Di indonesia saat ini mayoritas remaja banyak menggunakan bahasa gaul atau bahasa remaja dalam kehidupan sehari -- hari. Bahasa remaja itu mencampuradukan antara tulisan, lisan, dan gambar, sehingga semuanya menjadi kacau. Kekacauan bahasa itu terlihat karena penggunaanbahasa yang seenaknya dan terkadang emosi jugadiungkapkan secara tidak tepat. Perkembangan teknologimemudahkan generasi muda seperti remaja untukbersosialisasi
sehingga internet, situs jejaring sosial dan teknologi pesansingkat di mana bahasa remaja yang sering digunakan oleh kalangan remaja yang ditemukan dan dapat diakses dengan mudah. Segelintir orang menganggap bahasa gaul merusak kaedah bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai bahasa persatuan. Hal ini disebabkan bahasa gaul tidak mengindahkan kaedah bahasa Indonesia dan sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari.
Bahasa gaul ini biasanya dipengaruhi oleh media sosial yang sering dipakai dalam kalangan remaja. Remaja sosial media adalah candu, yang membuat penggunanya tiada hari tanpa membuka sosial media. Namun, dengan perkembangan ini, muncul pula tantangan baru terkait dengan kebutuhan akan regulasi yang sesuai untuk menjaga kualitas dan etika komunikasi. Kode etik komunikasi merujuk pada seperangkat aturan, kebijakan, dan hukum yang mengatur berbagai aspek komunikasi dalam masyarakat, termasuk media massa, telekomunikasi, dan komunikasi digital. Tujuan utama dari kode etik komunikasi adalah untuk menciptakan lingkungan komunikasi yang sehat, adil, dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat.
Pentingnya Kode Etik komunikasi
Kode Etik komunikasi dalam penggunaan bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kualitas dan etika komunikasi dalam masyarakat. Kode etik komunikasi ini dapatmembantu menjaga kehormatan dan martabat setiap individu dengan mendorong penggunaan bahasa yang sopan, menghormati, dan tidak merendahkan. Kode etik komunikasi dapat mencegah terjadinya pelecehan verbal, diskriminasi, atau penggunaan bahasa yang merugikan individu atau kelompok tertentu. Dengan aturan yang jelas dalam penggunaan bahasa, kode etik komunikasi dapat membantu meminimalkan kesalahpahaman atau konflik yang disebabkan oleh penggunaan bahasa yang tidak tepat. Kode etik komunikasi juga dapat membantu mendorong komunikasi yang efektif dan jelas dengan memastikan penggunaan bahasa yang sesuai dengan konteks dan audiens. Regulasi komunikasi membantu mendorong etika komunikasi yang baik dengan menekankan pentingnya penggunaan bahasa yang pantas, jujur, dan bertanggung jawab. Dengan adanya kode etik komunikasi dalam penggunaan bahasa, diharapkan interaksi antarindividu dalam masyarakat dapat berjalan dengan lebih baik, menghormati nilai-nilai yang dijunjung tinggi, dan menciptakan lingkungan komunikasi yang positif dan mendukung bagi semua pihak yang terlibat.
Wujud penggunaan bahasa gaul dalam komunikasiÂ
Menurut Devianty (2017: 227) bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Pengertian bahasa itu meliputi dua bidang. Pertama, bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus bunyi itu sendiri. Bunyi itu merupakan getaran yang merangsang alat pendengaran kita. Kedua, arti dan makna, yaitu isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi terhadap hal yang kita dengar. Beragamnya bahasa turut menambah variasi dalam berbahasa, variasi bahasa sendiri memiliki dua sudut pandang, sebagaimana yang dikemukakan Chaer & Agustina (2004:61), bahwa dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi atau ragam bahasa itu dilihat sebagai
Akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi atau ragam bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Andaikata penutur bahasa itu adalah kelompok yang homogen, baik etnis, status sosial, maupun lapangan pekerjaannya, maka variasi atau keragaman itu tidak akan ada; artinya bahasa itu akan menjadi seragam. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak. Yang jelas, variasi atau ragam bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan di dalam masyarakat sosial (Muliawati, 2017).
Menurut Yana, dkk. (2018:1) bahwa Bahasa gaul atau yang biasa disebut dengan bahasa prokem adalah bahasa diluar bahasa resmi, yakni bahasa Indonesia. Bahasa gaul atau bahasa prokem biasanya digunakan pada kalangan anak muda atau yang kini disebut dengan "generasi milenial" khususnya merujuk kepada pelajar dan mahasiswa. Bahasa gaul memiliki cirinya sendiri.(Yana, dkk, 2018). Bahasa gaul adalah gaya bahasa terlahir dari perkembangan dan modifikasi yang berasal dari bahasa Indonesia mau pun bahasa asing sehingga bahasa gaul tidak memiliki struktur gaya bahasa yang pasti. Bahasa gaul dapat dikatakan bagian dari kata singkatan, terjemahan, maupun plesetan. Sebagian kosa kata bahasa gaul tidak diketahui asal mulanya ataupun pencetusnya. Ragam bahasa memiliki ciri khusus, singkat, lincah, unik, padat, kreatif. Kata yang di gunakan cenderung pendek, kata yang lumyan panjang akan diperpendek melalui proses morfoligi atau menggantinya dengan menjadi lebih pendek. Bahasa gaul adalah bahasa informal atau bahasa sehari-hari yang digunakan oleh generasi muda atau remaja di kalangan teman sebaya. Bahasa gaul biasanya menggunakan kata-kata campuran dari bahasa daerah, bahasa Inggris, dan kosakata baru yang dibuat sendiri oleh komunitas generasi muda.
Penggunaan bahasa gaul atau bahasa remaja juga semakin marak di kalangan masyarakat Indonesia. Terlebih lagi kalangan remaja sering media sosial sebagai penghilang rasa suntuk, sehingga mereka sering melihat bahasa-bahasa gaul yanga di media sosial tersebut. Pada akhirnya bahasa gaul tersebut dipakai menjadi bahasa sehari-hari. Kalangan remaja saat ini lebih tertarik menggunakan bahasa gaul sebagai ekspresi diri dan memperkuat solidaritas antar kalangan remaja salin itu bahasa gaul juga digunakan untuk obrolan santai, menyatakan reaksi terhadap sesuatu, dan memberikan penilaian. faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa gaul oleh kalangan remaja yaitu Kehidupan Sehari-hari : Remaja juga mungkin menggunakan bahasa gaul karena mereka melihat orang lain di sekitar mereka menggunakannya. Bahasa gaul dapat digunakan sebagai cara untuk terhubung dengan teman sebaya dan memperkuat hubungan sosial. Akibatnya, kemampuan bahasa Indonesia yang baik dan benar tergerus dengan munculnya bahasa gaul dan bahasa asing sehingga keaslian dari sebuah kosakata dalam bahasa Indonesia akan sulit diketahui oleh generasi yang sekarang karena ketertarikan mereka dalam menggunakan bahasa tersebut. Media sosial telah menjadi kebutuhan di kalangan masyarakat khususnya generasi muda yang dapat memberikan pengaruh kuat dalam penggunaan bahasa Indonesia. Bahasa gaul yang digunakan secara terus menerus akan menyebabkan generasi muda enggan memakai kosa kata yang baku serta bahasa yang baik dan benar.
Contoh kasus wujud pemakaian bahasa gaul dalam berkomunikasi sehari-hari antara lain :
Penggunaan bahasa Indonesia yang tidak baku dan gaul sering digunakan oleh remaja ketika berinteraksi dengan temannya. Misalnya dalam percakapan:
Remaja 1 : "Ayo gaes kita ke kelas udah ada dosennya" Remaja 2 : "gaskeun, bre" (ayo, kawan)
Remaja 3 : "sans dulu gak sii" (santai aja dulu) Remaja 1 : " masalahnya sudah ada dosennya" Remaja 5 : "aman udah" (tenang aja)
Karena seorang remaja ingin terlihat pintar dan gaul, timbul penggabungan bahasa asing, sekalipun saat berinteraksi dengan gurunya, misalnya:
mahasiswa 1 : "Sorry Pak, telat?"
Guru 2: "kenapa kamu terlambat"
Mahasiswa 3 : "tadi saya and Jamal sarapan dulu" Guru 4: "Nanti jangan diulangi lagi!"
Mahasiswa 5 : "Okey, Pak".
Beberapa contoh kata bahasa gaul di kalangan remaja Indonesia, antara lain:
*GUE. Kata ini merupakan bahasa "resmi" yang kini banyak digunakan oleh kebanyakan orang (terutama orang dari Suku Betawi) untuk menyebut "Saya/Aku". Kata ini merupakan bahasa Betawi yang telah digunakan secara luas, jauh sebelum bahasa prokem dikenal orang.
*LO/ LU. Kata ini sama seperti "Gue" yang sudah digunakan digunakan oleh Suku Betawi sejak bertahun-tahun lalu dan menjadi kata untuk menyebut "Anda/Kamu".
*ALAY. Singkatan dari "Anak Layangan", yaitu orang-orang kampung yang bergaya norak. "Alay" sering diidentikkan dengan hal-hal yang norak dan narsis.
*LEBAY. Merupakan hiperbola dan singkatandari kata "berlebihan".
*GARING. Kata ini merupakan kata dari bahasa Sunda yang berarti "tidak lucu". Karena seringnya digunakan dalam pembicaraan, akhirnya kata ini pun menjadi populer di beberapa kota besar di luar Jawa Barat.
*KEPO. Kata ini merupakan singkatan Knowledge Everything Particular Object yang artinya selalu ingin tau.
*CACICU. Kata ini merupakan singkatan "Planning an event and in the end it doesn't just become talk" artinya hanya sekedar merancang acara dan pada akhirnya tidak dilaksanakan.
*HOKI. Kata ini merupakan kata lain dari beruntung atau istilah ini sering kali dianggap sebagai faktor yang tidak dapat dijelaskan atau diprediksi, dan seseorang merasa beruntung saat sesuatu yang baik terjadi tanpa alasan yang jelas.
*PADIM. Kata ini merupakan singkatan dari seseorang menanyakan sebuah kabar keberadaan teman sebayanya.
3. Dampak negatif bahasa gaul dalam komunikasi
Kita hidup di zaman banyak orang untuk berkomunikasi melalui bahasa modern atau yang sering kita sebut slang Tentu saja peran generasi muda di Indonesia sangat erat kaitannya penggunaan bahasa gaul. Tidak mengherankan lagi jika generasi muda ikut bergabung Masyarakat Indonesia lebih lancar berkomunikasi menggunakan bahasa gaul Dibandingkan dengan Indonesia. Untuk meminimalkan penggunaan bahasa gaul di masyarakat, peran kita sangat penting untuk menyemangati masyarakat tetap ingat bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Dari Munculnya bahasa gaul di masyarakat sangat mempengaruhi jati diri masyarakat Indonesia seperti, Dampak globalisasi terhadap identitas bangsa dapat terlihat dari perilaku masyarakat yang tinggal di luar Indonesia dan terbiasa dengan bahasa gaul. Karena bahasa gaul mudah untuk dikomunikasikan dan hanya dipahami oleh sekelompok orang tertentu, remaja cenderung memilih menggunakan bahasa gaul dalam komunikasi sehari-hari. Hal ini membuat bahasa Indonesia terlihat kuno dan tidak menarik bagi remaja, dan akibatnya tingkat kemahiran berbahasa Indonesia menurun. Penyebaran bahasa gaul di lingkungan remaja menjadi tanda serius ancaman kepada bahasa Indonesia dan menunjukkan penurunan kemampuan berbahasa generasi muda saat ini. Oleh karena itu, tidak dapat diabaikan bahwa suatu saat nanti bahasa Indonesia akan hilang dan digantikan oleh bahasa gaul. Dalam rangka menjaga eksistensi dan keberlanjutan bahasa Indonesia, perlu adanya upaya yang sungguh- sungguh untuk memperkuat penggunaan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kalangan generasi muda.
Dampak negatif penggunaan bahasa gaul dalam komunikasi sehari-hari telah mempengaruhi eksistensi bahasa Indonesia, dampak negatif dalam aspek sosiologi diantaranya yaitu memperkuat pemisahan antara kelompok-kelompok remaja berdasarkan bahasa yang mereka gunakan. Hal ini dapat menyebabkan polarisasi antar kelompok dan mempersulit integrasi sosial. Bahasa gaul juga seringkali tidak baku dan kurang formal, sehingga dapat mengurangi kemampuan remaja untuk berkomunikasi secara efektif dalam situasi formal atau profesional. Hal ini dapat membatasi kesempatan mereka dalam dunia kerja di masa depan. Hal ini mengakibatkan masyarakat lupa dengan EYD (Ejaan yang disempurnakan) sehingga enggan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Aturan EYD dianggap hal remeh, generasi muda khususnya lebih aktif menggunakan bahasa gaul dalam hubungan pertemanan mereka. Pada akhirnya, rasa bangga memiliki bahasa Indonesia akan semakin pudar serta homogenisasi budaya dan mengurangi keberagaman bahasa dan budaya lokal dan menurunnya minat remaja dalam menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Slang dapat menghambat penggunaan yang tepat dan benar dari bahasa Indonesia. penggunaan bahasa gaul membawa efek negatif terhadap eksistensi bahasa Indonesia pada remaja yakni penggunaan yang berlebihan dari bahasa gaul dalam komunikasi sehari-hari dapat berdampak negatif pada kemampuan seseorang dalam berbahasa secara formal atau dalam situasi resmi. Terlalu sering menggunakan bahasa gaul dapat mengurangi keterampilan berbicara yang lebih formal, seperti tata bahasa yang benar atau kosakata yang luas. Bahasa gaul juga menyebabkan punahnya bahasa Indonesia. Maraknya penggunaan bahasa gaul ini pertanda bahwa semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang. Sehingga tidak dapat dimungkiri bahwa suatu saat bahasa Indonesia bisa hilang dan dapat mempengaruhi lunturnya nilai-nilai Pancasila, dikarenakan tergeser oleh bahasa gaul.
Salah satu nilai pancasila yang terpengaruh globalisasi adalah dalam berbahasa. Di Indonesia sendiri, beberapa bahasa dituturkan di setiap daerah. Tapi dari diantara sekian banyak bahasa yang digunakan dalam masyarakat, ada satu bahasa yang mewakili bangsa Indonesia, bahasa ini merupakan bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Saat ini eksistensi bahasa Indonesia dipertanyakan reposisinya sebagai bahasa resmi Republik Indonesia akibat tidak adanya penyaringan transfer budaya antar negara di era globalisasi ini yaitu munculnya bahasa gaul yang mencampurkan kosakata bahasa asing dengan bahasa Indonesia. Banyak yang khawatir dan percaya bahwa kosakata baru merusak bahasa dasar (Kurniawaty et al., 2022). Tentu sulit untuk dihindari mengingat teknologi informasi saat ini sangat terbuka dan tentunya arus informasi yang tinggi mempercepat masuknya budaya asing, yang semakin mempengaruhi kehidupan dan hubungan manusia, terutama kehendak mengubah sikap, perilaku dan kebiasaan dalam menghadapi dan berinteraksi dengan orang lain di antara generasi muda.
Terlepas dari hancur atau tidaknya bahasa dasar, istilah-istilah baru (slang) terus menambah kosa kata baru informal dalam bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia harus bisa membedakannya standar dan dikembangkan. Kita semua tahu bahwa bahasa Indonesia memiliki bentuk yang baik dan tepat. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa istilah- istilah baru bermunculan seiring dengan perubahan zaman yang sangat cepat. Entah siapa yang menciptakan dan mempopulerkannya, tiba-tiba kami sering terdengar kosakata yang belum pernah kita dengar sebelumnya. Selain itu, menimpa generasi muda yang untuk secara tidak sengaja menggunakan dan menyebarkan bahasa gaul ini dalam kehidupan sehari-hari, biarlah lingkungan keluarga, kampus, komunitas bagi mereka yang berkecimpung dalam teknologi modern yaitu dunia baru yang biasa kita sebut dunia maya. Di dunia maya, mereka menggunakan bahasa gaul ini di media sosial. Penggunaan bahasa gaul dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi tulis dan lisan remaja. Remaja yang terbiasa menggunakan bahasa gaul mungkin menghadapi kesulitan dalam menulis dengan bahasa baku dan formal. Mereka juga mungkin kesulitan berkomunikasi dengan baik dalam situasi resmi, seperti dalam wawancara pekerjaan atau presentasi akademik.
Kesimpulan
Kode etik komunikasi sangat penting untuk menjaga kualitas dan etika komunikasi dalam masyarakat. Aturan yang jelas dan diterapkan dengan konsisten dapat menciptakan lingkungan komunikasi yang sehat, adil, dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat. Bahasa gaul sering muncul dalam komunikasi sehari-hari, terutama di lingkungan informal dan media sosial. Penggunaan bahasa gaul dapat mencakup slang, kata-kata kasar, atau ekspresi yang tidak baku.
Kurangnya regulasi terhadap bahasa gaul dapat memiliki dampak negatif, seperti peningkatan pelecehan, diskriminasi, ketidakprofesionalan, kesalahpahaman, dan pengaruh negatif pada generasi muda. Penggunaan bahasa gaul yang tidak tepat juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan kerugian dalam interaksi sosial.
Daftar Pustaka
Adibah Dewi Satriani, Arantxa, A. C., Rizki W, N. A., Qoriatul Khoiriyah, & Eni Nurhayati. (2023). Dampak Dan Transformasi Perkembangan Bahasa Gaul Dalam Bahasa Indonesia Modern. Jurnal Pengabdian West Science, 2(6), 421--426. https://doi.org/10.58812/jpws.v2i6.399
Altarriba, J., & Basnight-brown, D. (2022). The Psychology of Communication: The Interplay Between Language and Culture Through Time. https://doi.org/10.1177/00220221221114046
Beithcman, J.H. , Wilson, B. , Johnson, C.J. , Atkinson, L. , Young, A. , Adlaf, E. , Escobar, M. & Douglas, L. (2001), Fourteenyear followup of speech/languageimpaired and control children: psychiatric outcome. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 40, 75--82.
Chaer, A. & Agustina, L. (2014). Sosiolinguistik PerkenalanAwal. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Devianty, R. (2017). Bahasa sebagai Cermin Kebudayaan. Jurnal Tarbiyah, 24(2), 226-245.
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/tarbiyah/article/view/167/211
Falkus, G. , Tilley, C. , Thomas, C. , Hockey, H. , Kennedy, A. , Arnold, T. , Thorburn, B. , Jones, K. , Patel, B. , Pimenta, C. , Shah, R. , Tweedie, F. , O'Brien, F. , Leahy, R. , & Pring, T. (2016) Assessing the effectiveness of parent--child interaction therapy with language delayed children: a clinical investigation. Child Language Teaching and Therapy, 32(1), 7--17. 10.1177/0265659015574918
Muliawati, H. (2017). Variasi Bahasa Gaul pada MahasiswaUnswagati Prodi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Tahun 2016. Deiksis : JurnalPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 4(2), 42. doi:10.33603/deiksis.v4i2.618
Kurniawaty, I., Afidah, N. N., & Faiz, A. (2022). KesantunanBerbahasa Sebagai Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila di Kalangan Mahasiswa. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(2), 2156--2163. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i2.2422
Pertiwi, R. (2020). Penggunaan Bahasa Gaul di Media Sosial:Ancaman Terhadap
Kebudayaan Bahasa Indonesia pada Remaja. Jurnal Bahasadan Sastra, 20(1), 53-63.
Salma Sabila Azka, S. T. H. K.-K. (2023). Penggunaan Bahasa Gaul Dikalangan Remaja Dalam Menggunakan Twitter.Jurnal Riset Rumpun Ilmu Bahasa (JURRIBAH), 2(1), 114--122. http://prin.or.id/index.php/JURRIBAH/article/view/1148
Sari, B. P. (2015). Dampak penggSari, Beta Puspa, 'Dampak Penggunaan Bahasa Gaul Di Kalangan Remaja Terhadap Bahasa Indonesia Dilingkungan Elhusna', Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB, 2015, 171--76 unaan . prosiding seminar Nasional bulan bahasa UNIB, 171--176. http://repository.unib.ac.id/11122/1/17-BETA PUSPA SARI.pdf
Wibowo, A. (2019). Penggunaan Bahasa Gaul di Media Sosial dan Kualitas Bahasa Indonesia pada Remaja. JurnalPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 3(2), 45-56.
Wijiasih, N. (2016). Penggunaan Kata Gaul pada MahasiswaPendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Unnes. Universitas Negeri Semarang, 19.
Yana, A., dkk. (2018). Kosakata Bahasa Gaul Siswa SekolahDasar Kelas Tinggi. Jurnal Handayani, 9(1), 1-110. Universitas Negeri Medan (Unimed).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H