Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Membaca, Menulis, dan Berpikir Saling Bersinergi

26 Agustus 2017   22:34 Diperbarui: 31 Agustus 2017   13:31 4322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nggak percaya? Coba ambil bukunya, lalu simak perlahan-lahan, mencerna kata demi kata. Lama-kelamaan, akan muncul imajinasi berwujud film itu di benak kalian, yang membuat kalian mengerti, dan bertambah paham apa yang dipelajari.

Terkadang, waktu membaca buku, pikiran akan terbayang akan fenomena (lain), yang berkaitan dengan hal-hal tersebut. Atau, bisa dicocokkan dengan pengalaman yang telah kalian alami. Sudah pasti, hal ini akan memacu kalian untuk berpikir kritis; menemukan "kebenaran" di balik bacaan. Malahan, bisa mendapatkan ide dan gagasan baru, untuk terus berkarya!

Jadi, kegiatan membaca yang kita lakukan, jangan semata "tunduk" apa yang tertulis di dalamnya, lalu selesai, ya! Cobalah kalian berpikir, bayangkanlah, dan lampaui apa yang dipelajari. Niscaya, kalian akan mendapatkan "makna" dan pengetahuan baru, yang bakal memperbarui kalian, menjadi pribadi yang "berbeda" dari sebelumnya.

Menulis, Mengajarkan Kalian untuk Berpikir, Menerapkan Ilmu, dan Menganalisis dengan Bebas

Waktu kalian belajar di sekolah, mungkin ilmu yang kalian dapatkan selama ini, hanya mencakup pada mata pelajaran saja. Apakah ilmu yang dipelajari di sekolah atau kuliah bisa cukup untuk mengarungi kehidupan?

Hei, sebenarnya ilmu itu, luas sekali, lebih luas dari seukuran daun kelor!

Maka, tak heran kalau banyak ilmu-ilmu yang secara tak langsung kalian dapatkan di luar bangku sekolah, baik dari bacaan maupun pengalaman. Kalau sudah banyak, maka proses "mengabadikan makna" dan menerapkannya lewat menulis akan lebih mudah.

Begitu pula sebaliknya. Pengen nulis tapi malas baca, apa kalian bisa? Itu mustahil!

Selain itu, dengan menulis, kalian diajarkan untuk berpikir bebas. Mengapa? Ketika merangkai kata-kata pun, pikiran kalian akan mengembara, mencari "film pikiran" berupa fenomena-fenomena yang telah terekam sebelumnya, dipadukan dengan referensi yang kalian baca.

Asalkan tidak menyalahi logika, saling kait-mengait informasi antara referensi dengan gambaran fenomena di pikiran, tidaklah dilarang, kok. Dan, hal itu memang terbukti. Bukankah banyak tulisan-tulisan dari blogger, yang terlahir setelah mencocokan suatu isu terhangat dengan peristiwa lain yang masih berhubungan?

Kecuali kalau artikelnya tentang sejarah dan kesehatan yang harus berpegang teguh pada data dan fakta, menulis artikel apa pun sebenarnya bisa kok mengandalkan imajinasi, yang muncul dari pengetahuan, pengamatan, dan pengalaman, biar tulisannya lebih luwes katanyaaa. Bukankah tulisan yang baik membutuhkan kerjasama antara otak kanan dan kiri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun