angin yang meniup debu hatiku
ke kota Bogor kita terdamparÂ
"apakah itu takdir?" tanyamu
sedang ribuan mata terlukaÂ
dengan senyuman nyinyirÂ
"tenang, takan lepas!" sergahku
duduk di rumput, di batu, atau di bangku tua
di mata ini hanya nampak wajahmu
angin yang selalu begitu ...
kau tersenyum bahagia,Â
walau kutahu waktu terpeta luka.Â
lalu kau buang di kolam,Â
bergelantungan di akar,Â
terpapar di rimba belukar.Â
tapi ranting, tetap mudah terbakar bukan?
kau tersipu malu.
di antara bibir merahmu kubaca rahasia
yang terkulum duka
di bola mata yang berkaca-kaca
kau rebahkan harapan
mencintai sampai ke surga
Bogor in memoriam, 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H