Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Napal Melintang, Dusun Mungil di Tengah Bukit Barisan

31 Oktober 2018   14:48 Diperbarui: 31 Oktober 2018   19:58 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batu napal yang menjadi nama dusun ini (dok.pri).

Lampu di terus rumah masih nampak berkedip-kedip, dan itu terjadi di seluruh rumah. Kebetulan pagi ini saya bertemu dengan Pak Rusli. Dia mengajak saya menuju sumber bekedip-kedipnya lampu tersebut di bendungan sungai Limun.

Kami berjalan di semak-semak mengikuti jalan setapak. "hati-hati, banyak pacet di sini" kata Pak Rusli. Sepinta saya melihat kaki saya belum ada benda bulat hitam yang menempel-saya kira masih aman. 5 menit kami berjajalan, sampailah kami di sebuah dam atau bendungan.

Batu napal yang menjadi nama dusun ini (dok.pri).
Batu napal yang menjadi nama dusun ini (dok.pri).
"Itu batu napal" pak Rusli menunjukan batu yang terbenam di air dan melintang. Inilah yang menjadi toponomi desa ini yakni napal melintang. Napal dalam bahasa mereka adalah batu, lebih menjurus pada batu gamping atau kapur. 

Dalam KBBI, napal adalah tanah liat merah yang dapat dimakan (ampo), ada juga yang mendefinisikan sebagai batuan yang terdiri atas lempung dan kalium karbobnat/kapur.

Di bendungan kami menyeberang untuk menuju sebuha gardu yang merupakan rumah listrik. Di dalam gardu nampak sebuah turbin yang digerakan air kemudian akan menggerakan generator lalu ada pengatur arus listrik. Dari generator ini mampu memberikan aliran listrik 1 dusun yang terdiri dari 109 rumah.

Gardu listrik (dok.pri).
Gardu listrik (dok.pri).
Desa ini belumlah mendapat aliran listrik dari PLN, meskipun tiang listrik dan kabel sudah terpasang. Sejak tahun 2007 mereka mengandalkan aliran listrik dari mikrohidro. Mereka berharap listrik PLN segera menyala, agar tidak berdisko setiap malam.

Akhir perjalanan, benar saja kaki saya ada lintah yang menempel dan sudah tambun. Sembari berjalan saya bertanya pada Pak Rusli, "setiap bulan warga mendapat retribusi berapa pak untuk membayar listri..?". "Gratis" jawabnya.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun