Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Membaca, Menulis, dan Berpikir Saling Bersinergi

26 Agustus 2017   22:34 Diperbarui: 31 Agustus 2017   13:31 4322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, soal imajinasi, biarlah jadi urusan otak kanan. Kemudian, setelah berpikir dan mendapatkan gambaran tentang apa yang kalian tulis sesuai temanya, barulah fenomena dalam wujud imajinasi "dibaca", dianalisis, lalu menyimpulkan.

Lalu, hasil analisis dan kesimpulan berpikir itulah yang diserahkan kepada otak kiri untuk menentukan kata-kata yang digunakan dalam menulis, dan otak memerintahkan otot-otot untuk menggerakkan tuts keyboard, menekan tombol demi tombol dengan jiwa kebebasan dan rasa cinta. Dan, demikianlah seterusnya, sampai ide dan imajinasi yang terkonsep dalam otak, tak bersisa!

Dan, begitulah sebaliknya jika kalian kedapatan ide. Ikatlah ide yang telah terkonsep itu ke dalam tulisan. Kalau enggak, kalau idenya tidak hilang, bisa jadi ide tersebut akan "berputar-putar" dalam benak, sampai kalian menyempatkan waktu untuk menuangkannya.

Duuuh, setiap mau makan, teringat konsep A, mau tidur, tiba-tiba muncul ide lain. Daripada kepalaku tambah pusing, lebih baik aku tuliskan idenya sekarang!

Gaya Berpikir Penulis

Nah, ada tambahan lagi. sewaktu saya mengamati tulisan-tulisan para narablog, saya bisa "membaca", gaya berpikir apa yang digunakan penulis untuk menuangkan gagasannya. Berdasarkan apa yang saya baca di buku Quantum Learning, gaya bepikir manusia dibagi menjadi empat. Namun, karena proses menulis lebih melibatkan otak kiri, saya bahas dua gaya berpikir aja, ya!

Pertama, Sekuensial Konkret (SK). Pemikir SK, berpegang pada realitas, apa yang dilihat, diraba, dicium, didengar, dan dirasakan. Termasuk juga, dibaca. Lebih mudah mengingat fakta-fakta, rumus-rumus, dan "sejenisnya". Ohh, pantesan ya, tulisan-tulisannya, nggak jauh-jauh dengan data dan fakta, malah bisa menyampaikannya dengan tepat!

Lalu, ada juga gaya berpikir yang kedua,  Sekuensial Abstrak (SA), yaitu berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi. Proses berpikirnya, ya bersifat logis, rasional, dan intelektual. Oh ya, biasanya, yang melakukan hal itu adalah para filosof dan ilmuwan, lho!

Jadi, tulisan-tulisan yang gaya berpikirnya SA, kemungkinan besar, ya tulisan-tulisan yang berdasarkan pada fenomena, kemudian "dibuat konsep" melalui penalaran, lalu dituangkan dalam bentuk tulisan, deh!

***

Nah, setelah kalian baca artikel ini, jadi mengerti 'kan, betapa membaca, menulis dan berpikir, sebenarnya saling bersinergi dan berhubungan? Maka, manfaatkan ketiga hal itu ya, biar bisa tercipta tulisan-tulisan yang lebih dahsyat!

Demikanlah penjelasannya, salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun