Mohon tunggu...
Dhiah Asmi Azizah
Dhiah Asmi Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Kuliah

Hobi : menggambar, dan menulis Profesi : Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terlalu Jauh Berbeda

14 Juni 2023   19:45 Diperbarui: 14 Juni 2023   19:54 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari Minggu dengan langit yang nampak cerah membuat siapapun tak ingin melewatkannya. Sama hal nya dengan seorang pemuda yang tengah duduk seorang diri di sebuah taman, di tangannya sudah ada buku bersampul coklat dengan daun maple sebagai hiasan covernya. Perlahan ia menggoreskan pena, menuangkan setiap bait kata yang ada di dalam pikirannya.

Pemuda itu bernama Jefran. Parasnya yang tampan membuat banyak gadis terpesona padanya. Namun tak satupun dari gadis-gadis itu yang membuat Jefran terpesona. 

Angin yang sejuk membuat Jefran nyaman berlama-lama ditaman, tangannya juga tak henti-hentinya menggoreskan kata demi kata yang indah. Senyum manis terlukis dibibirnya kala satu kata terakhir menjadi penutup yang ia tuliskan kali ini. 

“Permisi” Suara lembut seorang perempuan menghentikan kegiatan Jefran yang tengah membaca sajak-sajaknya. Jefran pun menutup bukunya dan membalikkan badannya.

“Iya, ada yang bisa saya bantu?” Tanya Jefran. Cantik sekali mata gadis ini. Batinnya. Jefran hanya bisa melihat mata gadis itu, karena gadis itu memakai niqab.

“untuk ke masjid Istiqlal saya harus lewat mana?” Tanya perempuan itu.

“kebetulan hari ini saya juga mau ibadah, bagaimana jika kita kesana bersama?” Ujar Jefran tak lupa dengan senyum ramahnya.

“Ah begitu, boleh” jawab gadis berniqab itu. 

Jefran dan gadis itu berjalan bersama karena memang tempat yang menjadi tujuan keduanya tidak jauh. Jefran sesekali merilik gadis di sebelahnya. Ada rasa tersendiri yang timbul dalam benak Jefran. Keduanya mengobrol ringan, menepis rasa canggung. Hingga keduanya pun sampai di depan masjid Istiqlal. Jefran berhenti berjalan, dan gadis itu pun juga menghentikan langkahnya. Gadis cantik itu menatap Jefran heran.

“Kamu bilang mau ibadah juga, kenapa berhenti disini? Ayo masuk” Ujar gadis itu dengan suara lembutnya.

Jefran tersenyum.

“Saya memang mengatakan mau ibadah. Tapi bukan disini, melainkan disana” Jefran menunjuk gereja katedral yang ada di seberang masjid Istiqlal. Jefran berpamitan dan 1qq0⁰langsung berlari menuju gereja katedral. Sedangkan gadis itu langsung masuk kedalam masjid.

Sudah 2 Minggu berlalu. Sejak kejadian dimana ia mengantarkan seorang gadis yang sampai sekarang belum ia ketahui namanya itu, Jefran selalu ingin bertemu dengan gadis itu. Ia selalu berkunjung ketaman bukan tanpa alasan, melainkan ia sengaja menunggu gadis itu. Saat gadis itu sudah terlihat, ia akan menyapanya. 

Seperti sekarang, Jefran sudah duduk dibangku yang sama seperti sebelumnya. Ia menolehkan kepalanya kebelakang dan kebetulan gadis itu sudah terlihat dan sudah dekat dengan tempatnya. 

“Hai, kebetulan lagi kita bertemu disini” Sapa Jefran, tak lupa senyum manis yang selalu ia tunjukkan untuk gadis itu.

“Benar hanya kebetulan?” Pertanyaan gadis itu mampu membuat Jefran salah tingkah. Pemuda itu hanya menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal.

“mau ke Masjid?” Jefran berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Iya, seperti biasa” Jawab gadis itu. 

“kalau begitu ayo, saya juga sekalian mau ibadah” Jefran tersenyum manis, mempersilahkan gadis itu untuk berjalan lebih dulu.

Sesampainya disana, seperti biasa Jefran akan berhenti di depan masjid. Saat gadis itu akan memasuki masjid, Jefran menahannya.

“Tunggu” Ujar Jefran. Gadis itu mengehentikan langkahnya menatap Jefran penuh tanya.

“Selama ini kita belum mengetahui nama satu sama lain, saya Jefran kamu bisa memanggil saya Jeff” Jefran mengulurkan tangannya. Namun, tidak sesuai harapannya, gadis itu justru menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

“Saya Rayya” Ujar gadis itu. Jefran segera menarik uluran tangannya. Saat gadis bernama Rayya itu akan kembali melangkahkan kakinya memasuki masjid. Jefran tersenyum ia segera berlari menuju gereja katedral di seberang. 

Seiring berjalannya waktu, keduanya menjadi lebih dekat. Jefran selalu mengantarkan Rayya ke masjid dan menunggu Rayya selesai melakukan ibadahnya. Begitu juga Rayya yang selalu mengingatkan Jefran untuk ibadahnya di hari Minggu. Kedekatan mereka membuat perasaan Jefran terhadap Rayya semakin tumbuh. 

Pagi ini adalah hari Minggu, Jefran berniat menyatakan perasaannya terhadap Rayya. Meski ia tahu jika tidak seharusnya ia memiliki perasaan terhadap Rayya. Ia tahu jika didalam Alkitab Tuhannya sudah melarangnya. Tapi Jefran tidak mampu jika harus menahan perasaannya dan hari ini lah waktu yang tepat untuk menyakan perasaannya terhadap Rayya.

Seperti bagaimana biasanya saat hari Minggu, selesai ibadah jefran akan menunggu Rayya di depan Masjid. Jefran tidak henti-hentinya tersenyum. Ia sudah tidak sabar untuk menyatakan perasaannya pada Rayya.

“Assalamualaikum Jeff, udah lama nunggu ya?” Sapa Rayya yang sudah di samping Jefran.

“Nggak, aku baru sampai, udah selesai ibadah kamu?” Tanya Jefran.

“udah” Jawab Rayya disertai dengan anggukan kepala.

“Yaudah yuk, eh tapi nanti sebelum pulang ke rumah, seperti biasa ya, kita mampir dulu” Ujar Jefran. Rayya hanya membalasnya dengan anggukan lagi.

Sesampainya di taman, keduanya akan duduk di kursi yang berbeda seperti yang biasa mereka lakukan dan itu karena permintaan Rayya. Suasana taman yang begitu tenang, Rayya segera mengeluarkan sebuah buku dan mulai membacanya.

“Ray, sebelumnya aku ingin minta maaf” Ujar Jefran.

“minta maaf untuk apa?” Tanya Rayya, namun gadis itu masih fokus dengan bukunya. Tapi ia bisa menangkap gerak-gerik Jeffran yang seperti sedang gugup.

“maaf karena udah punya perasaan sama kamu” kata-kata Jefran mampu membuat Rayya berhenti membaca bukunya. Jefran yang mengetahui Rayya terkejut dengan ucapannya segera melanjutkan perkataannya.

“Aku tidak merencanakan untuk jatuh cinta dan merindukanmu, semua terjadi begitu saja. Bagaimana caranya aku menyembunyikan perasaan cinta yang begitu besar untukmu? Itu tidak mudah. Aku tahu ini salah, tapi aku tidak bisa menahan perasaanku sendiri” Lanjut Jefran.

Rayya menutup bukunya namun tetap meletakkan buku itu di pangkuannya. Rayya terus memandang bukunya. Ia tidak ingin melihat wajah Jefran untuk saat ini.

“Terima kasih karena kamu sudah mau berkata jujur. Tapi maaf aku tidak bisa membalas perasaanmu. Kita berbeda, bahkan terlalu jauh. Kamu tahu, Jauhku dan jauhmu adalah bagaimana jauhnya adzan subuh ke adzan isya’. Bagaimana kamu berdo’a dengan mengepalkan tangan dan aku dengan membuka lebar telapak tangan. Kita adalah seamin yang tidak akan berubah menjadi seiman, kamu katedral dan aku istiqlal. Mau seperti apapun kita juga tidak bisa bersatu” Ujar Ryya berusaha menjelaskan pada Jefran bahwa mereka berbeda.

“Aku tahu, dalam cinta beda agama masih ada pilihan bukan? Dan aku yang akan ikut denganmu, aku akan berpindah ke agamamu” Ujar Jefran berusaha meyakinkan Rayya.

“Maaf Jeff, bagiku dalam cinta beda agama itu tidak ada pilihan, aku tidak ingin mengkhianati Tuhanku dan aku juga tidak ingin mengambilmu dari Tuhanmu. Jadi mulai sekarang lebih baik lupakan perasaan itu, carilah wanita yang seamin dan seiman denganmu. Sekali lagi terima kasih, aku pamit pulang dulu” Rayya berdiri dari duduknya dan berjalan pergi meninggalkan Jefran.

Sejak saat itu tidak ada lagi seorang anak Tuhan yang mengantarkan seorang hamba Allah untuk ke masjid, tidak ada lagi seorang pemuda yang menunggu gadis pujaannya di taman. Semuanya berakhir begitu saja, dan keduanya memutuskan untuk tidak bertemu kembali.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun