Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tambang, Bak Dua Sisi Mata Uang Antara Impian dan Kenyataan

4 Maret 2015   23:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:10 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_400884" align="alignnone" width="640" caption="Sebuah haul truk sedang diderek mobil kusus karena tidak bisa beroprasi. Bagaimana jika suatu saat truk-truk raksasa ini tidak beroprasi lagi..? (dok.pri)."][/caption]

Sang surya sepertinya belum sempurna menampakan dirinya, namun pagi ini geliat di barat Sumbawa sudah terasa. Hilir mudik kendaraan buat mengantarkan mereka yang hendak berangkat kerja, sekolah, dan berbelanja meramaikan pagi itu. Tiba-tiba, pak Budi yang mengemudikan kendaran berhenti mendadak, "kita beli serabi dulu buat teman-teman" katanya sembari mematikan mesin mobil. "Serabi..?" dalam benak saya bertanya-tanya sebab, makanan ini familiar di Jawa Tengah, mengapa sampai Sumbawa?.

Dengan sigap pak Haji, begiti dia dipanggil menuangkan adonan tepung beras dalam wajan. Tungku pemanas berbahan bakar arang terlihat membara, seperti semangat pak Haji yang melayani pembeli. "Pesan 10 porsi pak Haji" kata pak budi "maaf sudah habis, hanya tinggal 6 porsi saja" jawabnya. "Ya sudah bungkus 4 porsi, yang 2 porsi makan di sini" pesan pak Budi. Sesaat sembari dia sibuk menungkan adonan, membalik serabi dan sesekali mengipasi bara api, dia berkisah tentang pekerjaannya sebagai penjual serabi.

[caption id="attachment_400885" align="alignnone" width="640" caption="Pak Haji dengan sigap menuang adonan serabi dalam wajan pemanas.(dok.pri)."]

1425459608679040925
1425459608679040925
[/caption]

Pagi-pagi biasanya sudah habis, bahkan sebelum jam 8 saya sudah kembali ke rumah. 100 porsi bisa dijual setiap paginya, dan siangnya dia bisa bekerja yang lain. "Memang tidak banyak penghasilan dari berjualan serabi, namun saya memiliki banyak pelanggan dan yang pasti jualan saya selalu habis" kata pak Haji. Sesaat sebelum berpisah saya sempat menanyakan "tidak ingin kerja di tambang pak..?" dia sesaat tersenyum "lebih mudah kerja jadi pagawai dari pada ditambang mas..".

Saya tidak mengerti apa maksud lebih mudah jadi pegawai daripada kerja di tambang. Imaji saya menerawang ke atas sebuah perbukitan di utara Maluk, Sumbawa Barat. Di sanalah terletak salah satu tambang tembaga dan emas milik PT. NNT beroprasi dan menjadi mimpi para penduduk untuk mengabdi menjadi pekerjanya. Bak 2 sisi mata uang yang tak bisa saling dipisahkan.

[caption id="attachment_400886" align="alignnone" width="640" caption="Potret pendidikan di Sumbawa, salah satu sekolah di kecamatan Maluk (dok.pri)."]

142545967246847834
142545967246847834
[/caption]

Saya teringat akan sebuah sinema karya Alinea films yang berjudul Serdadu Kumbang. Film ini mengangkat kisah kehidupan masyarakat Sumbawa yang terbelit masalah kemiskinan, keterbelakangan dan pendidikan. Munculah sosok guru dengan beragam karakter yang berusaha untuk mengubah nasib pendidikan di sana. Cita-cita anak-anak di sini seperti biasanya ingin menjadi dokter, polisi, guru bahkan mereka menggantungkan cita-citanya di pohon tertinggi di bukit Mantar. Potret pendidikan anak-anak Sumbawa yang digambarkan dengan apik oleh Ali Sihasale dan Nia Zulkarnaen.

Film hanyalah penggambaran dari kisah yang kadang dipoles agar menghibur, tetapi apakah benar faktanya demikian. Kesempatan emas saya berkunjung di salah satu sekolahan di area lingkar tambang PT.NNT. Sederhana saja pertanyaan saya "kalian mau tidak kerja di NewMont", serentak mereka menjawab "mau". "kalian tidak mau kerja menjadi pegawai di sini, atau wiraswasta..?", kembali saya bertanya pada mereka "enakan ditambang mas" salah satu mereka menjawab. Kerja di tambang bisa sedikit saya simpulkan yakni sebagai prestis/gengsi dan kehidupan yang terjamin.

[caption id="attachment_400887" align="alignnone" width="640" caption="Kerja di tambang bagi mereka adalah prestis dan jaminan kehidupan dibanding pekerjaan yang lainnya (dok.pri)."]

14254597351449686487
14254597351449686487
[/caption]

Dari obrolan singkat saya dengan beberapa pegawai PT.NNT, memang benar kerja di tambang adalah sebuah impian dibanding jadi PNS atau wiraswasta. Dilihat tingkat kesejahteraan, ibarat bukit dan lembah jika membandingkan orang tambang dengan pagawai pada umumnya. Pengakuan dari seorang pegawai tambang "kita sudah dapat gaji pokok yang cukub besar, ditambah bonus, tunjangan kesehatan, tunjangan biaya anak sekolah, yang pasti kita fokus pada pekerjaan tidak usah mikir yang lain, sebab semuar perusahaan yang tanggung". Fakta yang menarik, ada pagawai tambang yang hanya lulusan SD, SMP kini sudah menjadi juragan bus dan truk berkat kerja kerasnya.Bagaiamana dengan mereka yang menjadi PNS atau pegawai honorer, sudah pasti bisa diterka apa dan berapa besar yang dibayarkan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun