"sakit ,kata Abah mu tadi"
"sakit?kok Abah enggak kasih kabar Teh umi sakit?
Ibu diam membisu,terlihat guratan kesedihan diwajahnya sebetulnya masih banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan tapi aku urungkan melihat ibu yang sedang dilanda kesedihan.
Abah tertunduk diam sekali kali tanganya menghapus air matanya,ya Tuhan Tubuhnya kurus ,kopiah hitam yang biasa menemaninya kini tidak terlihat lagi,
"Assalamu alaikum ,Abah " ibu mencium tangan Abah aku mengikuti dibelakang Ibu
Tiba tiba Abah menangis sejadi jadinya kata maaf berulang ulang kali keluar dari bibirnya,
Ibu merangkul bahunya,ketegaran dan kesetiaan yang selalu menemani Abah puluhan tahun walau akhirnya harus ternoda dengan kehadiran Teh Umi,tapi kesetiaan dan keikhlasan itu juga yang tetap dipertahankan oleh wanita mulia yang melahirkan aku kedunia ini.
"seorang wanita baru bisa dibilang sukses bila dia bisa berhasil mendidik anak-anaknya dan selalu patuh dan taat pada suaminya dalam keadaan apapun selagi itu masih dijalan Allah" begitu sekiranya pandangan Ibu terhadap kaum wanita.
"sabar ,Abah ...sabar" begitulah ibu mengulang kalimat penyemangat Abah
Siti terdiam bisu, tidak satu katapun yang keluar dari bibirnya ,entah siti bahagia dengan meninggalnya Teh Umi atau turut berduka,tapi siti tetaplah manusia yang tetap merasakan kesedihan walau yang meninggal adalah orang yang membagi dua Abahnya.
Keluarga Teh Umi tampak terlihat datang,walau tidak banyak hanya ayah,ibu,adik dan beberapa anggota keluarganya yang hadir di Rumah sakit itu. Setelah urusan dirumah sakit selesai keluarga sepakat mengebumikan Teh Umi hari ini juga selepas salat ashar.