Karena itulah, demi kedamaian yang terus mengabadi di Bumi Pertiwi, bagaimana kalau kita belajar jadi kaum minoritas?
HAH!? Belajar pula?
Iya, karena ada kecenderungan kaum mayoritas itu bersikap sok berkuasa terhadap kelompok minoritas yang lemah, makanya, untuk menangkal itu, kita yang mayoritas harus bersikap, belajar dan merasakan jadi kaum minoritas. Ditambah lagi, kita harus terbuka untuk mengetahui budaya yang berlainan, biar pengetahuan tak sebatas di tempat asalnya, bukan?
Caranya, ya sederhana aja. Cobalah kalian tinggal, bersekolah, dan liburan di suatu tempat, di mana kalian akan merasakan posisinya menjadi minoritas. Ketika wisatawan muslim berlibur di Jepang di mayoritas non-muslim, baru merasakan, betapa tak berdayanya kita menjadi minoritas. Kita akan bersusah payah mencari makanan halal di tengah kuliner negeri Sakura yang banyak menggunakan babi, dan harus tahu jadwal jam shalat di tempat itu dengan berbagai cara, tanpa lantunan adzan.
Begitu pun dengan pelajar yang harus melanjutkan studi di daerah maupun negara lain, yang berlainan provinsi, pulau atau luar negeri yang tentunya punya karakteristik berbeda. Di balik tujuannya yang membentuk karakter mandiri dan memperluas pengalaman dan ilmu, sebenarnya manfaatnya bisa lebih dari itu!
 Di daerah tujuan selama studi, kita bakal merasakan betapa jadi kaum minoritas di sana dengan budaya dan agamanya, kecuali yang bersuku tertentu yang belajar di daerah yang beretnis sama dengannya. Ya, itu akan mendorong diri ini untuk mempelajari dan menyesuaikan diri dengan budaya setempat, dan mengenal seperti apa karakter pada mereka yang berbeda, bukan?
Dengan cara itulah, kita akan mendapat pengetahuan dari tempat itu, yang menumbuhkan rasa kepekaan dan empati jika menghadapi kaum minoritas. Jika ada masalah, ya gunakan pendekatan dengan "kacamata" dan sudut pandang mereka, bukan dengan cara kita yang mayoritas.
Termasuk, ya memberikan fasilitas untuk kaum minoritas itu dalam menjalani kegiatannya seperti sarana beribadah maupun aksesbilitas untuk penyandang disabilitas, misal. Dengan demikian, kaum minoritas merasa dihargai, sehingga tidak akan memicu bentrokan dan konflik yang jelas-jelas merugikan kita sendiri, bener 'kan?
***
Nah, kalau kalian sudah tahu hal itu, mulai saat ini, kita, kaum mayoritas gak usah bertindak seenaknya, deh! Yuk, belajar jadi minoritas; merasakan apa yang dirasakan pada mereka yang "berjumlah kecil" itu, sehingga kita menjadi lebih menghargai apa yang didapatkan dan dirasakan selama ini, di dunia ini, untuk menciptakan kedamaian untuk semua orang.
Oh ya, kita harus sadar diri juga, bahwa kita semua, bangsa Indonesia, terlahir dari satu rahim, Ibu Pertiwi, sehingga kita, anak-anaknya, otomatis jadi bersaudara, ya!