Mohon tunggu...
J Wicaksono
J Wicaksono Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Kesehatan ingin belajar menulis

Saya suka menulis dan membaca berbagai artikel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

13Th December Inferno (Bagian 6)

1 Mei 2024   15:13 Diperbarui: 1 Mei 2024   15:16 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Cerita Bersambung Pertama dari Trilogi Fiksi perjuangan TKR LAUT mempertahankan Kedaulatan Bangsa dan Negara Pada Periode Perang Kemerdekaan 1945-1949)

13 Desember 1945. Dini hari,

Pasukan Sekutu yang berada di Jakarta, secara serentak bergerak ke arah timur. Puluhan pesawat terbang meluncur dari Pangkalan Udara Kemayoran, mengawal dan membuka jalan bagi pasukan darat yang berkekuatan inti 1 Brigade infanteri (sekitar 1500-an serdadu). Mereka bergerak menuju Kota Bekasi dengan mengabaikan garis demarkasi yang sebelumnya disepakati oleh kedua belah pihak, Republik dan Sekutu.

-

Berita kawat tentang pergerakan Sekutu segera tiba dan direspon dengan segera oleh Komandan Pangkalan II TKR Laut Karawang. Letkol Djuned segera memobilisasi para komandan batalyon miliknya.

"Letnan Prapto!"

"Siap!"

"Hari ini Bekasi membara".

"Siap".

"Berdasarkan informasi kawat, kali ini Sekutu melaksanakan aksi besar-besaran".

"Siap".

"Dan, besar kemungkinan mereka akan meneruskan aksi sampai Karawang".

"Siap".

"Siang ini, geser pasukan anda menuju Rengas Dengklok. Perkuat kedudukan Kapten Hasibuan (Kapten Hasibuan adalah pimpinan Batalyon 1 Pangkalan II TKR Laut Karawang yang berkedudukan di Rengas Dengklok)!"

Rengas Dengklok, adalah wilayah sisi barat Karawang yang berbatas langsung dengan Bekasi. Hari itu Rengas Dengklok menjadi Garis Depan pertahanan Republik, apabila Bekasi di lumpuhkan oleh Pasukan Sekutu.

"Tahan pasukan Belanda agar tidak masuk Karawang."

"Siap."

"Ini sesuai dengan Perintah kawat dari Markas Besar Yogyakarta. Kota Karawang tidak boleh jatuh ke tangan Sekutu!"

"Siap!" mendapat perintah untuk terjun ke medan tempur, sebagai seorang mantan prajurit profesional Kerajaan Belanda, jiwa keprajuritan Prapto segera menggelegak. Dalam waktu singkat Prapto mengumpulkan pasukannya. Sebelumnya, Prapto pernah sekali datang ke posisi batalyon pimpinan Kapten Hasibuan. Prapto melihat ada benteng alami disana, Sungai Citarum.

Sesaat angannya kembali pada Sungai Rein. Sungai yang memiliki makna mendalam dan sangat bersejarah dalam hidupnya.

-

Sementara Prapto menyiapkan pasukan. Letkol Djuned segera melakukan perkuatan di pangkalan. Batalyon 2 dan 3 diperintahkan untuk bergeser ke dalam Kota Karawang, disekitar pangkalan. Sementara Batalyon 4 diperintahkan membuat perkubuan di sekitar Cikampek yang merupakan titik akses penting lain menuju Timur Pulau Jawa dan Selatan mengantisipasi serangan dari arah Bandung. Setidaknya jalur menuju arah Timur tidak terputus, apabila terjadi hal yang tidak diinginkan (Karawang jatuh).

Langkah antisipasi juga dilakukan, kurir-kurir segera diperintahkan bergerak menuju garis belakang yang dianggap aman, membawa berbagai dokumen penting seandainya Karawang jatuh. Jatuh disini adalah gugurnya seluruh prajurit yang mempertahankan Karawang hingga Cikampek. Ketika hal ini terjadi, kurir-kurir ini beserta sisa pasukan yang mungkin hidup diperintahkan untuk segera bergeser ke Pangkalan IV TKR Laut Tegal melalui Majalengka dan Cirebon. Terkait hal ini, seperti rencana sebelumnya dari Letkol Djuned-Kapten Sulaiman sebagai penanggung jawab operasi penyelamatan dokumen.

Kapten Sulaiman yang sejak awal sudah menyiapkannya segera bergerak menuju kedudukan Batalyon 4 di Cikampek.

Letnan Prapto bersama seluruh kekuatan batalyonnya bergerak menuju Rengas Dengklok tempat kedudukan batalyon yang dipimpin Kapten Hasibuan. Rengas Dengklok hanya berjarak sekitar 17 km dari pangkalan mereka.

-

Menjelang sore hari, batalyon pimpinan Prapto merapat di kedudukan Kapten Hasibuan. Kapten Hasibuan sendiri sudah menggeser kekuatan pasukannya ke pertigaan jalan utama penghubung Bekasi-Karawang dengan jalan yang menuju Rengas Dengklok. Dan lokasi itu tepat membatasi Karawang dengan Bekasi.

-

"Selamat sore Kapten!"

"Selamat datang Letnan," Kapten Hasibuan langsung menyambut kedatangan pasukan tambahan ini.

"Siap, terima kasih Kapten," Prapto menjawab,"Ijin Kapten, Letnan Prapto beserta satu batalyon pasukan siap membantu Kapten memperkuat kedudukan!"

"Terimakasih, terima kasih Letnan, kedatangan anda amat membantu saya disini."

"Siap menerima Perintah".

"Berdasarkan informasi penduduk yang mengungsi, Pasukan Sekutu melakukan penyerangan secara mem-babi buta".

"Siap".

"Semua pemuda yang ditemui dibunuh oleh mereka".

"Siap".

"Kejadian di Tangsi Polisi dan Bojong Kokosan membuat amarah mereka menggelegak".

"Siap".

"Saat ini Pasukan Sekutu menguasai Bekasi".

"Siap".

"Kita buka peta", ajak Kapten Hasibuan seraya membuka sebuah kertas terlipat yang berisi peta sederhana.

Belum mereka membuka peta, seorang prajurit mengantarkan 20 orang pemuda kepada Kapten Sulaiman.

"Ijin menghadap!" sekitar 20 orang laskar tiba di kedudukan Kapten Sulaiman Dan Letnan Soeprapto.

"Siapa Kalian?" Tanya Kapten Hasibuan.

"Kami dari Laskar Pencak Silat (PS)", salah satu dari pemuda itu memperkenalkan diri.

"Bagaimana situasi Bekasi?"

"Kota Bekasi di Bumi Hangus oleh Sekutu Komandan", Jayus pimpinan pemuda dari Laskar PS menjawab.

"Mereka, tidak sekedar berusaha mencari orang yang dianggap menjadi pelaku peristiwa 3 minggu lalu. Namun mereka benar-benar berupaya menghanguskan Bekasi", Jayus menjelaskan.

"Kalian akan bergerak kemana?"

"Siap, kami jika diperkenankan ingin merapat kepada TKR Kota Karawang".

"Jika demikian, silahkan kalian lanjutkan perjalanan ke Pangkalan TKR laut atau ke Kantor TKR", Jawab Kapten Hasibuan.

"Terima kasih Komandan, Merdeka!"

"Merdeka!"

Setelah 20 orang laskar itu berjalan, Prapto bertanya kepada Kapten Sulaiman,"Mengapa mereka tidak kita hentikan dan membantu disini Kep?"

"Mereka sangat letih Letnan. Saya lihat sebaiknya mereka memperkuat TKR di Kota Karawang saja."

"Siap Kapten".

Hari itu, berita miris datang dari Kota Bekasi. Lebih dari 3.000 rumah luluh lantak di bumi hangus.

Pasukan Sekutu mengambil pemuda-pemuda disana karena di dalam kota, mereka tidak menemui pasukan TKR yang telah mundur ke pos-pos di sekitar Kota Bekasi.

-

(Bersambung ke Bagian 7, naskah ini telah terbit dalambentuk novel melalui penerbit Tidar media - tersedia di Tokopedia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun