Durjamu
Entah siluet entah hantu
Merasuk dengan topeng bertamu
Memaksa bercokol pada pikiran dan kalbu
Enggan pupus atau sekedar layu
Alangkah cakap ia gentayangiku
Aku tahu ini tipu-tipu
Aku sadar ini masa lalu
Dibuatnya aku makin rancu
Oleh goresan kenangan tentangmu
Masihkah aku mencintaimu?
Kau seutuhnya
Cukuplah sebatas dahulu kala
Namun masih kuterpana
Akan perawakanmu yang nirmala
Terkesan begitu hiperbola
Namun berkatmu, duniaku laksana nirwana
Hey! Kau kan kisah kadaluarsa
Mengapa ku masih tergila-gila?
Mengingatmu ibarat redum berbanjar surya
Sendu iya, bahagia pun disebabkannya
Kenanganmu termaktub pada prasasti jiwa
Memasung rasa, menikam dada
Inginku pergi tapi enggan kemana-mana
Aku harus bagaimana?
Memori lawas di kala semi
Alirkanku pada peristiwa laiknya fantasi
Kuingat bahana senyum yang laksmi
Seketika ku kasmaran kesana kemari
Hingga mengerucut pada secuil konklusi
Bisakah ia kumiliki?
Sedari kini hingga penghujung hari nanti
Ah, sadarlah wahai diri!
Ia tak sedia di sisimu lagi
Lantaran bosan ataukah tak saling percaya lagi
Hingga tersembul huru hara emosi
Lantas pisah menjadi langkah pasti
Dan beranjak sirna dari sang dayita hati
Apakah ini penyesalan sehidup semati?
Derai kisahmu terus menghantamku
Masih kurasa dama yang menggebu-gebu
Ingin kudekap, ingin pula kuhempas
Langkah-langkah yang dahulu seirama
Raib, terbuang, pupus terlepas
Kuingat pesan penuh rayu nan puitis kala itu
Pun piano merdu serta senandung kita
Ku berdiri pada ujung keambiguan
Terserah anila hendak menghempasku kemana
Entah esok yang benderang, entah yang gulita
Terima kasih atas ukiran cerita itu
Cerita cinta dengan sang dahayu
Hai, bagaimana kabarmu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H