“Saya Rayya” Ujar gadis itu. Jefran segera menarik uluran tangannya. Saat gadis bernama Rayya itu akan kembali melangkahkan kakinya memasuki masjid. Jefran tersenyum ia segera berlari menuju gereja katedral di seberang.
Seiring berjalannya waktu, keduanya menjadi lebih dekat. Jefran selalu mengantarkan Rayya ke masjid dan menunggu Rayya selesai melakukan ibadahnya. Begitu juga Rayya yang selalu mengingatkan Jefran untuk ibadahnya di hari Minggu. Kedekatan mereka membuat perasaan Jefran terhadap Rayya semakin tumbuh.
Pagi ini adalah hari Minggu, Jefran berniat menyatakan perasaannya terhadap Rayya. Meski ia tahu jika tidak seharusnya ia memiliki perasaan terhadap Rayya. Ia tahu jika didalam Alkitab Tuhannya sudah melarangnya. Tapi Jefran tidak mampu jika harus menahan perasaannya dan hari ini lah waktu yang tepat untuk menyakan perasaannya terhadap Rayya.
Seperti bagaimana biasanya saat hari Minggu, selesai ibadah jefran akan menunggu Rayya di depan Masjid. Jefran tidak henti-hentinya tersenyum. Ia sudah tidak sabar untuk menyatakan perasaannya pada Rayya.
“Assalamualaikum Jeff, udah lama nunggu ya?” Sapa Rayya yang sudah di samping Jefran.
“Nggak, aku baru sampai, udah selesai ibadah kamu?” Tanya Jefran.
“udah” Jawab Rayya disertai dengan anggukan kepala.
“Yaudah yuk, eh tapi nanti sebelum pulang ke rumah, seperti biasa ya, kita mampir dulu” Ujar Jefran. Rayya hanya membalasnya dengan anggukan lagi.
Sesampainya di taman, keduanya akan duduk di kursi yang berbeda seperti yang biasa mereka lakukan dan itu karena permintaan Rayya. Suasana taman yang begitu tenang, Rayya segera mengeluarkan sebuah buku dan mulai membacanya.
“Ray, sebelumnya aku ingin minta maaf” Ujar Jefran.
“minta maaf untuk apa?” Tanya Rayya, namun gadis itu masih fokus dengan bukunya. Tapi ia bisa menangkap gerak-gerik Jeffran yang seperti sedang gugup.