Lepas dari jenjang MULO, Prapto melanjutkan pendidikan ke jenjang AMS (singkatan dari bahasa Belanda Algeme(e)ne Middelbare School) adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) pada zaman kolonial Belanda. AMS hanya ada di beberapa ibu kota propinsi Hindia Belanda yang besar yaitu Medan (Sumatera), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Surabaya (Jawa Timur), Makassar (Indonesia Timur). Selain itu AMS ada di Yogyakarta (Kasultanan Yogyakarta), Surakarta (Kasunanan Surakarta) dan beberapa kota Karesidenan seperti di Malang.
Â
Prapto muda menjalani jenjang pendidikan AMS di kota Surakarta. Prapto dititipkan oleh sang Ayah di salah satu kediaman kerabat dalem Keraton Mangkunegaran yang masih memiliki hubungan kekeluargaan dekat dengan sang ayah.
Â
-
Â
Di usia relatif muda. Sekitar 17 tahun, Prapto lulus AMS. Selanjutnya karena nilainya cukup cemerlang, Prapto berhak melanjutkan studi di sebuah institut teknologi yang diperuntukkan khusus bagi para Priyayi Hindia Belanda (Julukan bagi kaum darah biru Indonesia ketika itu) di kota Bandung. Pilihan Prapto adalah program studi "Civil Engginnering" (Teknik Sipil).
Â
Technische Hoogeschool te Bandoeng, atau Sekolah Tinggi Teknik Bandung, adalah sekolah Tinggi pertama yang berdiri di Nusantara di tahun 1920. Tujuan pendiriannya adalah untuk memperbanyak jumlah sarjana teknik yang amat terbatas sebagai akibat Perang Dunia I. Jurusan yang dimiliki kala itu ada 3, yaitu Sipil, Kimia dan Mesin/listrik.
Â
-