[caption id="attachment_378820" align="alignnone" width="640" caption="Para umat tri dharma ada yang berdoa dan usai berdoa. Para pejuang kehidupan ini memohon doa dalam setiap usaha mereka (dok.pri)."]
Saya mencoba berjalan di sela-sela para pengemis untuk melihat aktivitas di dalam vihara. Ternyata banyak juga yang sedang sembahyang. Mulut dan hidung saya harus berebut oksigen dengan api yang membakar hio dan lilin. Asap-asap hio nampak mengepul memenuhi ruangan dan aroma harum yang kental begitu menyengat hingga membuat yang tidak biasa akan pening di kepala. Mereka yang tua dan muda tumpah ruah di sana untuk bersembahyang dengan memohon untuk setiap doa dan harapannya. Dari dalam vihara yang gelap dan remang-remang saya melihat wajah-wajah oriental yang optimis dalam melakoni sebagai pejuang kehidupan. Nampak kontras dengan yang di luar sana, wajah-wajah khas Melayu yang nampak pasrah dengan keadaan dan perjuangannya hanya untuk hidup dari belas kasihan.
Entah kepada siapa bertanya siapa yang bertanggung jawab tentang realitas sosial ini. Terlalu sayang juga meminta kepada pemerintah setempat juga untuk mengatasi permasalahan ini. Dinas sosial beberapa kali berburu, namun hasil buruannya dilepaskan kembali dan kembali lagi seperti sebelumnya. Jika mengemis adalah profesi, maka tidak salah jika di beberapa daerah sudah membuat peraturan daerah tentang larangan memberikan sedekah. Berbeda jika mengemis adalah desakan kehidupan, maka tugas pemerintah dan mereka yang beruntunglah untuk mengentaskan nasib mereka.