Mohon tunggu...
Dhe Wie S
Dhe Wie S Mohon Tunggu... Penulis - Kang Baca Tulis

personal simple

Selanjutnya

Tutup

Roman

Bidadari Tanpa Malaikat

26 September 2023   05:24 Diperbarui: 26 September 2023   05:27 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Assalamualaikum," Ajeng mengucap salam pada salah satu rumah yang aku anggap tidak layak untuk dihuni.

"Walaikumsalam," jawaban terdengar dari dalam rumah.

Kami disambut oleh tiga orang anak kecil dengan penampilan yang sangat tidak terurus. Anak yang paling besar usianya sembilan tahun, yang kedua enam tahun lalu yang bungsu baru berusia tiga tahun. Mereka semua perempuan.

"Nek, ada Bu guru cantik dateng, nih," Si sulung menoleh ke arah dalam rumah untuk memberitahukan sang Nenek, yang terbaring sakit.

Ada rasa haru bercampur bangga, mataku mulai berembun, serasa ada tamparan keras yang menyakitkan di sini, hati. Ternyata masih banyak orang-orang yang membutuhkan uluran tanganku. Aku memang tahu, Ajeng selalu membantu siapa saja yang membutuhkan, terlebih untuk anak-anak yang kurang mampu. Tapi baru kali ini aku dilibatkan langsung dengan kegiatannya.

Si sulung yang Ku ketahui bernama Sekar, Dia itu salah satu murid istriku di TPA tempatnya mengajar. Ajeng baru kenal satu minggu, karena tidak sengaja bertemu dengannya di depan masjid.

Ajeng pernah sekali ke rumah Sekar, guna mengantarkan beberapa lembar uang, karena Ajeng tergerak hatinya setelah mendekati dan mengobrol dengan Sekar yang sedari awal memperhatikannya saat mengajar. Anak yang ditinggalkan ayah dan ibu dari kecil dengan kedua adiknya yang dititipkan pada neneknya.

Sekar putus sekolah, Dia hanya bersekolah sampai kelas dua dengan alasan tidak ada biaya, juga untuk mengurusi nenek yang sakit-sakitan dan juga dua adiknya. Kesehariannya, membantu tetangga berjualan keliling. Kadang untuk makan pun dari belas kasih orang sekitar.

Aku menyetujui untuk membantu istriku mengurusi mereka, memenuhi kebutuhan juga menyekolahkannya. Memberikan seorang pengasuh terpercaya dan membantu sedikit untuk merenovasi rumahnya agar layak dihuni lima orang perempuan-perempuan tangguh.

"Mas, makasih ya, udah mau bantu mereka. Inshaa Allah Aku akan selalu Ridho pada setiap ketetapan yang Allah kasih, sekali pun seorang anak belum tumbuh di rahimku. Ada anak-anak asuh yang membantuku tetap tabah dan juga sebagai pelipur lara, satu hal yang paling penting, ada Mas yang selalu setia di sampingku," pelukan hangat darinya selalu membuatku tetap kuat dan bertahan dari lelahnya kehidupan.

'Aku akan selalu punya cinta untukmu Ajeng ... Biar Allah kujadikan sandaran atas segala rencana-Nya untukku, karena dihatiku sudah ada surga yang indah dengan satu bidadari cantiknya, yaitu kamu.' Aku membatin penuh haru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun