Mohon tunggu...
Dhe Wie S
Dhe Wie S Mohon Tunggu... Penulis - Kang Baca Tulis

personal simple

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pencemburu_Gelap Mata

30 September 2023   18:42 Diperbarui: 30 September 2023   18:43 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nggak apa-apa kok. Makasih, ya. Dia pacar aku, Kang. Aku udah minta putus berkali-kali, tapi dia nggak mau." Aku memberikan penjelasan pada kakak seniorku di jurusan interior.

Arlan dan temannya mengantarku pulang sampai depan indekos yang tidak begitu jauh dari kampus. Hatiku mulai merasa tidak tenang setelah kejadian tadi.

"Ya sudah kita pulang dulu. Kalau ada apa-apa hubungi aku aja. Takutnya dia macam-macam lagi." Arlan memperingati.

Kakak senior yang berbeda jurusan, tetapi aku mengenalnya sejak di ospek dulu. Arlan memang terkenal baik hati dan ramah pada teman dan juniornya.

Kota Bandung pada jam tujuh malam masih sangat ramai dan juga hawanya begitu dingin. Indekos yang berada di daerah Dago jadi incaran para mahasiswa. Selain tempatnya yang strategis karena dekat ke mana-mana, Dago memiliki banyak pilihan jajanan yang murah dikantong mahasiswa.

Kuambil hoodie berwarna coklat yang tergantung di belakang pintu. Perutku terasa lapar. Aku memutuskan keluar untuk mencari makan seorang diri karena teman satu indekos sedang pergi. Aku memilih jejeran makanan pedagang kaki lima yang dekat dengan monumen perjuangan untuk membeli nasi goreng.

Aku duduk sambil memasukkan kedua tangan di masing-masing saku sisi Hoodie, guna  menepis dinginnya malam menunggu nasi goreng dibungkus.

Entah kenapa perasaanku mulai tidak enak, aku berjalan perlahan menuju indekosku yang letaknya cukup menjorok ke dalam dari gang utama melewati jalan kecil yang sempit dan juga sepi.

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh laki-laki bertubuh tinggi memakai sweater bertuliskan In Love yang sudah berdiri tepat di bawah lampu jalan. Jaket yang sangat aku kenali. Kemudian, dengan paksa dia menarik tanganku. Nasi goreng yang kupegang terjatuh. Lexi sudah gelap mata, kecemasan dan rasa cemburu mungkin sudah menguasai pikiran buruknya.

"Lexi, kurang ajar kamu, ya!"

Lexi merapatkan tubuhku dengan kasar ke dinding semen. Mulutku sudah dibekap oleh tangan kekarnya. Jantungku berdegup kencang, rasa takut langsung menguasai pikiranku membuat perlawananku makin melemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun