Hmmm, kurasa enakan baca tulisan pengalaman deh! Mengapa artikelnya begitu enak dibaca ya?
Pernah tidak, kalian perhatikan berbagai tulisan yang sering dijumpai di mana-mana, baik di media sosial, blog atau di media cetak lain? Jika ya, apakah tulisan-tulisan yang dijumpai, kalian menilainya sebagai sajian tulisan dengan bahasa yang begitu renyah, atau justru terasa kering?
Atau....
Coba kalian berkaca sendiri deh, saat menulis. Waktu kalian sedang merangkaikan kata per kata menjadi sebuah artikel, apakah kalian justru merasa asyik-masyuk dengan permainan kata, atau, justru yang dialami malah sebaliknya; mengeluh dan menuding menyusun kata-kata dan mencipta naskah merupakan perkara yang sulit?
Malah, yang lebih parahnya lagi, kalian ingin sekali, "pertemuan" dengan laptop untuk berurusan dengan merangkai kata cepat selesai, terus kalian berpaling untuk mencari hiburan atau kegiatan lain. Duuh, kalau begitu, masalahnya di mana?
***
Ada banyak penulis-penulis sukses dengan karya-karyanya, yang tentunya, dengan tulisan-tulisan yang begitu khas dan mengalir. Bahkan, materi keilmuan yang biasanya disajikan dengan bahasa yang kaku dan supersulit, bisa disulap menjadi ulasan dengan gaya yang begitu indah!
Rupanya, berkaca dari fenomena ini, ada satu rahasia, mengapa mereka bisa menulis dengan "ajaib'" seperti ini. Orang-orang, yang sebelumnya acuh dengan kegiatan membaca, lewat artikel-artikel penulis hebat, sepertinya mereka tersihir untuk segera membacanya.
Lalu, apa faktor yang membuat penulis hebat bisa seperti ini?
Psikologi waktu? Bukan.
Faktor bakat dan minat? Ah, kurasa ada faktor lain deh.
Terus, apa?
Ternyata, Flow Bisa Memainkan Peranan!
Kalau kita berbicara tentang flow, kayaknya kita harus berterima kasih sama Mihaly Csikszentmihalyi, profesor psikologi dari Universitas Chicago. Karena, berkat jasa beliau-lah, konsep flow dalam psikologi bisa populer dan terkenal di mana-mana! Yeaaaay!
Termasuk, ya buku-buku yang jadi rujukanku dalam menulis artikel ini, "Flow" di Era Socmed karya Hernowo dan I Love Monday yang ditulis oleh Arvan Pradiansyah. Dan, setelah saya membaca artikel yang berkaitan dengan flowdan "mengaitkannya" dengan fenomena kepenulisan, sepertinya saya harus mengemas ulang hal tersebut jadi artikel ini, deh!
Oke, kita balik ke ilustrasi!
Setelah kita melihat fenomena yang digambarkan lewat ilustrasi, akhirnya kita mengerti, apa yang kita hasilkan, tergantung pada si pembuatnya. Termasuk, pada tulisan. Bukankah tulisan-tulisan merupakan cerminan dari si penulis?
Dan, benar saja. Adapun tulisan-tulisan yang begitu mengalir dan nikmat dibaca, bisa dipastikan, penulisnya itu adalah orang-orang yang berbahagia. Kok bisa?
Ya, bisa! Perhatikanlah cara mereka bekerja. Mereka menganggap menulis itu merupakan hal yang menyenangkan, bukan jadi beban. Bagi mereka, merangkai kata-kata menjadi tulisan, adalah hal yang paling asyik. Saking asyiknya, malah lupa segalanya!
Lalu, ketika mereka berhadapan dengan laptop atau buku dan alat tulis, mereka mulai menuangkan gagasan dengan caranya. Sejak saat itulah, kreativitas mereka menyala-nyala, dan mereka mengalami "momen putih". Semuanya begitu mengalir dan menyatu, dan kesadaran diri "melenyap". Itulah flow.
Jadi,flow bisa berperan dalam menulis, menciptakan tulisan jadi terasa begitu mengalir 'kan?
***
Lantas, apa yang terjadi, ketika seseorang---termasuk penulis mengalami flow?
Pertama-tama, agar bisa terlibat dalam aktivitas, seseorang harus tahu, tujuan yang jelas. Misalnya nih, menulis untuk berbagi, aktualisasi diri, dan sebagainya. Dan, seseorang hanya bisa larut dalam kegiatan, jika mendapat umpan balik seketika mengenai kinerjanya di setiap waktu.
Kemudian, konsentrasi bertambah, dan orang akan tenggelam dalam permainan atau interaksinya---ya termasuk dalam menyusun kata-kata. Pokoknya, pemisahan antara diri dan aktivitas menghilang, dan, sekali lagi, kita benar-benar menyatu dengan apa yang kita lakukan!
Lalu,yang penting, pada masa sekarang. Coba kalian ingat, ketika kalian asyik menulis, yang dipikirkan hanya kata-kata yang kalian susun bersamaan dengan materi yang kalian kuasai. Dengan kata lain, permasalahan dan kecemasan tidak akan "mendapat ruang" untuk berpikir, dan kita akan "terbawa" pada dunia yang berbeda.
Bahkan, gara-gara keasyikan menulis, kita jadi kehilangan ego, terlupa akan permasalahan, bahkan diri kita sendiri pun "tersingkirkan". Akibatnya, sebagai dari dampak flow, presepsi akan waktu pun berubah. Waktu akan terasa berlalu begitu cepat saat menulis, eh tahu-tahunya sudah menghabiskan waktu sekitar dua jam-an deh.
Oh ya, ada lagi. Saat mengalami flow, dalam kontrol pun kita rasanya tak jadi masalah. Malah justru itulah, kita-lah yang memegang kontrol dan mengendalikan pikiran dan tubuh sepenuhnya.
Dan, ini yang terakhir, tapi paling penting dan justru jadi persyaratannya. Keterampilan dan tantangan harus seimbang, alias sama-sama tinggi; sempurna sesuai tantangannya. Kalau salah satunya timpang, dampaknya bagaimana?
Begini. Jika tantangannya tinggi tapi keterampilan yang kita punya ternyata rendah, yang terjadi hanyalah kecemasan yang berujung kegagalan, bukan mengalir. Makanya, jangan heran kalau seseorang menuliskan hal-hal yang belum dikuasai benar, malah bakal berpikir keras untuk menuangkan hasil pemikirannya, bahkan isi tulisannya bisa jadi malah salah!
Begitu pula sebaliknya, kalau keterampilan yang kita punya lebih besar dibanding tantangannya, justru yang ditimbulkan malah kebosanan dalam bekerja, iyaa 'kan?
Nah, kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?
Sekali lagi, tak ada cara lain biar bisa menulis yang mengalir; merasakan sensasi flow saat merajut kata jadi tulisan, melainkan harus menyeimbangkan antara keterampilan atau kemampuan menulis kita, dengan tantangan yang ada. Kalau mau tertantang untuk menulis artikel yang berkualitas, ya kitanya yang harus mempersiapkan diri dengan materi yang terbaik dong!
Tak peduli pengalaman atau ilmiah, yang penting bisa benar-benar dikuasai. Bukankah kita harus melakukan hal yang demikian, ya?
Demikian penjelasannya, salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H