Mohon tunggu...
Dhea Nurfina Salsabilla
Dhea Nurfina Salsabilla Mohon Tunggu... Freelancer - Dhea Nurfina_XII MIPA 1

Never stop learning, because life never stop teaching~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sang Komodor dari Jawa Tengah

22 November 2021   00:12 Diperbarui: 22 November 2021   00:16 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Yowes mas bersih-bersih dulu gih, biar Kustini siapkan makan malamnya” jawab Kustini seraya bangkit dari kursi.

Keesokan harinya setelah berpamitan dengan istri dan anaknya Yos sudarso mendapat sengatan semangat untuk tugas yang berat. Kisah heroik mengenai pertempuran Yos Sudarso akhirnya terjadi pada tanggal 15 Januari 1962. Ketika itu Yos Sudarso melakukan patroli dengan membawa tiga kapal yakni KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang dan KRI Harimau dibawah komandonya.

Operasi senyap tersebut dilakukan di sekitar wilayah perairan laut Aru disekitar wilayah Maluku. Tidak lama kemudian pesawat Neptune Belanda yang melakukan patroli menjatuhkan flare. Keadaan yang ketika itu sunyi dan gelap kemudian berubah terang benderang. Tiga kapal Belanda dengan persenjataan lengkap dan ukuran yang lebih besar kemudian muncul membelah langit malam.

Tak disangka ketiga kapal Belanda tersebut ternyata sudah menunggu mereka. Tembakan peringatan pertama dilepaskan oleh Belanda dan jatuh disamping KRI Harimau. Kolonel Sudomo kemudian memerintahkan tembakan balasan namun naas tembakan tersebut meleset.

Yos Sudarso yang sadar bahwa pertempuran ini bakal tidak seimbang dalam hal persenjataan, beliau kemudian memerintahkan ketiga kapal yang ia komandoi untuk mundur sementara.

“Perintah untuk mundur sekarang juga!” Ujar Yos Sudarso pada alat kounikasi kapal dengan lantang.

Sesuai Komando, Manuver 180 derajat kemudian dilakukan ketiga kapal tersebut. Namun naas, KRI Macan Tutul yang ditumpangi oleh Komodor Yos Sudarso macet.

Pihak Belanda mengira bahwa kapal Indonesia akan melakukan manuver untuk menyerang. Belanda kemudian melepaskan tembakan untuk menyerang lagi. KRI Macan Tutul ketika itu berhadapan dengan kapal perusak Belanda. Yos Sudarso kemudian memerintahkan KRI Macan Tutul untuk pasang badan agar dua kapal lainnya bisa bisa meninggalkan medan pertempuran.

Tembakan pertama yang dilakukan kapal perusak Belanda itu meleset mengenai KRI Macan Tutul. Di kesempatan berikutnya, tembakan yang dilakukan kapal perusak Belanda akhirnya tepat mengenai badan kapal KRI Macan Tutul yang bernomor lambung 650 tersebut. KRI Macan Tutul buatan Jerman Barat itu akhirnya terbakar dan perlahan-lahan karam ke dasar Samudera bersama 24 kru kapal. Kru lainnya yang selamat menjadi tawanan Belanda. Kalimat terakhir dari komodor Yos Sudarso sesaat sebelum kapalnya karam,

"Kobarkan Semangat Pertempuran" ia pekikan melalui radio ke dua kapal lainnya yang berhasil selamat.

Komodor Yos Sudarso yang semasa kecil bercita-cita sebagai prajurit itu akhirnya gugur di lautan dalam mempertahankan kedaulatan republik Indonesia. Ia meninggalkan seorang istri bernama Siti Kustini dan tiga orang anak. Pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Yos Sudarso atas jasa-jasanya. Namanya juga diabadikan sebagai nama jalanan di berbagai wilayah di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun