Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Titik Api Terakhir Kebakaran Gunung Merbabu

1 Oktober 2019   10:15 Diperbarui: 2 Oktober 2019   07:37 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dengan bekal 5 liter air, relawan membantu pemadaman kebakaran hutan di Gunung Merbabu| Dokumentasi pribadi

Saya menjadi orang pertama yang turun untuk membuat lintasan. Menjadi orang pertama sebuah kehormatan dan tanggung jawab besar agar nantinya bisa menurunkan rekan-rekan yang lain. Tugas saya adalah membuka lintasan dan memilih jalur yang aman.

Hamparan jelatang yang menghambat kegiatan pemandaman| Dokumentasi pribadi
Hamparan jelatang yang menghambat kegiatan pemandaman| Dokumentasi pribadi
Sial, di tengah perjalan saya harus berhenti. Punggung dan lengan saya terasa panas dan gatal. Benar saja di belakang saya terhampar dan rimbun tumbuhan jelatang (Laportea sp). Tumbuhan ini dikenal dengan poison leave atau tumbuhan penyengat. 

Jarum-jarum kecil di daunnya jika terkena kulit akan menimbulkan sensasi gatal teramat sangat dan panas. Bagi yang sangat sensitif, kulit akan bentol-bentol dan sangat gatal serta terasa panas.

Kami diijinkan untuk membabat hutan guna membuka akses ke lokasi | Dokumentasi pribadi
Kami diijinkan untuk membabat hutan guna membuka akses ke lokasi | Dokumentasi pribadi
Saya bergerak pelan sembari menjejakan kaki untuk merubuhkan tumbuhan gatal ini. Dengan radio HT saya mengabarkan orang kedua untuk turun membawa parang untuk membabat jelatang ini. Akhirnya semua bisa turun dan selamat meskipun mereka harus garuk-garuk.

Segera kami menuju titik api. Kami terhalang oleh rapatnya semak belukar Cromolaena odorata yang tinggi dan kering. Bisa saja semak ini terbakar dan kami bisa celaka karenanya. Kami menerobos semakin masuk sembari mendengarkan instruksi dari atas melalui radio HT.

Proses pemadaman api.| Dokumentasi pribadi
Proses pemadaman api.| Dokumentasi pribadi
Akhirnya kami menemukan titik api yang masih menyala. Benar saja api masih berkobar dan segera kami berupaya untuk memadamkan. Yang pertama kami lakukan adalah melokalisir api agar tidak menyebar, yakni dengam membabat bahan yang mudah terbakar. 

Langkah yang kedua adalah memadamkan api dengan cara memukul dengan menggunakan batang berdaun. Ada cara yang lebih mudah yakni dengan menimbun dengan tanah. Sekop portabel yang kami bawa sangat efektif untuk menghajar api.

Sesaat api akan padam saat tidak lagi ada kontak dengan udara gegara ditimbun dengan tanah. Dengan demikian kami bisa mengambil langkah berikutnya yakni tidak ada lagi bara api yang nantinya bisa menyulut api kembali.

Menyemprotkan air pada titik api agar memastikan api benar-benar padam| Dokumentasi pribadi
Menyemprotkan air pada titik api agar memastikan api benar-benar padam| Dokumentasi pribadi
Untuk mematikan bara api yang biasanya terdapat di kayu-kayu yang sudah lapuk dapat dengan menggunakan air. Masing-masing dari kami dibekali air dalam jeriken sebanyak 5 liter. Dengan botol air mineral yang tutupnya sudah diberi lubang kacil kami gunakan untuk menyemprot agar tetap sasaran daripada diguyur.

Di lokasi kebakaran ternyata tidak hanya 2 titik seperti yang terlihat dari jauh. Lebih dari 6 titik yang kami temukan. Asap tebal kadang membuat mata kami pedih dan nafas tersengal-sengal serta debu abu yang membuat batuk. 

Saya yang sebenarnya mendapat tugas hanya menghantar rekan-rekan turun di tebing mencoba membantu sebisa yang saya bisa lakukan.

Relawan yang tertidur kelelahan | Dokumentasi pribadi
Relawan yang tertidur kelelahan | Dokumentasi pribadi
Di atas tonggak kayu yang masih hangat saya berdiam memandangi lereng bukit yang berwarna abu-abu. Beberapa rekan dengan pakaian merah mudah tak henti-hentinya berkelahi dengan api. 

Meskipun beberapa kali ikut dalam operasi pemadalam kebakaran hutan, namuk kali ini yang paling susah. Lereng yang curam dan dikelilingi semak belukar kering bisa memanggang kami hidup-hidup.

Pikiran saya melayang, apa penyebab kebakaran ini selain api. Dahulu saya pernah bereksperimen untuk membakar hutan. Puntung rokok menyala saya lempar di semak-semak kering, bahkan sudah ada minyak tanahnya waktu itu. Nyala, tidak hanya berasa saja meskipun saya tiup berkali-kali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun