Pasar keuangan dunia mulai dari Wall Street hingga IHSG Â terjun bebas. Triliunan Dollar menguap begitu saja dalam tempo kurang dari 2 bulan. Sektor Riil apalagi, sektor inilah yang paling merasakan dampak serius dari pandemi ini.Â
Memang ini bukan pertama kalinya ekonomi dunia jatuh ke dalam krisis, kita pernah mengalami krisis regional Asia di tahun 1998, dunia pernah alami krisis di tahun 2008 lalu pada saat terjadinya gagal bayar KPR di amerika yang berdampak secara sistemik ke ekonomi global sehingga menyebabkan krisis ekonomi global.Â
Contoh dua krisis tadi semuanya berawal dari dunia keuangan yang merembet ke sektor riil secara sistemik sehingga menyebabkan PHK dimana-mana, daya beli berkurang, inflasi tinggi dsb. Khusus di tahun 2020 ini kita dihadapkan pada peristiwa bahwa sebuah krisis ekonomi disebabkan oleh virus yang langsung menyerang sektor riil dan merembet ke dunia keuangan.Â
Saya akan coba kasih gambaran sederhana tentang anomali yang saat ini sedang terjadi. Virus ini menyeramkan, orang takut keluar rumah untuk sekedar interaksi sosial, hangout & shopping ke mall dsb. Ketika mall sepi pengunjung, otomatis omset para tenant mall juga ikut turun. Ketika omset turun, pengurangan karyawan mulai diberlakukan perlahan demi efisiensi.Â
Orang yang kena pengurangan ini sebut saja tomi ini jadi pengangguran, gak punya duit buat sekedar beli makan. Daya beli satu individu berkurang, si tomi yang biasanya abis gajian suka shopping beli baju, makan enak dll sekarang udah ga pernah lagi karena gak ada duit. imbasnya pedagang langganan si tomi biasa beli baju omsetnya pun berkurang, begitu seterusnya.Â
Contoh lain, orang disuruh kerja work from home (wfh) dilarang bepergian apalagi liburan. Tempat wisata sepi, hotel kosong, omset turun, pegawai dirumahkan, ribuan orang nganggur dadakan. Itulah salah satu dari sekian contoh yang terjadi di sektor riil imbas dari adanya pandemi corona.Â
Kesimpulannya adalah pandemi ini langsung menyerang sektor riil dan bisa dirasakan langsung oleh masyarakat dan ini membuat semuanya menjadi rumit. Pemerintah tidak punya pilihan lain selain dengan segera menyelesaikan masalah pandemi ini.Â
Berbicara tentang pemerintah, menurut pendapat saya pribadi ada semacam kebingungan dalam mengatasi masalah ini. Penggantian istilah lockdown ke karantina, karantina menjadi darurat sipil itu hanya membuat bingung kaum awam seperti saya ini.Â
Masyarakat hanya butuh tindakan konkret bagaimana cara agar mencegah penyebaran ini semakin meluas. Kami sama sekali tidak peduli dengan istilah terminologi yang hanya dimengerti oleh sebagian orang itu. Harus diakui pemerintah seolah lamban bahkan sejak pendeteksian awal, lambannya pemerintah itu begitu kentara.Â
Sekarang pemerintah galau antara lockdown atau tidak, lockdown akan berisiko hancurnya ekonomi. apabila tidak lockdown virus makin menyebar. Ayolah disaat seperti ini lockdown ataupun tidak, perlambatan ekonomi adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari negara maju sekalipun. Ekonomi selalu akan bisa pulih, tapi tidak dengan nyawa.Â
Layakkah nyawa dikorbankan hanya demi menjaga stabilitas ekonomi? sebegitu murahnya kah nyawa manusia di mata pemerintah? Sudah saatnya pemerintah fokus selesaikan pandemi secepatnya dan kesampingkan ekonomi  terlebih dahulu.Â