Mohon tunggu...
Dhe Wie S
Dhe Wie S Mohon Tunggu... Penulis - Kang Baca Tulis

personal simple

Selanjutnya

Tutup

Roman

Bidadari Tanpa Malaikat

26 September 2023   05:24 Diperbarui: 26 September 2023   05:27 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan tanpa alasan memang, jika Ajeng setahun belakangan ini suka membicarakan perihal kerelaan hatinya untuk menerima jika harus diduakan. Semua itu karena pembicaraan Ibu setahun yang lalu.

***

"Tio, kamu itu lebih dari mampu menafkahi dua istri. Ibu juga percaya, kok, kalau kamu akan berlaku adil. Ini kesempatan buatmu Tio. Ibu saja cuma punya kamu, sangat kesepian. Keturunan itu penting dalam pernikahan; dalam berumah tangga," jelas Ibu.

"Iya, Bu. Soal materi Tio mampu, tapi hati Tio nggak bisa dibohongi. Nggak akan bisa kalau Tio harus tidur dengan perempuan lain, pokoknya ... jiwa dan raga Tio cuma bisa menerima Ajeng sampai kapan pun." Aku menangis tergugu.

"Nanti juga kamu bisa menerima, coba saja dulu. Beri kesempatan dalam hidupmu untuk menerima perempuan yang akan menjadi Ibu dari keturunanmu," cecarnya lagi.

"Sudah Bu! Maapin ... Tio nggak mau. Titik!"

***

Aku tahu Ajeng mendengarkan pembicaraan kami kala itu. Karena isak tangisnya terdengar dari dalam kamar.

Aku memang bukan laki-laki sempurna, terlebih dalam menerima segala ketentuan atau takdir yang Allah kasih. Ada kalanya aku benar-benar menginginkan seorang anak, karena hampir semua teman kantorku membicarakan anak-anak mereka.

Ajeng mungkin dimata orang lain di cap sebagai wanita yang tak sempurna, belum bisa menjadi seorang ibu, tapi bagiku dia satu-satunya wanita paling sempurna di dunia ini, setelah Ibu.

Selama pernikahan kami, dia sekalipun tidak pernah berbicara dengan nada tinggi, kesal, atau marah. Adakalanya memang dia sering terlihat murung, barangkali karena aktivitasnya sebagai guru di taman kanak-kanak yang merangkap menjadi guru TPA di masjid dekat komplek kami, membuatnya lelah. Akan selalu ada masalah, akan tetapi Jika sudah berhadapan denganku selalu saja senyuman yang ditampakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun