Mohon tunggu...
Dhea HanifaAzzahra
Dhea HanifaAzzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kemampuan Bertahan Anak dalam Menghadapi Masalah Pergaulan

10 Juli 2024   19:24 Diperbarui: 10 Juli 2024   19:25 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Pendahuluan

Masa remaja merupakan periode penting dalam perkembangan manusia, di mana individu mengalami perubahan fisik, emosional, dan sosial yang signifikan. Salah satu aspek penting dalam masa remaja adalah pergaulan. Pergaulan yang positif dapat memberikan banyak manfaat bagi remaja, seperti membantu mereka mengembangkan identitas, membangun keterampilan sosial, dan belajar tentang norma dan nilai-nilai. Namun, pergaulan juga dapat membawa pengaruh negatif bagi remaja, seperti terjerumus dalam perilaku berisiko seperti penyalahgunaan narkoba, kenakalan remaja, dan seks pranikah.[1] Dalam hal ini, orang tua memiliki peran penting dalam membantu remaja menghadapi masalah pergaulan dan membangun kemampuan bertahan hidup.

Orang tua idealnya dapat menjadi sistem pendukung yang kuat bagi anak-anak mereka. Mereka dapat memberikan nasihat, bimbingan, dan dukungan emosional yang dibutuhkan remaja untuk menghadapi berbagai tantangan dalam hidup, termasuk masalah pergaulan. Orang tua juga dapat membantu remaja mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk membuat keputusan yang sehat dan bertanggung jawab, serta mengatasi situasi sulit dengan cara yang positif. Pendidikan serta lingkungan hidup pertama dari orang tua sehingga peran orang tua memiliki pengaruh terhadap karakter anak. Melalui pera orang tua yang mendidik, mendampingi, dan mendukung anak diharapkam mampu membentuk karakter anak dan tidak melakukan perbuatan yang tidak sesuai norma yang berlaku.

Meskipun orang tua memiliki peran ideal dalam membantu remaja menghadapi masalah pergaulan, kenyataannya tidak selalu berjalan mulus. Banyak orang tua yang kesulitan berkomunikasi dengan anak-anak mereka tentang masalah pergaulan, terutama ketika remaja memasuki masa pubertas. Selain itu, orang tua mungkin tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan untuk membantu anak-anak mereka mengatasi masalah pergaulan yang kompleks. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, terdapat 23,30% remaja di Indonesia yang pernah mengalami perundungan. Data ini menunjukkan bahwa masalah pergaulan merupakan isu yang signifikan yang dihadapi oleh banyak remaja di Indonesia.

Masalah pergaulan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional remaja. Remaja yang mengalami masalah pergaulan berisiko lebih tinggi mengalami depresi, kecemasan, stres, dan masalah kesehatan mental lainnya. Masalah pergaulan juga dapat berdampak negatif pada prestasi akademik dan masa depan remaja. Remaja yang mengalami masalah pergaulan berisiko lebih tinggi meninggalkan sekolah, terjerumus dalam kriminalitas, dan mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan.

Mengingat dampak negatif yang ditimbulkan oleh masalah pergaulan, maka meningkatkan kemampuan bertahan hidup anak dalam menghadapi masalah pergaulan menjadi hal yang sangat penting. Orang tua perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk membantu anak-anak mereka mengatasi masalah pergaulan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran orang tua dalam meningkatkan kemampuan bertahan hidup anak dalam menghadapi masalah pergaulan.

Pembahasan 

Kemampuan Bertahan (Resiliensi)

Secara etimologis resiliensi diadaptasi dari kata resilience yang berarti daya lenting atau kemampuan untuk kembali dalam bentuk semula. Menurut American Psychological Association (APA), resiliensi adalah proses adaptasi dalam menghadapi kesulitan, trauma, tragedi, ancaman atau bahkan sumber-sumber signifikan yang dapat menyebabkan individu stres.[1] Hal serupa juga disampaikan oleh Connor dan Davidson yang menyatakan bahwa resiliensi adalah kualitas kemampuan seseorang dalam menghadapi kesulitan. Yu dan Zhang menyatakan bahwa resiliensi merupakan kemampuan untuk bertahan dan penyesuaian diri setelah mengalami kejadian yang traumatis.

Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk segera mengatasi dan menghadapi situasi yang berisiko dan penuh tekanan dengan melindungi kemampuan mereka dan beradaptasi dengan positif dan fleksibel terhadap perubahan dari situasi yang penuh tekanan. Kemampuan bertahan atai resiliensi banyak dibahas oleh profesional di bidang psikolog, psikiater, dan sosiolog. Penelitian mereka berfokus pada anak-anak dan mengungkapkan kepada kita tentang karakteristik orang dewasa yang resilien.

Faktor-Faktor Resiliensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun