Mohon tunggu...
Dhe Wie S
Dhe Wie S Mohon Tunggu... Penulis - Kang Baca Tulis

personal simple

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Tangan Dingin

7 September 2023   12:38 Diperbarui: 7 September 2023   12:39 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Delapan tahun aku tinggal di Bogor meninggalkan banyak jejak kehadiran Bapak di setiap sudut ruang, pohon jambu dan pohon mangga yang sudah berbuah menyisakan kenangan terindah. Buahnya yang telah kami nikmati dengan para tetangga. Bahkan, Bapak pun ternyata menanam juga pohon pisang di kebun kosong dekat masjid di sebelah rumahku. Semua yang Bapak tanam berbuah manis dengan kenangan yang teramat manis buatku.

Rumah kami akhirnya dikontrakan, dengan membuat perjanjian bahwa penghuni rumah akan merawat semua pohon-pohon yang Bapak tanam dan membagikannya pada tetangga jika berbuah. Aku pun beserta Mas Gani masih suka berkunjung guna memetik hasil tanam, jika sudah diberi kabar kalau pohon jambu, mangga atau pisang sedang berbuah lebat oleh penghuni kontrakan rumahku.

Empat tahun sudah Bapak pergi untuk selamanya karena takdir yang memanggilnya dengan cara melalui jatuh sakit, Beliau sempat di rawat inap dua Minggu di rumah sakit, akibat mengonsumsi makanan bersantan yang berlebihan dan ternyata saat itu, gula darah Bapak sedang tinggi. Hingga mengakibatkan pecahnya pembuluh darah di kepala.

Kedatangan Bapak waktu itu saat menjemput Ibu dan membuatkan jemuran pakaian di rumahku menjadi kenangan terakhirku. Ternyata, Bapak pun sempat berswafoto dengan si Kembar, Dika dan Dion melalui ponsel Ibu. Semua terekam jelas di kepalaku. Bukti cinta dan sayangnya Bapak pada kami yang di tinggalkannya menjadikan kami tidak akan mampu melupakan segalanya sampai kapan pun.

"Bu, baiknya Ibu nggak usah lagi menjahit. Sudah waktunya Ibu bersantai. Biar Nisa sekarang yang jagain Ibu. Nisa, Mas Gani juga cucu-cucu Ibu akan tinggal di sini, di rumah tempatku dibesarkan dan kami akan selalu menemani Ibu."

"Iya, Nak. Ibu senang kalian ada di sini, berkumpul di rumah tua ini, walaupun kini, tanpa ada kehadiran Bapak lagi."

***End***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun