Nah, soal imajinasi, biarlah jadi urusan otak kanan. Kemudian, setelah berpikir dan mendapatkan gambaran tentang apa yang kalian tulis sesuai temanya, barulah fenomena dalam wujud imajinasi "dibaca", dianalisis, lalu menyimpulkan.
Lalu, hasil analisis dan kesimpulan berpikir itulah yang diserahkan kepada otak kiri untuk menentukan kata-kata yang digunakan dalam menulis, dan otak memerintahkan otot-otot untuk menggerakkan tuts keyboard, menekan tombol demi tombol dengan jiwa kebebasan dan rasa cinta. Dan, demikianlah seterusnya, sampai ide dan imajinasi yang terkonsep dalam otak, tak bersisa!
Dan, begitulah sebaliknya jika kalian kedapatan ide. Ikatlah ide yang telah terkonsep itu ke dalam tulisan. Kalau enggak, kalau idenya tidak hilang, bisa jadi ide tersebut akan "berputar-putar" dalam benak, sampai kalian menyempatkan waktu untuk menuangkannya.
Duuuh, setiap mau makan, teringat konsep A, mau tidur, tiba-tiba muncul ide lain. Daripada kepalaku tambah pusing, lebih baik aku tuliskan idenya sekarang!
Gaya Berpikir Penulis
Nah, ada tambahan lagi. sewaktu saya mengamati tulisan-tulisan para narablog, saya bisa "membaca", gaya berpikir apa yang digunakan penulis untuk menuangkan gagasannya. Berdasarkan apa yang saya baca di buku Quantum Learning, gaya bepikir manusia dibagi menjadi empat. Namun, karena proses menulis lebih melibatkan otak kiri, saya bahas dua gaya berpikir aja, ya!
Pertama, Sekuensial Konkret (SK). Pemikir SK, berpegang pada realitas, apa yang dilihat, diraba, dicium, didengar, dan dirasakan. Termasuk juga, dibaca. Lebih mudah mengingat fakta-fakta, rumus-rumus, dan "sejenisnya". Ohh, pantesan ya, tulisan-tulisannya, nggak jauh-jauh dengan data dan fakta, malah bisa menyampaikannya dengan tepat!
Lalu, ada juga gaya berpikir yang kedua, Â Sekuensial Abstrak (SA), yaitu berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi. Proses berpikirnya, ya bersifat logis, rasional, dan intelektual. Oh ya, biasanya, yang melakukan hal itu adalah para filosof dan ilmuwan, lho!
Jadi, tulisan-tulisan yang gaya berpikirnya SA, kemungkinan besar, ya tulisan-tulisan yang berdasarkan pada fenomena, kemudian "dibuat konsep" melalui penalaran, lalu dituangkan dalam bentuk tulisan, deh!
***
Nah, setelah kalian baca artikel ini, jadi mengerti 'kan, betapa membaca, menulis dan berpikir, sebenarnya saling bersinergi dan berhubungan? Maka, manfaatkan ketiga hal itu ya, biar bisa tercipta tulisan-tulisan yang lebih dahsyat!