Cyberbullying adalah masalah umum, dengan persentase signifikan remaja mengakui keterlibatannya . Korban intimidasi adalah kelompok yang paling rentan, mengalami tingkat masalah kesehatan mental dan psikosomatis tertinggi, sedangkan pelaku intimidasi tunggal adalah yang paling tidak rentan . Temuan terebut menyoroti perlunya pengembangan kebijakan, program intervensi, dan inisiatif anti-cyberbullying untuk mengatasi masalah kesehatan mental yang dihadapi oleh remaja karena cyberbullying (Belerhrib et, al., 2023).
Pelecehan secara online, atau cyberbullying, dapat membahayakan kesehatan mental anak remaja. Beberapa konsekuensi psikologis yang mungkin terjadi: Masalah kesehatan mental, anak remaja yang dibully di internet dapat mengalami gejala depresi, termasuk perasaan sedih yang mendalam, energi yang rendah, dan kehilangan minat atau kesenangan, rasa takut dan ketakutan yang berlebihan sering kali muncul sebagai tanggapan terhadap pengalaman dibully di internet. Meningkatkan kepercayaan dirinya anak remaja yang menjadi korban cyberbullying mungkin merasa tidak berharga dan kehilangan harga diri, serangan terus-menerus terhadap kepribadian atau penampilan anak dapat merusak kepercayaan dirinya. Isolasi sosial, anak remaja dapat mulai menarik diri dari kegiatan sosial dan mengisolasi diri karena rasa malu atau takut menjadi sasaran pelecehan. Prestasi akademis menurun, pengalaman cyberbullying dapat mengganggu konsentrasi anak remaja di sekolah, menyebabkan penurunan prestasi akademis.
Perilaku destructif, beberapa anak remaja mungkin merespon pengalaman cyberbullying dengan mengembangkan perilaku merugikan diri, seperti penggunaan obat-obatan terlarang atau kecanduan alkohol. Memikirkan untuk bunuh diri, bullying di internet dapat meningkatkan kemungkinan anak remaja berpikir atau melakukan percobaan bunuh diri. Mereka mungkin merasa bahwa tidak ada cara untuk keluar dari keadaan yang mengerikan ini. Gagal tidur, stres dan kecemasan yang disebabkan oleh cyberbullying dapat menyebabkan gangguan tidur, seperti kesulitan tidur atau terlalu banyak tidur. Pemikiran yang tidak positif, remaja yang dibully melalui internet mungkin memiliki pikiran pesimis tentang masa depan mereka.
Faktor yang Mempengaruhi Seseorang Melakukan Tindakan Cyberbullying
Sumber daya pribadi seperti pengaturan diri emosional, harga diri, lokus kontrol internal, dan optimisme dapat memengaruhi seseorang untuk melakukan cyberbullying. Selain itu, keterampilan sosial seperti perilaku prososial, ketegasan, empati kognitif, dan kemampuan untuk bekerja sama sangat penting. Perilaku cyberbullying dapat dipengaruhi oleh hubungan antara teman sebaya, seperti dukungan, ancaman, penolakan, dan ketidaksukaan. Faktor lain adalah penggunaan Internet yang tidak sehat, seperti penggunaan Internet yang berlebihan dan reaksi impulsif terhadap kekurangan Internet. Gender dan aktualisasi diri telah ditunjukkan memengaruhi cyberbullying (Rbisz et, al., 2023). Faktor lain yang mempengaruhi diantaranya:
Faktor Eksternal
      Interaksi dengan lingkungan sosial dan teknologi adalah beberapa faktor eksternal yang dapat memengaruhi tindakan cyberbullying. Lingkungan sosial dan faktor di luar individu juga dapat memainkan peran dalam mendorong perilaku tersebut. Beberapa faktor eksternal yang relevan adalah sebagai berikut: Pengaruh teman sebaya, seseorang mungkin terdorong untuk melakukan cyberbullying dalam upaya mendapatkan dukungan atau diterima oleh grup sosial tertentu.   Ketidaksetaraan atau diskriminasi, jika Anda pernah mengalami ketidaksetaraan sosial-ekonomi atau diskriminasi dalam kehidupan nyata, Anda mungkin ingin menunjukkan ketidakpuasan Anda melalui tindakan cyberbullying. Paparan terhadap kekerasan, persepsi dan norma perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh paparan terus-menerus terhadap kekerasan dalam media atau hiburan, yang dapat meningkatkan kemungkinan mereka melakukan tindakan agresif, termasuk cyberbullying.
Ketidaksetujuan terhadap individu atau kelompok tertentu, memiliki perasaan negatif terhadap orang-orang dari kelompok tertentu, seperti ras, gender, atau agama, dapat mendorong mereka untuk melakukan cyberbullying terhadap orang-orang dari kelompok tersebut. Kurangnya pengawasan orang tua, jika anak-anak tidak mengawasi atau memperhatikan aktivitas online mereka, mereka dapat terlibat dalam perilaku cyberbullying tanpa pertanggungjawaban. Ketidakstabilan lingkungan keluarga, konflik keluarga konflik keluarga atau kurangnya dukungan emosional dapat meningkatkan risiko seseorang terlibat dalam perilaku agresif, termasuk cyberbullying. Kebijakan dan budaya sekolah, sekolah yang tidak memiliki kebijakan yang jelas atau memperhatikan serius cyberbullying dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan perilaku tersebut berkembang. Teknologi dan akses internet: anonimitas online, platform yang memberikan anonimitas dapat memungkinkan seseorang untuk melakukan cyberbullying tanpa takut mendapat konsekuensi.
Ketidakpedulian social, tindakan agresif online dapat ditunjukkan oleh lingkungan sosial yang tidak peduli atau tidak peduli. Ini dapat menunjukkan bahwa cyberbullying diterima atau dianggap sepele.Penting untuk diingat bahwa tindakan cyberbullying seringkali disebabkan oleh interaksi antara elemen internal dan eksternal. Pendidikan, kesadaran, dan intervensi di tingkat individu, keluarga, sekolah, dan masyarakat secara keseluruhan harus menjadi bagian dari upaya pencegahan.
Faktor InternalÂ
Berbagai faktor dapat memengaruhi perilaku cyberbullying, termasuk faktor internal atau karakteristik individu yang terlibat. Beberapa faktor internal yang dapat memengaruhi perilaku cyberbullying termasuk aspek psikologis dan perilaku individu. Faktor internal yang dapat memainkan peran dalam perilaku cyberbullying: Ketidakmampuan untuk mengelola Perasaan, bullying di internet mungkin merupakan cara yang umum bagi orang yang mengalami ketidakstabilan emosional atau kesulitan untuk mengelola emosi mereka. Rendah diri, individu yang merasa tidak aman atau kurang harga diri mungkin mencoba menggunakan cyberbullying untuk meningkatkan perasaan kekuasaan atau kontrol mereka.