Saat ini dunia sedang menyerukan untuk melakukan praktik-praktik yang mendukung pengurangan jumlah sampah yang dihasilkan. Sehingga juga sebanyak mungkin jumlah sampah atau limbah bisa dihindari. Gerakan tersebut juga dikenal sebagai konsep nol limbah atau zero waste. Zero waste pertama kali juga digagas oleh seorang wanita berkebangsaan Prancis-Amerika yang bernama Bea Johnson pada tahun 2008. Melihat permasalahan sampah yang semakin hari semakin menumpuk, dan melihat kegiatan dari rumah atau rumah tangga juga menjadi salah satu penyumbang sampah terbesar membuatnya untuk menggagas konsep zero waste tersebut. Tak hanya menerapkan di rumahnya, ia pun melakukan kampanye untuk menyuarakan gerakan zero waste ini lewat tulisan yang dituangkan ke dalam blog pribadinya.Â
Mungkin sebagian dari kita ketika mendengar kata zero waste, kebanyakan pasti yang terlintas adalah prinsip nol sampah. Dan tentunya hal tersebut menimbulkan pertanyaan, "Emang kita bisa hidup tanpa menghasilkan sampah?"
Memang jika melihat kondisi kehidupan kita yang dihantui keberadaan plastik, terlebih plastik sekali pakai yang ada dimana-mana rasanya sulit sekali jika hidup tanpa menghasilkan sampah. Sesederhana dari botol plastik dari yang kita minum, pelindung sayur dari plastik yang ada dijual di supermarket, dan barang-barang kebutuhan lainnya, hampir semuanya pasti memakai plastik untuk pelindungnya. Miskonsepsi soal zero waste serta melihat fakta yang terjadi di lapangan membuat kebanyakan masyarakat kita merasa pesimis dan skeptis. Padahal sebenarnya gerakan zero waste adalah gerakan yang mengajak kita untuk lebih bijak menggunakan suatu barang atau produk dengan memaksimalkan penggunaannya serta mengurangi penggunaan barang sekali pakai, seperti plastik. Gerakan ini dilakukan untuk mengurangi jumlah timbulan sampah di tengah keterbatasan tempat penampungan sampah yang tidak sebanding dengan jumlah tumpukan sampah yang seiring bertambahnya waktu semakin meningkat. Selain itu juga gerakan zero waste diharapkan hadir sebagai upaya untuk mitigasi masalah atau dampak yang ditimbulkan dari permasalahan atau bencana dari limbah atau sampah, terlebih sampah plastik.
Sayangnya ketika dunia sedang menyerukan gerakan zero waste dengan penghentian penggunaan plastik sekali pakai, para pemimpin dunia serta peserta lain yang menghadiri forum global mengenai perjanjian plastik global justru terjebak dalam sebuah paradoks. Mereka membahas solusi penyelesaian masalah lingkungan akibat penggunaan plastik, tapi sayangnya penyelesaian solusi itu dirumuskan dari balik dinding yang dihiasi dengan lobi-lobi kepentingan industri serta elit global yang mengambil keuntungan dengan hanya memberikan solusi palsu untuk mendaur ulang plastik saja.
Gambaran Forum Perjanjian Plastik Global: Misi yang Terganjal Kepentingan Industri
Sejak tahun 2022 di bulan Maret, pada pertemuan Majelis Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Nairobi, kepala negara, menteri lingkungan hidup, dan perwakilan lain dari 175 negara menyepakati mandat untuk membuat instrumen mengikat secara hukum internasional pertama untuk mengakhiri polusi plastik. Instrumen tersebut dinamakan Global Plastic Treaty atau Perjanjian Plastik Global. Adapun forum mengenai kesepakatan Perjanjian Plastik Global ini dinamakan dengan INC (Intergovernmental Negotiating Committee). Forum mengenai Perjanjian Plastik Global atau INC ini pun sudah berlangsung sebanyak 5 putaran. Adapun INC-5 yang berlangsung di Busan, Korea Selatan pada tanggal 25 November sampai 2 Desember 2024. Fokus pada forum putaran yang kelima ini adalah penyelesaian elemen utama dalam rancangan perjanjian plastik global sebelum diadopsi pada tahun 2025 nanti.
Selama diskusi dalam forum yang terjadi plastik memang digambarkan sebagai tantangan yang harus segera diatasi. Sayangnya jalannya negosiasi mengenai kesepakatan Perjanjian Plastik Global ini secara tak langsung justru diramaikan oleh kepentingan negara dan industri penghasil plastik yang lebih memilih menciptakan jalan pintas dengan mendorong solusi teknis dan praktis seperti daur ulang. Padahal solusi yang ditawarkan pun tidak menyentuh akar permasalahan, yakni produksi plastik yang berlebihan. Alih-alih menciptakan kesepakatan, komitmen, juga solusi dalam skala yang besar dan waktu yang panjang, forum ini pun lebih terlihat seperti arena kesempatan tawar-menawar bagi negara dan industri untuk mempertahankan status quo nya, yakni bisa terus memproduksi plastik dengan membebankan sampahnya kepada konsumen (masyarakat).
Kegagalan Negara-Negara di Dunia untuk Mengakhiri Pencemaran Plastik
Sayangnya forum perjanjian plastik global atau INC-5 yang direncanakan menjadi negosiasi yang terakhir pun nyatanya berakhir tanpa kesepakatan kolektif yang efektif serta ambisius. Negosiasi pun terpecah antara negara-negara yang didominasi oleh kepentingan negara-negara industri penghasil plastik, dan negara-negara korban bukan produsen plastik, yang tentunya jadi kelompok paling rentan terkena bencana akibat masalah sampah plastik. Dinamika tersebut pun membuat forum berjalan lambat dan terasa alot, hingga akhirnya pun ditutup dengan kesepakatan yang tidak memuaskan. Yakni dengan draft naskah kesepakatan yang sangat kontroversial, yang sangat tidak memenuhi resolusi UNEA 5/14 yang menyoroti sampah plastik sebagai polutan baru yang memerlukan kerja sama antar negara untuk mitigasi dan mengatasi krisis kontaminasi plastik global di semua siklus plastik, dari hulu sampai ke hilir. Dinamika tersebut pun membuat hasil forum diputuskan untuk memperpanjang sesinya melalui putaran kelima untuk kedua kalinya atau INC-5.2. Penundaan kesepakatan ini tentunya menjadi bukti bahwa negara-negara di dunia tidak menunjukkan komitmen serta aksi nyata dalam mengatasi masalah sampah plastik, yang juga menjadi salah satu penyebab Triple Planetary Crisis yakni perubahan iklim, polusi, serta kehilangan keanekaragaman hayati.
Daur Ulang dan Kemasan Ramah Lingkungan Bukan Solusi Utama
Daur ulang dan penggunaan kemasan yang ramah lingkungan seringkali dinilai sebagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan sampah plastik. Solusi daur ulang serta penggunaan kemasan ramah lingkungan tidak mengurangi kebutuhan akan plastik baru, dan justru malah membuat konsumen (masyarakat) terus memiliki ketergantungan dengan penggunaan plastik. Biaya dan energi yang lebih besar saat mendaur ulang atau memproduksi kemasan ramah lingkungan juga membuktikan solusi tersebut tidak cukup efektif dan efisien. Solusi yang ditawarkan dari negara-negara industri penghasil plastik tersebut memperlihatkan bahwa mereka mempromosikan daur ulang sebagai solusi. Tetapi pada saat yang sama justru juga menciptakan ilusi semata karena memindahkan fokus dari akar masalah yakni produksi plastik yang berlebihan.
Tentunya hal ini sangat bertolak belakang dengan seruan dunia untuk melakukan gerakan zero waste yang mendukung prinsip ekonomi sirkular. Yang menggunakan sistem yang mendorong penggunaan kembali sebuah barang serta seminimal mungkin menghasilkan limbah atau sampah. Mengingat juga keterbatasan tempat penampungan sampah yang tidak sebanding dengan peningkatan jumlah tumpukan sampah plastik tidak cukup efektif hanya mengandalkan daur ulang. Yang mana tentunya hanya konsumen (masyarakat) paling terbebani untuk menyelesaikan masalah sampah plastik. Padahal sudah seharusnya pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat bersama-sama melakukan aksi nyata untuk menyelesaikan masalah sampah plastik global ini.Â
Dunia memerlukan lebih dari sekadar janji dan solusi formalitas belaka saja. Zero waste adalah langkah konkret dan aksi nyata yang harus diwujudkan dan dilakukan secara kolektif oleh semua pihak. Bukankah menjadi sebuah ironi yang nyata jika kita masih menyuarakan masalah lingkungan atau masalah plastik sambil menikmati makan siang dengan peralatan makan plastik sekali pakai, atau membawa pulang souvenir yang terbungkus plastik tebal. Apakah ini wajah asli dari zero waste?
___
Tulisan blog ini merupakan penulisan ulang dari tulisan lama pada 16 Desember 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H