Saya menjadi orang pertama yang turun untuk membuat lintasan. Menjadi orang pertama sebuah kehormatan dan tanggung jawab besar agar nantinya bisa menurunkan rekan-rekan yang lain. Tugas saya adalah membuka lintasan dan memilih jalur yang aman.
Jarum-jarum kecil di daunnya jika terkena kulit akan menimbulkan sensasi gatal teramat sangat dan panas. Bagi yang sangat sensitif, kulit akan bentol-bentol dan sangat gatal serta terasa panas.
Segera kami menuju titik api. Kami terhalang oleh rapatnya semak belukar Cromolaena odorata yang tinggi dan kering. Bisa saja semak ini terbakar dan kami bisa celaka karenanya. Kami menerobos semakin masuk sembari mendengarkan instruksi dari atas melalui radio HT.
Langkah yang kedua adalah memadamkan api dengan cara memukul dengan menggunakan batang berdaun. Ada cara yang lebih mudah yakni dengan menimbun dengan tanah. Sekop portabel yang kami bawa sangat efektif untuk menghajar api.
Sesaat api akan padam saat tidak lagi ada kontak dengan udara gegara ditimbun dengan tanah. Dengan demikian kami bisa mengambil langkah berikutnya yakni tidak ada lagi bara api yang nantinya bisa menyulut api kembali.
Di lokasi kebakaran ternyata tidak hanya 2 titik seperti yang terlihat dari jauh. Lebih dari 6 titik yang kami temukan. Asap tebal kadang membuat mata kami pedih dan nafas tersengal-sengal serta debu abu yang membuat batuk.Â
Saya yang sebenarnya mendapat tugas hanya menghantar rekan-rekan turun di tebing mencoba membantu sebisa yang saya bisa lakukan.
Meskipun beberapa kali ikut dalam operasi pemadalam kebakaran hutan, namuk kali ini yang paling susah. Lereng yang curam dan dikelilingi semak belukar kering bisa memanggang kami hidup-hidup.
Pikiran saya melayang, apa penyebab kebakaran ini selain api. Dahulu saya pernah bereksperimen untuk membakar hutan. Puntung rokok menyala saya lempar di semak-semak kering, bahkan sudah ada minyak tanahnya waktu itu. Nyala, tidak hanya berasa saja meskipun saya tiup berkali-kali.Â