Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yuk, Kita Belajar Jadi Minoritas!

3 September 2019   20:34 Diperbarui: 4 September 2019   03:15 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diriku, memang termasuk umat mayoritas. Namun tetap saja, secara etnis diriku adalah minoritas di tanah Nusantara ini.

Hmmm, kalau dilihat ke belakang ya, ada permasalahan yang dialami oleh saudara-saudara yang menghuni bagian paling timur dari negeri ini, Papua. Ujaran bernada rasis, (mungkin) adalah pemicunya, bahkan sampai menimbulkan tragedi yang meletus di Surabaya, bahkan sampai merembet ke Jayapura dan berbagai daerah lain di Papua dan Papua Barat dalam bentuk gelombang demo.

Terus terang, lewat berita yang disampaikan oleh si layar ajaib ini, menimbulkan prihatin di hati. Perasaan di Papua, adalah perasaanku dan kita juga. Tanah Air kita ini, ibaratnya adalah satu tubuh, jika salah satu bagiannya sakit, ya seluruh raga ini akan merasakan penderitaan juga.

***

Nah, kejadian inilah yang menyentil diri saya untuk merenung, menjadi minoritas di bumi Indonesia ini, tentu saja ada suka-dukanya. Terasa manis, ya. Tapi tak jarang juga, merasakan kepahitan yang berarti, seperti kebebasan (juga kegiatan) yang kadang dibatasi, misal.

Makanya, diriku walaupun termasuk kaum mayoritas secara keyakinan, tak membuatku bersikap arogan dan superior terhadap orang yang berkeyakinan dan bersuku berbeda. Saya juga membela teman yang sama-sama minoritas secara etnis dan agama, bergaul bersama tanpa pilih-pilih teman bahkan saling bersahabat. Diriku juga masih (dan menjaga) berhubungan baik dengan teman lama semasa SD yang telah menjadi biarawati Katolik, mungkin di daerah yang berlainan.

Kok bisa ya? 

Ya, sebenarnya saya bisa saja bergabung dalam satu kelompok tertentu, tetapi, gara-gara lingkungan masa kecil dan bangku sekolah, juga bermacam-macam darah yang mengalir dalam tubuhku, saya tersadar, bahwa diriku tak bisa keluar dari keberagaman ini. Dan, membuatku paham, bahwa Indonesia ini,amat beragam dan sangat kaya!

Dan, itu terjadi, saat kepulauan Nusantara terbentuk dengan keragaman bentang alamnya, dan hal itu pula yang menciptakan penghuni yang menempatinya, menjadi suku-suku dan budaya yang juga beragam. Ditambah, pengaruh budaya-budaya dan agama yang datang dari luar sepanjang ribuan tahun silam, turut mewarnai khasanah kepulauan yang terangkai di khatulistiwa ini.

Namun, ya semua berjalan sesuai takdirnya. Ada suku-suku yang berjumlah paling banyak, ada juga suku-suku yang populasinya sedikit. Begitu pun dengan kepercayaan yang dianutnya. Tak jarang, saking besarnya kaum minoritas dengan segala gerakannya, tak jarang memunculkan gesekan dengan kelompok lain bila tak ada perundingan yang baik dan perasaan damai, serta saling menghargai, yaa 'kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun