Mohon tunggu...
Dhamar Fernanda
Dhamar Fernanda Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Mari kita berdiskusi tentang sejumlah isu Mahasiswa Semester Akhir

Selanjutnya

Tutup

Money

Global Outbreak, Ancaman Serius untuk Indonesia

3 April 2020   21:28 Diperbarui: 3 April 2020   21:49 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Di tahun 2015, Bill Gates yang saat itu menjadi pembicara di sebuah seminar TED mengatakan bahwa ancaman manusia di abad 21 bukanlah sebuah perang nuklir yang akan menghancurkan seluruh planet bumi melainkan sebuah pandemi penyakit yang akan mengancam jutaan nyawa manusia.  

Sekilas pemikiran Bill Gates saat itu terkesan mengawang, spanish flu yang menewaskan hampir 33 juta orang di seluruh dunia itu terjadi saat teknologi kesehatan belum semaju sekarang. Jadi mana mungkin pandemi mematikan yang terjadi 100 tahun lalu itu akan terulang? Kirsa-kira itulah pemikiran orang awam saat mendengar perkataan sang CEO. 

Orang pada saat itu lebih mengkhawatirkan pecahnya perang dunia ke 3 karena saat itu perang proxy negara besar dunia tengah berlangsung sengit di Suriah. 

Tapi Bill Gates memiliki pendapat lain, pengalaman hancur lebur dan betapa mematikannya perang dunia ke 2 yang menewaskan hampir 80 juta orang membuat para pemimpin dunia harus berpikir jutaan kali sebelum memutuskan untuk perang secara besar-besaran apalagi ditambah fakta perang dunia ke 3 akan erat kaitannya dengan nuklir yang sangat mematikan itu. 

Opsi perang nuklir akan sangat dihindari oleh semua negara karena tidak hanya berdampak kepada melayangnya jutaan nyawa, melainkan akan mengancam manusia itu sendiri ke jurang kepunahan.  

Bill Gates mengingatkan bahwa opsi perang dunia 3 sebagai ancaman sangatlah kecil dan justru yang lebih dikhawatirkan olehnya adalah sebuah pandemi yang menyebar begitu cepat dan mematikan. Dia khawatir akan kesiapan sistem dunia kesehatan yang menurutnya jauh dari kata siap dan akibatnya akan berdampak fatal kepada keselamatan manusia.

2020, Nowadays

Saat ini prediksi Bill Gates terbukti benar, nyaris 1 juta penduduk bumi terinfeksi virus Covid-19. Dunia dibuat panik dan gelagapan dalam menghadapi pandemi. 

Negara maju sekalipun  sangat kewalahan mengatasi virus Covid-19 yang penyebarannya sangat cepat itu. Ketidaksiapan sistem yang dikatakan bill gates 5 tahun lalu terbukti benar. 

Tenaga medis yang tidak seimbang dengan total pasien, Ahli Virologi yang sedikit, rumah sakit yang tidak dapat menampung ribuan orang sakit pada saat yang bersamaan, kelangkaan APD, lambatnya penemuan vaksin membuat virus ini kian membuat runyam planet bumi. 

Tidak hanya menyerang kesehatan manusia, virus ini juga mampu membuat ekonomi 200 negara terjangkit lumpuh seketika dan dampak mengerikan lanjutannya adalah  ekonomi dunia saat ini jatuh kedalam jurang resesi. 

Pasar keuangan dunia mulai dari Wall Street hingga IHSG  terjun bebas. Triliunan Dollar menguap begitu saja dalam tempo kurang dari 2 bulan. Sektor Riil apalagi, sektor inilah yang paling merasakan dampak serius dari pandemi ini. 

Memang ini bukan pertama kalinya ekonomi dunia jatuh ke dalam krisis, kita pernah mengalami krisis regional Asia di tahun 1998, dunia pernah alami krisis di tahun 2008 lalu pada saat terjadinya gagal bayar KPR di amerika yang berdampak secara sistemik ke ekonomi global sehingga menyebabkan krisis ekonomi global. 

Contoh dua krisis tadi semuanya berawal dari dunia keuangan yang merembet ke sektor riil secara sistemik sehingga menyebabkan PHK dimana-mana, daya beli berkurang, inflasi tinggi dsb. Khusus di tahun 2020 ini kita dihadapkan pada peristiwa bahwa sebuah krisis ekonomi disebabkan oleh virus yang langsung menyerang sektor riil dan merembet ke dunia keuangan. 

Saya akan coba kasih gambaran sederhana tentang anomali yang saat ini sedang terjadi. Virus ini menyeramkan, orang takut keluar rumah untuk sekedar interaksi sosial, hangout & shopping ke mall dsb. Ketika mall sepi pengunjung, otomatis omset para tenant mall juga ikut turun. Ketika omset turun, pengurangan karyawan mulai diberlakukan perlahan demi efisiensi. 

Orang yang kena pengurangan ini sebut saja tomi ini jadi pengangguran, gak punya duit buat sekedar beli makan. Daya beli satu individu berkurang, si tomi yang biasanya abis gajian suka shopping beli baju, makan enak dll sekarang udah ga pernah lagi karena gak ada duit. imbasnya pedagang langganan si tomi biasa beli baju omsetnya pun berkurang, begitu seterusnya. 

Contoh lain, orang disuruh kerja work from home (wfh) dilarang bepergian apalagi liburan. Tempat wisata sepi, hotel kosong, omset turun, pegawai dirumahkan, ribuan orang nganggur dadakan. Itulah salah satu dari sekian contoh yang terjadi di sektor riil imbas dari adanya pandemi corona. 

Kesimpulannya adalah pandemi ini langsung menyerang sektor riil dan bisa dirasakan langsung oleh masyarakat dan ini membuat semuanya menjadi rumit. Pemerintah tidak punya pilihan lain selain dengan segera menyelesaikan masalah pandemi ini. 

Berbicara tentang pemerintah, menurut pendapat saya pribadi ada semacam kebingungan dalam mengatasi masalah ini. Penggantian istilah lockdown ke karantina, karantina menjadi darurat sipil itu hanya membuat bingung kaum awam seperti saya ini. 

Masyarakat hanya butuh tindakan konkret bagaimana cara agar mencegah penyebaran ini semakin meluas. Kami sama sekali tidak peduli dengan istilah terminologi yang hanya dimengerti oleh sebagian orang itu. Harus diakui pemerintah seolah lamban bahkan sejak pendeteksian awal, lambannya pemerintah itu begitu kentara. 

Sekarang pemerintah galau antara lockdown atau tidak, lockdown akan berisiko hancurnya ekonomi. apabila tidak lockdown virus makin menyebar. Ayolah disaat seperti ini lockdown ataupun tidak, perlambatan ekonomi adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari negara maju sekalipun. Ekonomi selalu akan bisa pulih, tapi tidak dengan nyawa. 

Layakkah nyawa dikorbankan hanya demi menjaga stabilitas ekonomi? sebegitu murahnya kah nyawa manusia di mata pemerintah? Sudah saatnya pemerintah fokus selesaikan pandemi secepatnya dan kesampingkan ekonomi  terlebih dahulu. 

Saya paham betul pertimbangan pemerintah untuk tidak lockdown adalah fakta bahwa 60% penduduk kita bekerja di sektor informal. Tapi apakah mereka ini akan mendapatkan penghasilan optimal di saat kampanye stay at home sedang gencar-gencarnya di kampanyekan oleh pemerintah? sudah berapa banyak abang ojek online mengeluh sepi tiada penumpang? sudah berapa banyak pedagang di pasar yang mengeluh omset terus turun karena kampanye tersebut? bagaimana roda ekonomi akan terus berjalan optimal ketika keluar rumah saja dilarang? 

Ayolah pemerintah jangan ragu untuk lockdown. Kata kunci nya disini adalah waktu, mereka perlu bekerja dalam keaadaan normal secepat mungkin dan lockdown adalah cara paling cepat untuk kembali ke situasi normal. Semakin kondisi ini berlanjut maka semakin besar pula peluang untuk sektor informal ini benar-benar collapse. 

Dan pada akhirnya, keterlambatan atau bahkan resesi ekonomi sulit untuk dihindari. Jadi ancaman manusia abad 21 sesungguhnya adalah virus menular. Ancaman lainnya adalah kebijakan yang keliru diambil oleh pemerintah dikarenakan ketidakjelasan sikap dan rasa gamang yang dialami para penghuni istana.

 Jadi tunggu apalagi? Ketimbang begini, ruginya dua kali. Nyawa banyak yang hilang, ekonomi pun perlahan pasti melayang. Capeee deh!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun