Siang itu Sarbo'ah tertidur di kursi depan rumah. Maklum, dia dikenal dengan julukan 'Pelor', asal nempel, langsung molor.Â
Saat tertidur Sarbo'ah nampak tersenyum indah, entah apa yang diimpikannya. Lalu terbangun dengan rona wajah berbinar penuh bahagia, dan bergegas masuk rumah, wudhu dan mengaji al-Qur'an.
Malam harinya, Sarbo'ah menceritakan pada H.Jendol, kalau waktu siang dirinya bermimpi indah.
"Aaah, biasa itu mah, Neng. Bunga tidur. Apalagi siang hari, itu namanya mimpi di siang bolong." H. Jendol berkomentar, cuek.
"Iiih, abang gitu. Ini nyata dirasa sama Neng. Hanya suara laki-laki dewasa, tanpa wujud. Tapi Neng berada di tempat yang sangat indah, suasananya sejuk, adem, damai."
"Emang apa yang dikatakan orang itu dalam mimpi?" tanya H.Jendol sekenanya.
"Dia bilang; 'Kamu akan bahagia... Kamu pasti bahagia...' diulang-ulang gitu. Sampai akhirnya Neng terbangun."
H.Jendol mulai tertarik.
"Maksud ucapan itu apa?"
"Mungkin maksud dia bilang gitu, Neng pasti akan bahagia hidup sama abang Haji. Karena kan, mimpinya di rumah ini."
"Kalau itu sudah pasti, Neng. Abang pasti akan bahagiakan Neng."
"Benar nih, Bang?"
"Iya, benar!"
"Kalau begitu, sekarang beliin Neng cincin emas 10 gram ya, Bang. Sekalian sama soto daging sapinya. Neng pengen banget."
"Waduuuh, ko jadi banyak permintaan gitu?"
"Katanya tadi, abang menjamin akan bahagiakan Neng. Aaah, bohong saja."
"Bukan bohong, tapi tidak sekarang ya. Sekarang mending Neng bobo lagi di kursi depan. Siapa tahu ada ucapan lanjutannya."
"Maksud Abang?"
"Iya, ucapan yang tadi dalam mimpi, belum lengkap, mungkin akan ada kalimat lanjutannya."
"Masa sih? Emang Abang tahu apa kalimat lanjutannya?"
"Prediksi Abang sih, kalimat lanjutannya itu, dia akan berkata begini, 'Kamu pasti akan bahagia... dan jadi ahli surga. Kalau kamu meridhai bang Haji menikah lagi'."
"Aaaah, dasar! itu sih maunya bang Haji saja. Ga mau! Teu ridha tujuh turunan pokonya mah. Titik!!" Sarbo'ah naik pitam.
"Ya sudah, berarti ga jadi dibeliin cincin dan sotonya."
"iiiiih, Abang peliiiittt...!!! Cubit ya, cubiiitt..." tangan Sarbo'ah langsung melintir kulit perut H.Jendol yang meringis kesakitan.
"Wadaawwww... sakit.. sayang..."
Dipeluknya Sarbo'ah, dicium, lalu dibopong ke dalam kamar.
"Abaaaang,,, mau apaaan siiihh..."
H. Jendol berbisik lembut di telinga Sarbo'ah.
"Kamu pasti bahagia...!"
Basah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H