Mohon tunggu...
Dhe Wie S
Dhe Wie S Mohon Tunggu... Penulis - Kang Baca Tulis

personal simple

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Tangan Dingin

7 September 2023   12:38 Diperbarui: 7 September 2023   12:39 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aamiin."

Besoknya. Pagi-pagi setelah pulang dari masjid lepas menunaikan salat Subuh, Bapak dan Mas Gani membawa beberapa potong kayu panjang dan juga beberapa potong kayu ukuran lebar. Ternyata kayu itu sudah di pesan Bapak sejak kemarin sore dari material dekat rumahku. Sebelum pulang ke Jakarta, Bapak membuatkan aku meja kayu besar yang berbentuk persegi panjang. 

"Aki, lagi bikin apa? Katanya mau main bulu tangkis sama Nasya dan juga Kak Ais." Nasya menghampiri Akinya yang sedang sibuk di depan teras rumah.

"Mainnya nanti saja, ya, di Jakarta kalau kalian berkunjung ke rumah Aki. Aki lagi buatkan meja untuk Mama, kasihan Mama kamu belum ada meja panjang."

"Nasya, sarapan dulu, yuk. Nini udah buatkan nasi goreng tanpa kecap kesukaan kamu sama Aisyah, nih. Bapak juga, sarapan dulu, nanti di lanjut lagi." Aku beri komando.

Jam delapan Mas Gani sudah berangkat kerja. Walaupun hari Sabtu, tapi di Minggu ini jatahnya Mas Gani masuk ke kantor. Sedangkan anak-anak libur sekolah. Setelah azan Zuhur Bapak dan Ibu pulang ke Jakarta. 

"Aki, Nini. Hati-hati di jalan, ya, dua Minggu lagi Ais ke Jakarta. Aki, janji, ya buatkan Ais celana panjang karet? Soalnya Ais mau ada acara camping di sekolah," pesan Aisyah pada Akinya.

"Jangan gitu, dong, Kak. Jangan repotkan Aki terus, nanti Mama belikan saja di pasar."

"Nggak, Mah. Celana buatan Aki yang paling enak dipakai."

Bapak dan Ibu hanya tersenyum sambil memberikan janji pada Aisyah cucu tertuanya. Kepulangan Bapak dan Ibu masih saja selalu sisakan sesak di hatiku. Orang tua yang hanya tinggal berdua saja membuatku selalu merasakan khawatir. Apalagi kalau aku mendapat kabar, Ibu atau Bapak sedang sakit melalui panggilan telepon. Karena, setiap harinya aku wajib untuk menelepon Bapak atau Ibu.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun