***
Jam makan siang hampir habis, tapi kliwon tetap sibuk berkata-kata mirip para calon sedang kampanye. Si bos kelas teri, maksudnya si kepala grup yang berupaya solider menunggui anak buah kesayanganya itu, hampir habis kesabaran. Ia berjalan menghampiri kliwon. Tangannya memberikan isyarat closing, closing sudah cepat. Kliwon jadi gugup. Nafasnya terengah tertiban oleh kata-katanya sendiri. Kursi yang di dudukinya sudah lengket dengan busa dan ludah yang keluar bersama kata-katanya itu.
Dengan memelas, kliwon gantian bertanya pada pelanggan yang bearada di ujung telepon tersebut.
"jadi bagaimana pak, Bapak mau ambil yang tipe berapa" kata kliwon yang terlihat sudah sangat letih. Pucat.
"begini mas, saya sebenarnya tertarik. Tapi masih ragu sama perizinannya.
"itu sertifikat hak milik pak. Tinggal balik nama saja nanti kalau sudah lunas." timpal kliwon.
"bukan itu mas,, bukan. Soal perizinannya itu." Jawab calon pelanggan dari ujung pesawat telepon. "Tapi kami bisa bantu loh mas."
"maksudnya pak". Kliwon menyela.
"iya mas, saya ketua partai bebek, kami bisa bantu. Kami sudah tahu semua. E..e... Bisa bicara dengan atasan anda".
Kliwon binggung setengah mati. Ia tidak tahu bahwa dari tadi ia bicara dengan ketua partai bebek. Pantas suaranya tidak asing. Kebetulan kepala grup dari tadi sudah berdiri tepat di mukanya. Kliwon memberikan isyarat pada bos terinya itu, bahwa ada orang yang ingin bicara padanya.
"bapak orang pemerintahan ya, coba bicara dengan atasan saya". Kata kliwon dengan penuh hormat.