Mohon tunggu...
dhani rafling
dhani rafling Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pernah Baca Seri Lupus yang Ini? Unsur dalam Novel Tragedi Sinermata

27 Februari 2018   17:39 Diperbarui: 27 Februari 2018   17:55 2139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ncurkblog.blogspot.com

Di dunia ini, banyak sekali karya sastra dan macam-macamnya, salah satu karya sastra yang sangat popular sampai kala ini adalah novel. Novel memiliki manfaat yang sangat banyak. Karya sastra novel ini mengandung keindahan yang dapat menimbulkan suasana berbeda bagi setiap pembacanya. Banyak sekali tema yang diangkat dalam novel, oleh karena itu, pengalaman jiwa yang terdapat dalam karya sastra memperkaya kehidupan batin manusia khususnya pembaca.

Telah banyak karya sastrawan Indoneisa yang terkenal. Salah satu dari novel terkenal di Indonesia adalah Novel Tragedi Sinemata. Novel karya Hilman ini adalah buku seri Lupus yang ke-4 dan diterbitkan pertama kali pada bulan Oktober tahun 1987. Buku ini berisi cerita lepas sang pengarang. Sedangkan untuk gambar dan Ilustrasi dalam buku ini dibuat oleh Wedha Abdul Rasyid yang berprofesi menjadi seniman

Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Tema dalam banyak hal bersifat "mengikat" kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu, termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema dibagi menjadi dua secara eksplisit (disebutkan) dan ada pula yang dinyatakan secara implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami).

Tema dari novel seri ke-4 Lupus ini adalah menceritakan seorang anak yang bernama Lupus dan teman-temannya yang diajak bermain film oleh sutradara, tetapi sutradara tersebut membatalkannya karena mereka masih pada muda dan masih pada suka bercanda dalam latihannya . seperti dalam dialog yang ada di dalam novel, dibawah ini .

Besoknya secara nggak sengaja Lupus ketemu sang produser di kantor Hai. Dengan wajah menyesal, beliau menyampaikan kabar duka bahwa mereka nggak jadi pakai Lupus cs untuk peran pembantu, sebab kata sutradara,

"Kalian masih hijau sekali. Susah diarahkan. Latihannya suka bercanda terus. Belum lagi kita harus mendaftar kalian ke Parfi sebagai pemain baru. Bayarnya mahal sekali. Kita toh tak mau mengambil resiko itu. Jadi..."

Lupus tak menyimak lagi, apa yang dikatakan sang produser. Dia cuma bengong. Bagaimana cara nyampein kawat duka itu ke teman-temannya? (hal. 85 pdf)

Walaupun mereka sedikit merasa kecewa dan malu dengan keputusan sutradara tersebut, mereka juga mengikhlaskan bahwa mereka tidak jadi bermain film karena itu adalah tragedi yang menyadarkan mereka bahwa bermain film bukanlah tempat mereka, seperti dialog dibawah ini .

"Kamu betul, Im. Hal ini sangat menyakitkan. Tapi saya harus ngomong

sama kamu semua. Meski rasanya berat, tapi harus!"

Fifi, Gito, Aji, Gusur, dan Boim jadi tegang.

"Ada apa, Pus?"

Lupus pun mulai cerita semuanya. Tentang pertemuannya sama produser.

Tentang dibatalkannya peran buat mereka...

"Jadi?" hampir nangis Gusur bertanya.

"Ya, terpaksa dibatalkan."

"Kita batal jadi bintang film?" celetuk Gito.

"Kasarnya begitu." (hal. 87 pdf)

"Kita semua kecewa. Tapi kita tak boleh larut dalam kesedihan.

Perjalanan kita masih jauh. Tragedi ini menyadarkan kita, bahwa kodrat

kita bukanlah bintang film. Setiap orang sudah ada tempatnya sendirisendiri.

Sudah dikotak-kotakkan oleh Tuhan. Misalnya Boim jadi

playboy, Fifi jadi artis bohongan, saya jadi cowok kece... yah, semua

sudah dibagi-bagi. Nah mungkin kita tempatnya memang bukan di sana.

Kita ditempatkan di sini. Sebagai pelajar. Sebagai anak yang harus

duduk manis di bangku kelas, sambil menyimak pelajaran. Sambil

sesekali lempar-lemparan kapur kalau guru lagi meleng. Meta, Ita dan

Utari kebetulan sadar lebih dulu dari kita-kita. Makanya mereka

menolak ketika kita tawarkan." (hal. 88 pdf)

Alur (plot) dalam Novel Tragedisinemata adalah memiliki alur (plot) lurus, progresif. Itu karena peristiwa yang terjadi pada novel ini bersifat kronologis, peristiwa yang pertama menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain kemudian. Dapat dilihat ketika lupus dan teman-temannya diajak bermain film mereka semua sangat senang, namun saat sutradara tersebut membatalkan mereka untuk bermain film maka mereka merasa sedih dan kecewa.

Waktu demi waktu berlalu. Dan saat yang menyebalkan itu pun berakhir.

Suasana kelas menjadi riuh. Riuh oleh anak - anak yang berebut

mengumpulkan kertas jawaban. Dengan langkah gontai, Lupus

menyelipkan kertas jawabannya di meja Bu Sut. Benar - benar

memalukan, dia Cuma bisa jawab empat dari sepuluh nomor yang

diberikan!

Saat istirahat, Denny jadi dirubung oleh teman - teman Lupus. Beberapa

anak secara tulus mengucapkan terima kasih atas bantuannya waktu

ulangan bio tadi. Denny jadi dewi penyelamat. (hal. 12 pdf)

Latar (setting) dalam Novel Tragedisinemata menggunakan latar tempat yaitu tempat-tempat yang sering dijumpai seperti, di rumah, sekolah, kantin jahat dan mahal (KMJ), perpustakaan, lapangan basket, mini bus, dan lain - lain. Contohnya seperti dialog dibawah ini

Di perpustakaan, dia melihat Rina yang lagi asyik ngebaca. Lupus mendekat.

"Halo!"

Rina menoleh kaget (hal. 28 pdf)

Suasana sekolah pun jadi ramai. Ini karena ulah Fifi Alone yang nggak

bisa ngebendung emosi dan langsung cerita ke semua orang. "Ike

khawatir, jangan-jangan bintang utamanya jadi kesaing gara-gara ike

ikutan jadi pemeran pembantu...," celotehnya.

Anak-anak kelas lain pun jadi pada sirik.

"Produsernya kesantet apa sih, kok ya tega-teganya mereka diajak main

film. Apa nggak takut rugi?" ejek seseorang.

"Tapi bener lho mereka bakal main film," bela yang lain.

"Ah, mustahil. Main topeng monyet sih mungkin!"

"Saya lihat sendiri, mereka sudah mulai latihan di aula sekolah saban

pulang sekolah." (hal. 78 pdf)

Latar waktu (lamanya waktu) dalam novel ini cukup relatif, itu berarti tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat sehingga tidak membuat orang yang membacanya menjadi bingung. Adapun waktunya yaitu pagi, siang, sore, malam hari, dan lain - lain. Satu dari kutipan novel contohnya

Saat itu malam belum larut. Paling baru sekitar jam tujuh. Tapi suasana di kebun yang tak jauh dari rumah Rina amat sangat gelam sekali. Bunyi-bunyi jangkrik dan binatang malam lainnya kadang memecahkan kesunyian yang mencekam. (hal. 29 pdf)

Latar sosial dalam novel ini menceritakan kehidupan atau kebiasaan hidup Lupus saat dia masih sekolah yang tidak pernah pantang menyerah. Selain itu Lupus juga selalu membantu temannya yang sedang kesulitan.

"Oke, Im, saya mau nolong kamu pinjemin duit ke anak-anak. Tapi nggak janji ye, dan - harus dibayar!" (hal. 18 pdf)

Tokoh adalah individu yang diciptakan atau direkakan pengarang yang mengalami banyak peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Umumnya, tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Tokoh dan penokohan yang ada didalam novel ini diantaranya adalah, pertama, Lupus memiliki sifat cuek, polos, baik hati, suka membantu teman, dan mudah bergaul Terlihat dalam salah satu dialog didalam novel ini .

Agnes merasa bahwa tugas Lupus telah sukses ngerayu bokapnyokapnya. Buktinya sang bokap dengan senyum-senyum sering menanyakan Lupus yang katanya seorang pemuda menarik.

"Bener lho,Ag. Cara dia ngomong sopan sekali. Dan degan cerdiknya dia mengelak kalau tersudut. Kapan dia datang lagi kemari? Papa mau ngajak bertanding lagi."  (hal. 46 pdf)

Selanjutnya adalah Lulu, Lulu memilki sifat lincah dan bawel. Salah satu dialog didalam novel ini dapat membuktikan sifatnya.

"Egois! Sekali-sekali kenapa sih gantian kamu yang shopping? Apa ibu dibiarkan pergi sendirian? Kasihan, kan, bawaannya banyak banget! Sekali ini aja kok. Soalnya saya bener-bener ada perlu!" (hal. 20 pdf)

Yang ketiga ada Boim. Tokoh satu ini memiliki sifat percaya diri, suka berhutang, suka bercanda, salah satu buktinya dapat dilihat dari kutipan di bawah ini

"Lho, serius, Pus. Walau dia datang ke sini kemarin-kemarin itu, saya sempet diundang makan malam di Mandarin sana dia bersama orang-orang kaya lainnya. Jangan keki, Pus, gini-gini ogut kan termasuk orang kaya kesekian di Indonesia...." (hal. 15 pdf)

Selanjutnya ada Fifi alone teman Lupus yang satu ini sangat narsis dan ingin menjadi artis dapat dilihat dalam salah satu dialog dibawah ini

"Ayo dong ngomong, kok malah mejeng di situ? Kamu pikir dengan begitu bisa lebih kece dari saya, ya?" Fifi Alone, artis kapiran mulai angkat bicara ngeliat Denny Cuma diam aja di muka kelas. (hal. 10 pdf)

Yang ke lima ada Gusur, jiwa seni dan sastranya sangat terlihat menonjol karena ia senang melukis dan elantunkan puisi, selain itu dia terlihat begitu polos. Dapat dilihat dalam salah satu dialog dibawah ini

"Duhai, malapetaka apakah yang telah engkau limpahkan pada hambamu yang kece ini, ya Tuhan. Mengapa Engkau abaikan cacing-cacing dalam perutku menggeliat gelisah, sementara tak sekilas pun nampak tanda-tanda nasi dan lauk-pauknya akan dihidangkan di sini. Oh, betapa kejamnya derita yang harus kutanggung." (hal. 33 pdf)

Lalu yang keenam ada Aji, dia suka menggannggu atau jahil. Terlihat dalam salah satu dialog dibawah ini

"Wah, cewek dari mana nih, berani -- beranian masuk kelas kita." Aji buka suara. (hal. 8 pdf)

Selanjutnya ada Gito, dia jahil, tapi kadang bisa jadi orang yang bisa diandalkan. Terlihat dalam salah satu dialog dibawah ini

"Jangan -- jangan anak baru. Kita kerjain, yuk?" tukas Gito. (hal. 8 pdf)

Yang kedelapan ada Denny, dia bawel, polos dan cuek. Terlihat dalam salah satu dialog dibawah ini

"Eng... anu, nama saya Deniati, tapi akrab dengan panggilan Denny. Saya pindahan dari Semarang, ikut orang tua... cita -- cita saya sebetulnya banyak... tapi takut dikira kemaruk, ngerampas lapangan kerja orang laen, akhirnya saya cukup puas untuk jadi astronot saja..." Anak -- anak langsung padameng-woo. Teriak -- teriak keki. But the show must go on, dan Denny tancap terus. "...eng, bintang saya virgo. Kepribadian biasa-biasa saja, artinya nggak ada yang terlalu istimewa, kecuali menolong orang yang terkena serangan jiwa macam... eh-maaf, maksud saya Boim..." Boim ngamuk -- ngamuk, tapi anak baru itu yang mulai tumbuh keberaniannya langsung tancap gas."... Hobi saya banyak. Termasuk memanjat jambu tetangga. Tapi itu dilakukan kalau bener -- bener kepengen. Terus... kata mutiara: don't judge a boy by his kolor. Terima kasih, rasanya keterangan saya cukup segitu dulu. Nanti kalo ada waktu bisa dilanjutin, walau dengan catatan..."  (hal. 10 pdf)

Yang ke sembilan ada Agnes ia memliki sifat dewasa dan baik hati. Terlihat dalam salah satu dialog dibawah ini

"Kita semua memang maunya bisa sepenuhnya diterima apa adanya kita. Dengan keunikan kita, ketidaksempurnaan kita, ide-ide kita, dan jugaperasaan kita. Kita butuh dihargai. Saat kita tumbuh dewasa, kita memang banyak dipengaruhi orang-orang di sekitar kita, lingkungan dan masyarakat. Iya kan, Pus?" (hal. 43 pdf)

Ke sepuluh ada Rina, ia sangat baik dan ramah. Dapat terlihat dalam salah satu dialog dibawah ini

