Mohon tunggu...
Dhani Apriandi
Dhani Apriandi Mohon Tunggu... Notaris - Seorang Notaris

Bukan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seni Menghadapi Risiko Kehidupan

29 Juli 2021   13:37 Diperbarui: 1 Agustus 2021   15:14 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama-tama, penilaian kita lakukan untuk mengetahui dampak apa saja yang akan ditimbulkan oleh risiko, dan seberapa besar pengaruhnya terhadap aspek-aspek kehidupan kita, seperti keselamatan, kesehatan, kesejahteraan, finansial dan lain sebagainya.

Pada dasarnya, dampak yang ditimbulkan oleh risiko dapat diukur. Mengukur risiko bertujuan untuk mengetahui tingkatan dari dampak yang dapat dihasilkannya. Pengukuran ini dilakukan dengan cara menggali potensi kerugian apa saja yang akan disebabkan oleh dampak dari risiko tersebut.

Saya ilustrasikan secara sederhana lewat perumpamaan yang sebelumnya telah dikemukakan yaitu, "Ada api, pasti ada asap". Sebelum dapat menilai dampak yang ditimbulkan oleh risiko dalam perumpamaan itu, maka kita harus memfokuskan perhatian pada kata "Asap" terlebih dulu.

Demikian karena, ia adalah kata sekaligus akibat terakhir dalam perumpamaan itu. Selanjutnya, langkah fundamental yang harus kita tempuh adalah menggali sisi-sisi negatif yang bisa diakibatkan oleh kepulan asap terhadap aspek kehidupan kita, misalnya bagi kesehatan seperti iritasi mata, sesak napas, dan lain sebagainya.

Terakhir, kita harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang iritasi mata dan sesak napas sehingga bisa menilai dampak itu sampai ke akar-akarnya.

Bagi aspek lainnya, finansial misalnya, umpama Anda memutuskan untuk berusaha di bidang pertanian buah dan sayur, maka salah satu risiko yang kemungkinan akan dihadapi adalah matinya benih tanaman buah dan sayur yang belum lama Anda tanam karena sebab tertentu seperti ketidaksesuain media tanam, serangan gulma atau hama, kekeliruan dalam cara perawatan, dan lain sebagainya.

Dan, tentu saja itu adalah mimpi buruk bagi kita.

Matinya benih tanaman tadi tentu akan mengakibatkan dampak bagi aspek finansial kita. Dampaknya mengakibatkan kerugian materiel bagi kita. Sekian banyak uang yang telah kita keluarkan seolah lenyap tanpa jejak bagai "tetesan air yang mengering di bawah terik matahari".

Bahkan, bisa jadi tidak berhenti di situ saja. Setelah makin disadari, ternyata kerugian itu telah menggerus semua modal yang kita miliki sehingga membuat istilah bangkrut hanya berjarak sejengkal dari dahi kita.

Dan, itu adalah mimpi terburuk bagi kita.

Sebelum risiko dalam kasus tadi terjadi, kita bisa segera menilainya dengan cara bertanya kepada diri sendiri, "Apa kiranya yang harus diupayakan agar risiko itu tidak terjadi?", atau minimal, "Apa yang harus diupayakan untuk menekan dampak risiko itu?". Pertanyaan ini penting bagi kita. Karena, ia akan menghantarkan kita ke gerbang solusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun