setan-setan berwajah pura-pura
bergelantungan di telinga
cumbu rayu dunia
butakan mata, butakan jiwa
menara tua menjerit memecah langit
saat fajar mengembalikan malam
saat terik di atas ubun-ubun
saat surya mulai tergelincir ke barat
saat senja menjemput bulan dan bintang
saat malam telah benar-benar datang
tak didengar!
menara tua dikoyak sepi
langkah-langkah kaki perlahan menjauhi
setan-setan kini berdendang riang
bersama manusia-manusia setengah binatang
GubukAksara, 05KosongSatu12
========
Sebuah Kisah
Bait-bait di kelopak kemboja dalam lipatan masa. Bunga kenanga menebar wanginya, membius serangga malam hingga semua terdiam. Lilin-lilin kehilangan sumbu, rembulan berkabung di peraduan. Burung hantu membacakan syair sunyi, menyambut kehadiran wajah serupamu. Dengan lirih, dibacalah namamu yang tertulis di gerbang rumahmu. Senyumnya hilang terseret arus mata air mata yang berlinang.
Langit berkabung
Kilat menyambar-nyambar
Gelap mencekam
Isak tangis sesekali kudengar, berkolaborasi dengan doa-doa yang dibacakan. Melantun beruntun, datanglah angin yang sigap menuntun. Terbang ke awan, menuju Sang Mahakekal. Lalu, dengan langkah lunglai dia menuju keramaian. Di setiap kota yang disinggahi, berceritalah dia tentangmu. Kepada semua kepala dia berkata "Dialah obor yang tak lagi bercahaya."
Gugurlah bunga
Hujan tak kunjung reda
Masa berduka
GubukAksara, 29DuaBelas14