"Sayang, aku bisa jelaskan semua. Ini hanya salah paham." Ray membelai rambut Marwah.
Marwah yang masih emosi hanya diam dan berusaha menjauhkan tangan Ray yang membelai rambut panjangnya.
"Tidak ada lagi yang perlu dijelaskan, Ray! Kau ini lelaki bajingan! Lelaki brengsek!" Marwah sangat marah. Berkali-kali dia pukul tubuh lelaki di sampingnya.
"Sabar, Sayang. Aku bisa jelaskan semua. Dia itu hanya seorang pelacur. Aku sama sekali tidak ada hubungan apa-apa dengannya."
"Plakk!!!" Tamparan mendarat di wajah Ray. "Jadi kau menyewa seorang pelacur? Apa kau tidak ingat apa yang sering kita lakukan? apa kau kurang puas telah kurelakan keperawananku? Bahkan selama kita pacaran, selama itu pula kita sering melakukaknnya, Ray. Kau ini memang bajingan!" Emosi Marwah membuncah. Terjadilah pertengkaran sengit antara mereka berdua.
Tiara hanya terdiam mendengar pertengkaran itu. Sebelum dia menjadi sasaran amarah Marwah, dia memilih untuk pulang. Tak lagi peduli dengan uang yang sedari tadi pagi diharapkan.
***
Hari berganti, dengan penuh kemalasan Tiara melangkahkan kaki melewati lorong menuju ke kelasnya. Sebelum sampai di dalam kelas, terlihat Susan berwajah panik.
"Gawat, Ra. Kamu dipanggil kepala sekolah!"
"Ada apa memang, San?"
"Aku tidak tahu secara pasti. Hanya kudengar kabar, pekerjaanmu sebagai pelacur sudah diketahui oleh pihak sekolah, Ra."