Ya, tergantung sih.
Kok bisa? Karena, seseorang dengan yang lain, pasti pengalamannya berbeda. Ya, begitulah dengan anak blasteran, enggak mungkin lah cerita hidup disamain, ya nggak?
Tapi, dengan pengalamanku dengan teman semasa kecilku, okelah, inilah yang bisa saya bagikan, untuk menggambarkan, bagaimana sih sebenarnya cerita anak ras campuran yang rasanya juga beragam, seperti nano-nano.
Kalian pasti ditanya, "Kamu sukunya apa?"
Teman sebangkuku, menduga saya orang Palembang dan itu dilihat dari kota kelahiranku. Yaelaaah, emangnya menyimpulkan suku bangsa semudah itu?
Bagiku, lahir di kota tertentu, belum tentu menunjukkan suku bangsa yang mendiami kota tersebut, meskipun memang ada seseorang yang lahir di kota yang memang dihuni oleh kaum mayoritas. Ambil contoh, teman sebangku saya memang datang dari Bandung dan bersuku Sunda. Ada juga teman lain yang bersuku Batak, kedua orang tuanya dari Medan, tapi takdir berkata lain; lahir di kota yang terkenal dengan banyak siger (mahkota khas Lampung)-nya.
Dan, kalau diriku sendiri? Meskipun saya lahir di bumi Sriwijaya, kalau menurut silsilah, tidak ada pendahuluku yang berasal dari Sumatera. Justru itu, tujuh puluh lima persen moyangku berasal dari Jawa ditambah seperempatnya dari Tiongkok. Ah, beneran nih?
Ya, karena (trans)migrasi plus takdir Tuhan yang memainkan peranan; menjadi faktor utama yang menyebabkan diriku terlahir di daerah lain. Dan, tak hanya saya yang mengalaminya; banyak anak blasteran lain yang merasakan hal yang sama!
Jadi, kalian masih bingung, sebenarnya sukunya apa?
Kalau begitu, tanyakan saja sama orang tuanya, jangan malu-malu! Kalau waktu sekolah pernah buat silsilah keluarga, bagus! Sekalian ajukan soal-soal tentang suku dan asal moyang kalian darimana. Karena, bisa jadi terselip "darah lain" yang mengalir di tubuh kalian, entah dari sisi ayah, maupun pihak ibu. Sehingga bisa ketahuan deh, seperti apa suku kalian yang sebenarnya!