"Sabar, Pop, nggak ada April Mop-april mopan dalam hal ini. Sungguh, saya tadinya bermaksud baik. Kamu harus tau, Pop, Lupus sebenarnya masih sayang sama kamu. Jangan protes dulu, saya punya bukti-bukti. Saya tau sekali. Selama ini dia sering ngomongin kamu ke saya. Memang, Lupus nggak bikin saya sebagai pelampiasan. Dia anak baik kok. Tapi dia nggak bisa bohong kalau dia masih sayang sama kamu. Udah aja saya langsung niatmau nyatuin lagi kamu sama Lupus. Biar kamu-kamu bisa bahagia. Saya puter-puter cari akal, akhirnya saya dapat ide. Mau mempertemukan kamu sama Lupus di sini. Makanya saya nulis surat ke kamu dan Lupus dengan harapan nantinya bisa saling ketemu. Tapi ternyata..." Rina tak meneruskan eritanya. (hal. 63 pdf)

Selanjutnya ada Poppy, dia memilki sifat tegas, cerdas, dan baik. Dapat dilihat dalam dialog di bawah ini.

" Iya, tapi apa maksudmu berbuat begitu? Mau bikin April Mop, ya? Saya kasih tau aja, ya, April Mop kamu berhasil dengan gemilang. Tepatnya, saya merasa kena tipu!" (hal. 63 pdf)

Dan yang terakhir ada Rizal, dia memiliki sifat galak dan sombong. Terlihat dalam dialog di bawah ini.

"Jalannya yang bener dong! Dasar anak manja!" (hal. 54 pdf)

Sudut pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Dalam hal ini, ada dua macam sudut pandang yang bisa dipakai:

Sudut pandang pada novel ini adalah sudut pandang orang ketiga. Mengapa sudut pandang orang ketiga? Karena orang yang menceritakannya atau naratornya berada diluar cerita. Narrator menceritakan atau menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata gantinya ia,dia . khususnya nama tokoh utama sering kali disebut terusmenerus pada ceritanya.

"Jangan gitu dong, Pus, saya kebetulan aja lagi cekak," gerutu Boim.

Tampangnya jadi sedih. Mulutnya bermonyong-ria, menunjukkan kesedihannya.

Wah, kalau sudah begini susah deh mendeskripsikan bagaimana suntuknya tu wajah.

Lupus aja sampe nggak tegaan ngeliatnya. Apalagi ketika Lupus mulai mendengar suara sesegrukan si Boim dari balik bantalnya. Duile, gitu aja nangis (hal. 16 pdf)

Kutipan percakapan di atas dapat mewakili bahwa novel ini memiliki Sudut pandang orang ketiga, karena menyebut nama tokoh dalam cerita tersebut.

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya.

Biografi Hilman Hariwijaya. Hilman Hariwijaya adalah seorang penulis Indonesia. Namanya dikenal sejak menulis cerita pendek yang diberi judul "Lupus" di majalah Hai dibulan Desember 1986, yang kemudian dibukukan menjadi sebuah novel.

Kiprah Hilman Hariwijaya menulis cerita remaja bermula dari kesukaannya pada majalah dan rasa ingin tahu pada dapur redaksinya. Ketertarikan dan rasa ingin tahu tersebut berlanjut dengan kenekatan mendatangi kantor redaksi majalah Hai. Setiap pulang sekolah, masih bercelana pendek seragam SMP, Hilman menghabiskan sebagian waktunya di kantor redaksi majalah tersebut. Berawal dari itu, sedikit demi sedikit ia mulai terlibat dalam keredaksian majalah tersebut hingga akhirnya menjadi wartawan paruh.

Tahun 1978, Hilman unjuk kepiawaian. Ia mengikuti sayembara mengarang. Karyanya berjudul "Bian, Adikku yang Tak Pernah Ada" menjadi pemenang dalam sayembara itu. Selanjutnya namanya melambung. Dua karyanya yang tergolong fenomenal, serial "Lupus" dan "Olga" bukan hanya tercatat laris di pasar dan masih terus dicetak ulang, tetapi juga telah diangkat dalam versi layar lebar dan sinetron remaja. Hingga saat ini sekitar 82 judul buku telah dikarangnya.

Banyak cerita atau berbagai macam seri buku Lupus yang bersangkutan dengan kisah hidupnya. Contohnya daalam karakter Lupus digambarkan bahwa Lupus adalah siswa penulis majalah Hai, dan Hilman pun juga demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun