Mohon tunggu...
Choirunnisa
Choirunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - mengurus rumah tangga

Thinking extrovert

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Quiet Quitting, Fenomena Pekerja yang Memilih Bekerja Secukupnya

15 Oktober 2024   09:32 Diperbarui: 15 Oktober 2024   09:54 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bekerja secukupnya. Foto: freepik.com/freepik

Jangan serba bisa di kantor, nanti semua kamu yang kerjakan loh!

Dalam beberapa tahun terakhir, istilah quiet quitting menjadi semakin populer, terutama di kalangan karyawan yang merasakan ketidakpuasan di tempat kerja. 

Fenomena ini merujuk pada situasi di mana pekerja hanya melakukan tugas secukup yang diperlukan, tanpa terlibat secara emosional atau memberikan usaha lebih. 

Karyawan memilih untuk "cukup" hadir, menyelesaikan tanggung jawab mereka, namun tidak berusaha untuk terlibat aktif. Fenomena ini menyoroti masalah yang lebih besar terkait keseimbangan kerja-hidup dan harapan yang tidak realistis dalam dunia kerja.

Kenapa fenomena ini terjadi?

Salah satu penyebab utama dari quiet quitting adalah burnout, kondisi yang diakibatkan oleh tekanan kerja yang berlebihan.

Banyak karyawan merasa terjebak dalam rutinitas yang melelahkan, di mana mereka dipaksa untuk menyelesaikan lebih banyak tugas tanpa adanya pengakuan atau imbalan yang memadai. 

Dalam banyak kasus, pekerja yang dianggap "serba bisa" atau "andalan" sering kali merasa tidak memiliki pilihan lain selain mengambil alih tugas rekan kerja yang tidak terselesaikan. 

Akibatnya, mereka merasakan beban kerja yang semakin berat, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kelelahan dan penurunan motivasi.

Menurut laporan Gallup di tahun 2022, keterlibatan karyawan di tempat kerja berada di titik terendah dalam sepuluh tahun terakhir. 

Studi dari WHO bahkan menyebutkan bahwa burnout bisa memengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Dalam kondisi ini, karyawan mungkin tidak mau keluar dari pekerjaannya, tapi mereka juga tidak merasa terikat secara emosional dengan pekerjaan tersebut---itulah mengapa mereka memilih jalan quiet quitting.

Mengapa keseimbangan kerja penting?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun