Mohon tunggu...
Muhammad Dharma Refa
Muhammad Dharma Refa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang introvert yang terkadang banyak bicara

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kau dan Ceritera Lalu

10 Januari 2022   15:44 Diperbarui: 10 Januari 2022   15:55 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Durjamu

Entah siluet entah hantu

Merasuk dengan topeng bertamu

Memaksa bercokol pada pikiran dan kalbu

Enggan pupus atau sekedar layu

Alangkah cakap ia gentayangiku

Aku tahu ini tipu-tipu

Aku sadar ini masa lalu

Dibuatnya aku makin rancu

Oleh goresan kenangan tentangmu

Masihkah aku mencintaimu?

Kau seutuhnya

Cukuplah sebatas dahulu kala

Namun masih kuterpana

Akan perawakanmu yang nirmala

Terkesan begitu hiperbola

Namun berkatmu, duniaku laksana nirwana

Hey! Kau kan kisah kadaluarsa

Mengapa ku masih tergila-gila?

Mengingatmu ibarat redum berbanjar surya

Sendu iya, bahagia pun disebabkannya

Kenanganmu termaktub pada prasasti jiwa

Memasung rasa, menikam dada

Inginku pergi tapi enggan kemana-mana

Aku harus bagaimana?

Memori lawas di kala semi

Alirkanku pada peristiwa laiknya fantasi

Kuingat bahana senyum yang laksmi

Seketika ku kasmaran kesana kemari

Hingga mengerucut pada secuil konklusi

Bisakah ia kumiliki?

Sedari kini hingga penghujung hari nanti

Ah, sadarlah wahai diri!

Ia tak sedia di sisimu lagi

Lantaran bosan ataukah tak saling percaya lagi

Hingga tersembul huru hara emosi

Lantas pisah menjadi langkah pasti

Dan beranjak sirna dari sang dayita hati

Apakah ini penyesalan sehidup semati?

Derai kisahmu terus menghantamku

Masih kurasa dama yang menggebu-gebu

Ingin kudekap, ingin pula kuhempas

Langkah-langkah yang dahulu seirama

Raib, terbuang, pupus terlepas

Kuingat pesan penuh rayu nan puitis kala itu

Pun piano merdu serta senandung kita

Ku berdiri pada ujung keambiguan

Terserah anila hendak menghempasku kemana

Entah esok yang benderang, entah yang gulita

Terima kasih atas ukiran cerita itu

Cerita cinta dengan sang dahayu

Hai, bagaimana kabarmu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun