Setelah diriku merenungkan kejadian itu, saya pun berpikir, ingin sekali membalas kebaikan yang diberikan Tuhan kepadaku. Dan, saya pun akhirnya tahu caranya bagaimana; beribadahlah yang baik dan beragama yang benar!
Kalian pun juga sama 'kan? Lebih baik kalau kalian kembali beragama, apalagi setelah mengalami kejadian yang dipenuhi mukjizat yang luar biasa. Karena hidup ini disuguhi pemberian Tuhan yang tak terhingga; bisa makan enak tiga kali sehari, punya fisik yang tak ada kurangnya, dan diberi helaan napas lewat udara segar secara gratis!
Itu semua bisa dibalas dengan menyembah-Nya secara sungguh-sungguh, sesuai dengan keyakinan yang kalian pegang erat-erat.
Nah, alangkah lebih baiknya kalau kita mengenal Tuhan yang diyakini beserta sifat-sifat yang mencerminkan kebesaran-Nya, ya biar terasa nyambung saat beribadah, bukan?
Terutama, saat kita berdoa, kita meyakini dalam hati, bahwa hanya Dia yang sanggup mengubah nasib atau memberikan sesuatu, karena sifat-Nya yang Maha Kuasa, dengan harapan, permintaan kalian dikabulkan-Nya.
Namun, bukan berarti ajaran agama diabaikan, ya. Selami dan terapkan dalam hidup kalian. Ajaran agama itu, bukan berisi hal yang manis-manis, lho. Yang pahit juga ada, misalnya berbuat jujur. Apalagi di zaman ketika hoaks atau kabar bohong semakin menggunung. Atau, korupsi yang membuat kalian mengiris hati.
Dan, intinya ajaran agama itu memberi pesan kedamaian dan kebaikan, melalui berbuat baik kepada sesama dan makhluk Tuhan lainnya termasuk lingkungan. Tuhan saja begitu baik, masa' kita nggak meladani-Nya juga?
Belum lagi ada kabar baik bila kalian beragama dan mengajukan pinta pada-Nya. Dalam buku The Introvert Advantage---merujuk dari buku The Biology of Success, Dr Bob Arnot, dalam penelitiannya terhadap 300 jurnal ilmiah, Institut Penelitian Kesehatan Nasional AS, menyatakan 75% kegiatan beragama dan berdoa, berdampak positif bagi kesehatan.
Hmmm, ditambah lagi dengan riset dan penelitian tentang berdoa yang datang kemudian dan menguatkan apa yang diteliti pada masa silam, yang bisa dinikmati penduduk masa kini. Kalian bisa googling juga, kok.
Nah, daripada terombang-ambing pada keraguan dan ketidakpercayaan pada-Nya, Â yuk kembali pada keyakinan dan religiusitas seperti yang dilakukan nenek moyang kita!
Ya, semua ini demi mengingat diri sendiri juga, karena saya belum sebaik orang lain yang lebih religius. Tapi, harus berusaha menggapainya, agar hidup makin bermakna!