Mohon tunggu...
Dhea Nurfina Salsabilla
Dhea Nurfina Salsabilla Mohon Tunggu... Freelancer - Dhea Nurfina_XII MIPA 1

Never stop learning, because life never stop teaching~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sang Komodor dari Jawa Tengah

22 November 2021   00:12 Diperbarui: 22 November 2021   00:16 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam telah menjelajahi keramaian kota. Di tanah yang subur ini hujan baru saja reda, tetapi rintiknya masih sedikit ada. Sesaat lagi jarum panjang menyentuh angka dua belas untuk kedua kalinya. Sebuah keluarga dengan cemas sedang menantikan lahirnya anak mereka lalu terdengar suara tangis bayi menandakan apa yang dinantikan sudah tiba. Setelah penantian lama, pasangan muda ini terlihat sangat bahagia dengan kehadiran sang putra yang diberi nama Yosaphat Soedarso yang memiliki panggilan akrab Yos Sudarso. Sukarno Darmoprawiro dan Mariyam merekalah pasangan bahagia ini.

Sukarno berkata “Puji syukur Tuhan, putra kita wes lahir dengan selamat bu!”

Di ambilah bayi tersebut dari gendongan sukarno, seraya menahan isak tangis haru Mariyam membalas “nggeh pa.. anak kita tampan toh persis bapane”

Sukarno membalas mencium kening istriya dengan perasaan yang mendalam sambil mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada istrinya karena telah melahirkan putra mereka dan tetap bertahan disisinya.

Ayah Yos bekerja sebagai seorang polisi ketika masa penjajahan. Karena itulah Yos pun berkenginan menjadi seorang prajurit seperti ayahnya.

Setiap hari Yos selalu memperhatikan seragam yang dipakai ayahnya ketika akan bekerja. Sambil memandangi ayahnya yang akan berangkat kerja itu Yos berkata  “Pa, suatu hari kelak aku ingin mejadi seorang prajurit. Memakai pakian yang gagah seperti yang bapa pakai sekarang ini!”

“Ndak nak, menjadi seorang prajurit itu memliki resiko dan tanggung jawab yang besar. Bapa khawatir takut terjadi aapa-apa dengan kamu Yos toh kamukan anak bapa dan ibu satu-satunya.” jawab sang ayah dengan lembut sambil mengusap  kepala Yos.

“Benar apa kata bapamu Yos. Akan lebih baik jika kamu menjadi seorang guru, sama halnya dengan prajurit guru sangat berjasauntuk mencerdaskan anak bangsa”

“Tapi bu-” balas Yos.

“Yang pasti pekerjaannya tidak beresiko ndok” potong Mariyam dengan cepat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun