Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Napal Melintang, Dusun Mungil di Tengah Bukit Barisan

31 Oktober 2018   14:48 Diperbarui: 31 Oktober 2018   19:58 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dusun Napal Melintang saat pagi (dok.pri).

Lampu berkedip-kedip layaknya lampu disko di diskotek, namun ini bukan ulah DJ tetapi turbin generator. Malam ini saya berada di Desa Napal Melintang, di Bukit Bulan-Jambi.

Sebuah desa paling ujung di Selatan Provinsi Jambi, dengan jarak tempuh 73 km dari Kabupaten Sarolangun. Desa paling pinggir yang nyaris teriosolir.

Bagi yang ingin ketenangan dari kancah sosial media dan dunia luar, anda bisa datang ke Bukit Bulan.Tiada listrik, jaringan telepon selular, sinyal radio, dan nyaris minin sarana prasarana. 

Benar-benar sebuah wilayah yang jauh dari mana-mana, bagaimana tidak wilayah ini di tengah-tengah Bukit Barisan yang membentang dari Lampung hingga Aceh.

Pagi ini selepas malam, saya segera berjalan menyusuri jalanan kampung. Geliat warga mulai terlihat manakala waktu usai subuh. Pagi ini sepertinya tiada matahari terbit, kerena semalam hujan dengan lebat dan kabut pagi masih tebal.

Saya berjalan menyusuri jalanan tanah menuju ujung desa. Jalanan yang masih sepi dan hanya terdengar gemericik Sungai Limun yang mengalir samping jalan. 

Nampak beberapa warga sudah beraktifitas di sungai seperti mencuci, mandi, dan menunaikan hajatnya. Saya hanya berani melirik dari kejauhan, sebab fenomena ini jarang saya lihat.

Anak-anak berangkat sekolah (dok.pri).
Anak-anak berangkat sekolah (dok.pri).
Saya tertarik dengan segerombolan anak-anak SD yang hendak berangkat sekolah. Mereka dengan mengenakan seragam, berjalan kaki menuju sekolah. Jarak sekolah, yang menurut saya cukup jauh sekitar 2 KM dari rumah mereka. 

Andaikata jalannya bagus, rata, bukan terlalu menjadi masalah. Jalan di sini masih berupa tanah, genangan air, dan yang membuat enggan berjalan adalah ada 2 gundukan tanah yang tinggi alias bukit.

Semangat anak-anak di sini untuk menuntut ilmu layak diacungi jempol. Sepagi ini mereka sudah meretas asa untuk menimba ilmu di satu-satunya SD di desa itu. Keceriaan meraka meruntuhkan rasa iba saya dan berubah menjadi rasa bangga. Teruslah menuntunt ilmu generasi penerus bangsa.

Kerbau sedang merumput di bekas sawah (dok.pri).
Kerbau sedang merumput di bekas sawah (dok.pri).
Kaki saya melangkah semakin ke ujung Desa. Terlihat kawawan kerbau sedang merumput di pematang sawah yang penuh dengan rerumputan. Sementara itu halimun masih menyelimuti Bukit Bulan, Bukit Raja, dan Celau Tengah. Bukit-bukit di sini bak gedung pencakar langit yang ditutupi oleh hutan rimba.

Lampu di terus rumah masih nampak berkedip-kedip, dan itu terjadi di seluruh rumah. Kebetulan pagi ini saya bertemu dengan Pak Rusli. Dia mengajak saya menuju sumber bekedip-kedipnya lampu tersebut di bendungan sungai Limun.

Kami berjalan di semak-semak mengikuti jalan setapak. "hati-hati, banyak pacet di sini" kata Pak Rusli. Sepinta saya melihat kaki saya belum ada benda bulat hitam yang menempel-saya kira masih aman. 5 menit kami berjajalan, sampailah kami di sebuah dam atau bendungan.

Batu napal yang menjadi nama dusun ini (dok.pri).
Batu napal yang menjadi nama dusun ini (dok.pri).
"Itu batu napal" pak Rusli menunjukan batu yang terbenam di air dan melintang. Inilah yang menjadi toponomi desa ini yakni napal melintang. Napal dalam bahasa mereka adalah batu, lebih menjurus pada batu gamping atau kapur. 

Dalam KBBI, napal adalah tanah liat merah yang dapat dimakan (ampo), ada juga yang mendefinisikan sebagai batuan yang terdiri atas lempung dan kalium karbobnat/kapur.

Di bendungan kami menyeberang untuk menuju sebuha gardu yang merupakan rumah listrik. Di dalam gardu nampak sebuah turbin yang digerakan air kemudian akan menggerakan generator lalu ada pengatur arus listrik. Dari generator ini mampu memberikan aliran listrik 1 dusun yang terdiri dari 109 rumah.

Gardu listrik (dok.pri).
Gardu listrik (dok.pri).
Desa ini belumlah mendapat aliran listrik dari PLN, meskipun tiang listrik dan kabel sudah terpasang. Sejak tahun 2007 mereka mengandalkan aliran listrik dari mikrohidro. Mereka berharap listrik PLN segera menyala, agar tidak berdisko setiap malam.

Akhir perjalanan, benar saja kaki saya ada lintah yang menempel dan sudah tambun. Sembari berjalan saya bertanya pada Pak Rusli, "setiap bulan warga mendapat retribusi berapa pak untuk membayar listri..?". "Gratis" jawabnya.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun