Pendaratan besar pasukan sekutu pertama terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok. Kekuatan pasukan Sekutu dengan mayoritas Pasukan Inggris sebanyak satu brigade tiba menggunakan HMS Cumberland, sebuah kapal bertipe Penjelajah Kelas Berat (Cruisser) yang memiliki panjang 330 kaki (+/- 190 meter) dibawah pimpinan jendral berbintang dua, Laksamana Muda (Laksda) WR Patterson. Rombongan ini langsung menetapkan Tanjung Priok sebagai wilayah dibawah kekuasaan Sekutu.
Â
Pendaratan ini kemudian disusul dengan pendaratan sekutu besar-besaran pada tanggal 29 September, dimana pasukan gabungan Sekutu yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) mendaratkan 3 Divisi infanteri Angkatan Darat lengkap dengan pasukan pendukung seperti batalyon-batalyon Kavaleri, Arteleri, Zeni, hingga Perbekalan di Jakarta dengan komandan Letnan Jendral (Letjen) Sir Philip Christison (Seorang Jendral sekaligus Bangsawan Inggris).
Â
AFNEI membawa 3 misi utama, mengurus tawanan perang, melucuti tentara Jepang yang telah kalah perang, serta menjaga keamanan dan ketentraman agar kedua tujuan tadi dapat terlaksana dengan baik. Akan tetapi, keberadaan NICA membuat misi ini berubah menjadi misi pendudukan wilayah. NICA mempengaruhi pimpinan AFNEI untuk membantu mereka menegakkan kekuasaan kembali di Indonesia.
Â
Pendaratan Pasukan Sekutu menyebabkan Jakarta sebagai ibukota negara terbelah menjadi 2 bagian. Wilayah Pelabuhan Tanjung Priok hingga Lapangan Udara Kemayoran dikuasai Sekutu, sementara sisanya tetap dibawah penguasaan Republik.
Â
-
Â
Pada awalnya kedua belah-pihak saling menahan diri, mengingat terjadinya perubahan peta politik dunia pasca PD II. Terutama Asia dan Afrika, tengah terjadi perubahan politik sangat besar disana. Banyak bangsa yang sebelum pecah Perang Dunia II menjadi wilayah kolonial Bangsa Eropa menyatakan diri merdeka. Untuk kawasan Asia sendiri, diawali oleh Korea Selatan yang menyatakan merdeka dari Jepang (15 Agustus) disusul Indonesia.