pewe), dan kebetulan aku mendapatkan duduk di kursi 3 paling belakang. Sedang duduk tenang dan mulai lihat-lihat keadaan sekitar, keributan itu pun dimulai.

Kenek bis saat aku naik sedang duduk santai di belakang tiba-tiba berdiri maju dan memegang kerah pria berkulit hitam, kurus, berambut keriting, menggunakan baju batik hitam putih yang berdiri persis di disampingku tapi menghadap ke pintu, sambil berkata setengah teriak, "mau ngapain loe disini?"

Sontak aku kaget dan langsung melihat kenek tersebut yang sudah memasang muka gahar bin sangar (lebih sangar dari pencopetnya). Sang tertuduh itu pun berkata dan tidak kalah teriaknya, "Apaan bang? Gue ga ngapa-ngapain".

"Halaaahhh, ga usah boong! Gue tahu loe mau nyopet kan?" jawab si kenek sedikit melepaskan kerah baju tertuduh itu.

"Kata siapa Bang?" bales si tertuduh.

"Gue lihat kali tangan loe! Ngapain jaket loe taro depan nutupin tangan loe yang mau nyopet tas Mba ini," kata kenek sambil menunjuk Mbak-mbak berkerudung yang membawa tas laptop di depannya.

Si tertuduh masih berkelit tapi mulai gugup.

Keneknya pun langsung bilang, "mau gue laporin ke polisi? Ayo! Gue liat dengan mata gue sendiri kok!"

Tertuduh itu pun langsung terdiam dan menuruni tangga untuk keluar.

Kenek menahannya sambil berkata, "mau kabur loe?"

Tertuduh itu hanya mengatakan, "Saya mau turun bang!"

Si kenek itu pun menurunkannya tidak lupa memukul pundaknya terlebih dulu.

Aku mulai berpikir, bagaimana kenek itu tahu kalau dia itu pencopet?

Pertanyaanku pun terjawab karena ibu-ibu yang duduk tidak jauh dari kenek menanyakannya. Keneknya berkata dan menjelaskan, "Bu, saya ini orang jalanan, tiap hari kerja di jalan. Sudah apal kelakuan tiap2 dan model penumpang. Apalagi yang namanya pemcopet. Pencopet yang tadi itu udah saya curigai dari dia naik bis ini. Kalau penumpang pada umumnya kan kalo bawa jaket dipake, kalo pun ga dipake pasti ditaro di pundak atau dikalungin ditangan tapi tangannya tetap terlihat dan diam. Tapi yang tadi, jaketna direntangin sampai tangannya ga kelihatan sama sekali dan tangannya itu bergerak-gerak seperti mencari sesuatu. Sebelumnya juga saat pergantian penumpang waktu mba ini naik (sambil menunjuk mba yang tadi mau dicopet) mata nya dia itu hilir mudik, dan menatap tajam tasnya, bukan orangnya. Saya udah mulai curiga tapi saya diemin dulu untuk ngumpulin bukti tingkah lakunya dia. Pas dia mau ngelancarkan aksinya, baru langsung saya gep aja, Bu. Biar ga jadi nyopet orangnya."

Awalnya aku masih berpikir, kalau salah orang gimana yah?

Tidak lama setelah kenek itu menjelaskan muncul lagi kenek yang lain untuk menagih ongkos. Kenek yang ngegep pencopet itu bilang, "Mang, ada copet tadi di sini."

Kenek 2 menjawab, "Tadi?"

Kenek 1, "Iya mang, tapi langsung saya gep aja biar ga ngambil apa-apa"

Kenek 2, "Yang mana orangnya?"

Kenek 1, "yang orangnya item, keriting, yang diri persis di sini (sambil nunjuk posisi berdirinya si tertuduh itu)"

Kenek 2, "Ohhh yang pake baju batik item putih yah?"

kenek 1, "Iya mang Bener!"

Kenek 2, " Saya juga udah curiga kalo dia bakal nyopet soalnya saya pernah ngeliat dia mau nyopet di bis lain, udah ngelancarin aksinya tapi keburu ketauan sama yang mau dicopet. Apalagi pas saya mau narikin ongkos, bapak itu kaya panik banget. Udah 3x saya ngeliat dia mau nyopet, biasanya sih sama temennya."

Kenek 1, " Wah. harus diinget-inget mukanya, biar dia kaga naik lagi ke sini."

Wow, berarti memang keneknya expert bgt dalam meliaht gerak-gerik dan tingkah laku orang.

Setelah ada kejadian ini, aku jadi terpikir cara agar terhindar dari pencopetan. Berikut yang bisa aku kumpulkan caranya:

1. Jangan lengah karena kalau kita lengah berarti kita memberikan kesempatan kepada para pencopet.

2. Usahakan posisi kita deket dengan kenek atau supir. Tapi kalau tidak bisa, pastikan kita siap untuk melawan atau berteriak.

3. Posisikan tas berada di depan kita dengan resleting tas di depan dada dan posisi tangan menyilang seperti mengapit tas sampai bagian bawah tas. Ini dimaksudkan agar pencopet tidak leluasa mencopet karena ketauan oleh kita.

4. Saat kita berdiri, pastikan kita berdiri menghadap kepala kursi dan taru tas persisi di atas kepala kursi penumpang (sebelumnya minta ijin dulu ya). Hal ini dimaksudkan, kalau ada yang berani nyopet berarti pencopetnya udah bosan hidup alias ketahuan bgt dia bakalan nyopet.

5. Untuk faktor luar, kenek-kenek yang disiapkan di bis kota sebaiknya adalah kenek yang lebih berani dan bertanggung jawab.

6. Berdoa sebelum berangkat tidak boleh lupa.

Tetapi seekstrim apa pun kondisi angkutan umum, pasti ada enak dan ada yang tidak enaknya. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tapi kita punya pilihan untuk menikmatinya atau mengeluhkannya.

Selamat berkendaraan umum!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun